Berdagang Dengan Dunia Lain
Alexander Leonard melihat jam dinding telah menunjukkan pukul 22:10 seraya mendengus kesal. Di depannya, tampak pria berumur dua puluhan memamerkan senyum seraya menggaruk belakang kepalanya yang diyakini tidak gatal.
"Maaf Alex, tadi ada sedikit urusan." John menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal
Menghela nafas, Alexander Leonard bertukar shift dengan John yang merupakan pegawai baru di toko itu.
"Berhati-hatilah John, jangan sampai ketiduran."
"Tenang saja." John memutar-mutar satu renceng kopi instan yang ia keluarkan dari dalam tasnya.
Menggelengkan kepala, Alexander Leonard berpamitan kepada John lalu menuju parkiran untuk mengambil motor bututnya.
Sepuluh menit berkendara, Alexander tiba di persimpangan menuju jalan setapak ke tempat tinggalnya yang berada di tengah-tengah hutan.
Ditemani gelapnya malam, terlihat cahaya redup yang keluar dari lampu depan motor butut Alexander.
Terdengar suara serangga dan hewan-hewan tak diketahui yang saling bersahutan akibat terganggu dengan kebisingan motor butut yang dikendarai Alexander.
Untungnya dia mempunyai sebuah senter yang dapat diikatkan di atas kepala untuk menerangi jalan di tengah hutan menuju tempat tinggalnya.
"Aduh!!!" Seekor kucing hitam tiba-tiba melintas di depan motor Alexander yang membuat dia terjatuh dan tergelincir dari sepeda motornya.
"Ahh sial, untung aku pelan-pelan." Serunya sambil melihat sekeliling mencari keberadaan kucing tadi.
"Meoow." Mendengar suara kucing, Alex menolehkan kepalanya ke sebuah bangunan berupa gubuk yang terbuat dari kayu.
Di depan bangunan tersebut, terlihat seekor kucing berwarna hitam berjalan tertatih-tatih hendak memasuki gubuk kayu.
Alexander yang meyakini sang kucing terluka merasa kasihan lalu mendirikan sepeda motornya yang sebelumnya terjatuh dan berjalan menghampiri kucing itu guna membawa ke rumahnya untuk mengobati luka.
Bermodalkan senter di atas kepala, Alex berjalan menuju gubuk kayu yang selalu ia lewati di perjalanan pulang pergi dari rumahnya.
"Puusss." Seru Alex memanggil kucing hitam yang sudah masuk ke dalam gubuk.
"Meoow." Terdengar balasan sang kucing dari balik pintu.
Merasa tidak ada bahaya, Alex mendorong pelan pintu kayu yang sebelumnya sudah sedikit terbuka.
Buk.. Buk.. Buk.. Baru berjalan selangkah, Alex tak sengaja menendang sebuah benda akibat gelapnya malam serta sedikitnya sumber cahaya yang hanya berasal dari senter di kepala Alex.
Melihat ke bawah, Alex terkejut dan merasa ada sesuatu yang tidak beres disini.
"Bukankah ini pistol?" Terlihat total tiga buah pistol dikelilingi bercak-bercak hitam kemerahan yang sudah meresap ke dalam lantai kayu.
Dengan sigap, Alex berjongkok dan mengambil salah satu pistol di dekat kakinya.
"Ada orang di dalam?" Seru Alex tak menyembunyikan dirinya.
"Meoow." Terdengar sahutan kucing hitam yang masuk terlebih dahulu ke dalam gubuk.
Menghembuskan nafas, Alex menendang pintu yang baru sebagian terbuka lalu dia berlari menuju sudut gubuk di dekat pintu.
Mengangkat pistol dengan kedua tangan, Alex menelusuri seluruh ruangan dengan kedua matanya.
"Apa yang terjadi di sini?" Alex terkejut melihat bagian dinding belakang gubuk kayu yang rubuh memperlihatkan pepohonan hutan di belakang gubuk ini.
Di dalam ruangan, terdapat empat buah kursi yang berserakan dan sesuatu yang Alex yakini sebelumnya merupakan sebuah meja.
"Dimana kucing hitam tadi?" Alex penasaran dengan keberadaan kucing hitam tadi setelah menenangkan dirinya melihat keanehan situasi.
Merasa kucing itu sudah kabur lewat dinding belakang yang rubuh, Alex bergegas mengemasi dua buah pistol yang masih tergeletak di lantai dan menyimpannya di dalam tas. Sedangkan pistol yang sejak tadi ia genggam tetap berada di tangannya untuk situasi yang tak terduga.
Tidak jauh dari gubuk kayu, kucing hitam yang sebelumnya berjalan pincang kini terlihat melangkah seperti biasa lalu melompat tinggi dan mendarat di sebuah ranting pohon yang tebal.
Di sampingnya muncul seorang wanita yang sebelumnya tidak terlihat.
"Apa kau yakin?" Tanya wanita tersebut kepada seorang pemuda yang sebelumnya berwujud kucing.
"Lagipula dia teman sekelas kita, dan dia tinggal sendirian di hutan ini meskipun dia hanya manusia biasa. Belakangan ini, makin banyak kejadian aneh di kota dan tim kita tidak selalu bisa memantau semuanya." Kata pemuda itu memperhatikan Alexander yang memperhatikan sekeliling dengan waspada sambil perlahan menuju motor bututnya dengan pistol bersiaga di tangan.
"Terserah kau saja." Perempuan itu kembali tak terlihat, namun pemuda itu memperhatikan perempuan yang sekarang transparan melompat dari pohon lalu berlari menuju arah Alexander yang baru saja pergi dengan motor bututnya.
"Hahh. Dia tak sesuai dengan perkataannya. Jadi apakah aku harus melapor sendirian mengenai kejadian barusan? Hahh." Pemuda itu menghela nafas dengan malas.
Perempuan yang sedang berlari mengikuti Alexander terkejut melihat Alexander mematikan motor dan lampu senter yang terikat di kepalanya.
"Apa dia jadi waspada karena melihat gubuk tadi?" Gumam wanita itu pelan.
Wanita itu melihat Alexander membuka tas dan mengambil salah satu pistol dari dalam, lalu berjalan mendorong motornya perlahan menuju rumah yang Alexander tempati.
"Sungguh orang yang berhati-hati. Mungkin karena kejadian yang menimpanya setahun lalu membuat dia jadi seperti ini. Aku jadi kasihan." Wanita itu menghela nafas lalu melompat ringan ke atas pohon dan mendahului Alex untuk memeriksa kondisi rumah Alex.
Wanita itu takut Alex bertemu komplotan penjahat yang dia dan rekanya temui di gubuk kayu tadi, oleh sebab itu dia mengikuti Alexander yang dikenal sebagai yatim piatu miskin yang sekarang tinggal di sebuah rumah di tengah hutan.
"Sepertinya di sini aman, tidak terlihat jejak seseorang masuk ke sini dalam beberapa jam." Wanita itu memeriksa rumah Alexander dalam waktu singkat karena rumah tersebut memang berukuran kecil.
Dalam keadaan gelap, Alexander membuka pintu secara perlahan dengan pistol bersiaga di tangan kanannya. Sesaat setelah membuka pintu, dia merasakan hembusan angin yang keluar dari dalam rumah.
"Apa itu barusan?" Alexander bingung sesaat lalu menutup pintu dan menguncinya.
Setelah memeriksa keadaan rumah dan dipastikan tidak ada orang, Alexander merasa tenang dan memutuskan untuk beristirahat.
Alexander menaruh tas di samping bantalnya lalu dia memainkan music box bekas yang pernah dibelinya seharga 3 dollar.
Dengan memasang headset di kedua telinganya, Alexander memejamkan mata sambil mendengarkan musik santai yang dia dapatkan dari teman sekelas.
<
[planet biru]
[planet sihir]
Panel melayang muncul sesaat setelah Alexander memejamkan mata.
'Apa ini?' Pikir Alex sambil mencoba bangun dan membuka matanya namun ternyata gagal.
Semua anggota tubuh Alex pun tidak mematuhi perintah otaknya sebagaimana mestinya.
Lelah berusaha, Alex mencoba menenangkan diri dengan mendengarkan nafas dan suara samar detak jantungnya.
'Apa maksud tulisan ini? Apa ada kehidupan lain selain planet biru? Lagipula apa itu planet sihir? Dari namanya saja sudah menyeramkan. Mana bisa orang biasa sepertiku hidup di dunia semacam itu.'
Untuk amannya, Alex memilih planet tempat dia berada saat ini, planet biru.
<
[Planet biru] CD : 23 h, 59 m, 59 s
[Planet sihir]
Menatap angka yang mulai berubah detik demi detik. Alex tidak merasakan perubahan signifikan yang terjadi.
F##k, apakah karena aku memilih duniaku saat ini sehingga tidak terjadi apa - apa?
Dengan kesal Alexander memilih dunia yang kedua. [Planet sihir].
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
↳。˚ 🖇️')auh∆di♪♪┌┘♪
Teringat dengan Anime yang pernah aku tonton tetang pria Jepang yang mendapatkan burung yang bisa bawa dia bolak balik Jepang, dan dunia burung. Tapi lupa judul Animenya.
2024-07-22
5
Agis
mulai mampir.
2024-03-17
0
Malomo Lomo
ni si mc dpt sistem dr mn kox tiba2 langsung nongol tu sistem
2022-12-04
0