Alexander Leonard melihat jam dinding telah menunjukkan pukul 22:10 seraya mendengus kesal. Di depannya, tampak pria berumur dua puluhan memamerkan senyum seraya menggaruk belakang kepalanya yang diyakini tidak gatal.
"Maaf Alex, tadi ada sedikit urusan." John menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal
Menghela nafas, Alexander Leonard bertukar shift dengan John yang merupakan pegawai baru di toko itu.
"Berhati-hatilah John, jangan sampai ketiduran."
"Tenang saja." John memutar-mutar satu renceng kopi instan yang ia keluarkan dari dalam tasnya.
Menggelengkan kepala, Alexander Leonard berpamitan kepada John lalu menuju parkiran untuk mengambil motor bututnya.
Sepuluh menit berkendara, Alexander tiba di persimpangan menuju jalan setapak ke tempat tinggalnya yang berada di tengah-tengah hutan.
Ditemani gelapnya malam, terlihat cahaya redup yang keluar dari lampu depan motor butut Alexander.
Terdengar suara serangga dan hewan-hewan tak diketahui yang saling bersahutan akibat terganggu dengan kebisingan motor butut yang dikendarai Alexander.
Untungnya dia mempunyai sebuah senter yang dapat diikatkan di atas kepala untuk menerangi jalan di tengah hutan menuju tempat tinggalnya.
"Aduh!!!" Seekor kucing hitam tiba-tiba melintas di depan motor Alexander yang membuat dia terjatuh dan tergelincir dari sepeda motornya.
"Ahh sial, untung aku pelan-pelan." Serunya sambil melihat sekeliling mencari keberadaan kucing tadi.
"Meoow." Mendengar suara kucing, Alex menolehkan kepalanya ke sebuah bangunan berupa gubuk yang terbuat dari kayu.
Di depan bangunan tersebut, terlihat seekor kucing berwarna hitam berjalan tertatih-tatih hendak memasuki gubuk kayu.
Alexander yang meyakini sang kucing terluka merasa kasihan lalu mendirikan sepeda motornya yang sebelumnya terjatuh dan berjalan menghampiri kucing itu guna membawa ke rumahnya untuk mengobati luka.
Bermodalkan senter di atas kepala, Alex berjalan menuju gubuk kayu yang selalu ia lewati di perjalanan pulang pergi dari rumahnya.
"Puusss." Seru Alex memanggil kucing hitam yang sudah masuk ke dalam gubuk.
"Meoow." Terdengar balasan sang kucing dari balik pintu.
Merasa tidak ada bahaya, Alex mendorong pelan pintu kayu yang sebelumnya sudah sedikit terbuka.
Buk.. Buk.. Buk.. Baru berjalan selangkah, Alex tak sengaja menendang sebuah benda akibat gelapnya malam serta sedikitnya sumber cahaya yang hanya berasal dari senter di kepala Alex.
Melihat ke bawah, Alex terkejut dan merasa ada sesuatu yang tidak beres disini.
"Bukankah ini pistol?" Terlihat total tiga buah pistol dikelilingi bercak-bercak hitam kemerahan yang sudah meresap ke dalam lantai kayu.
Dengan sigap, Alex berjongkok dan mengambil salah satu pistol di dekat kakinya.
"Ada orang di dalam?" Seru Alex tak menyembunyikan dirinya.
"Meoow." Terdengar sahutan kucing hitam yang masuk terlebih dahulu ke dalam gubuk.
Menghembuskan nafas, Alex menendang pintu yang baru sebagian terbuka lalu dia berlari menuju sudut gubuk di dekat pintu.
Mengangkat pistol dengan kedua tangan, Alex menelusuri seluruh ruangan dengan kedua matanya.
"Apa yang terjadi di sini?" Alex terkejut melihat bagian dinding belakang gubuk kayu yang rubuh memperlihatkan pepohonan hutan di belakang gubuk ini.
Di dalam ruangan, terdapat empat buah kursi yang berserakan dan sesuatu yang Alex yakini sebelumnya merupakan sebuah meja.
"Dimana kucing hitam tadi?" Alex penasaran dengan keberadaan kucing hitam tadi setelah menenangkan dirinya melihat keanehan situasi.
Merasa kucing itu sudah kabur lewat dinding belakang yang rubuh, Alex bergegas mengemasi dua buah pistol yang masih tergeletak di lantai dan menyimpannya di dalam tas. Sedangkan pistol yang sejak tadi ia genggam tetap berada di tangannya untuk situasi yang tak terduga.
Tidak jauh dari gubuk kayu, kucing hitam yang sebelumnya berjalan pincang kini terlihat melangkah seperti biasa lalu melompat tinggi dan mendarat di sebuah ranting pohon yang tebal.
Di sampingnya muncul seorang wanita yang sebelumnya tidak terlihat.
"Apa kau yakin?" Tanya wanita tersebut kepada seorang pemuda yang sebelumnya berwujud kucing.
"Lagipula dia teman sekelas kita, dan dia tinggal sendirian di hutan ini meskipun dia hanya manusia biasa. Belakangan ini, makin banyak kejadian aneh di kota dan tim kita tidak selalu bisa memantau semuanya." Kata pemuda itu memperhatikan Alexander yang memperhatikan sekeliling dengan waspada sambil perlahan menuju motor bututnya dengan pistol bersiaga di tangan.
"Terserah kau saja." Perempuan itu kembali tak terlihat, namun pemuda itu memperhatikan perempuan yang sekarang transparan melompat dari pohon lalu berlari menuju arah Alexander yang baru saja pergi dengan motor bututnya.
"Hahh. Dia tak sesuai dengan perkataannya. Jadi apakah aku harus melapor sendirian mengenai kejadian barusan? Hahh." Pemuda itu menghela nafas dengan malas.
Perempuan yang sedang berlari mengikuti Alexander terkejut melihat Alexander mematikan motor dan lampu senter yang terikat di kepalanya.
"Apa dia jadi waspada karena melihat gubuk tadi?" Gumam wanita itu pelan.
Wanita itu melihat Alexander membuka tas dan mengambil salah satu pistol dari dalam, lalu berjalan mendorong motornya perlahan menuju rumah yang Alexander tempati.
"Sungguh orang yang berhati-hati. Mungkin karena kejadian yang menimpanya setahun lalu membuat dia jadi seperti ini. Aku jadi kasihan." Wanita itu menghela nafas lalu melompat ringan ke atas pohon dan mendahului Alex untuk memeriksa kondisi rumah Alex.
Wanita itu takut Alex bertemu komplotan penjahat yang dia dan rekanya temui di gubuk kayu tadi, oleh sebab itu dia mengikuti Alexander yang dikenal sebagai yatim piatu miskin yang sekarang tinggal di sebuah rumah di tengah hutan.
"Sepertinya di sini aman, tidak terlihat jejak seseorang masuk ke sini dalam beberapa jam." Wanita itu memeriksa rumah Alexander dalam waktu singkat karena rumah tersebut memang berukuran kecil.
Dalam keadaan gelap, Alexander membuka pintu secara perlahan dengan pistol bersiaga di tangan kanannya. Sesaat setelah membuka pintu, dia merasakan hembusan angin yang keluar dari dalam rumah.
"Apa itu barusan?" Alexander bingung sesaat lalu menutup pintu dan menguncinya.
Setelah memeriksa keadaan rumah dan dipastikan tidak ada orang, Alexander merasa tenang dan memutuskan untuk beristirahat.
Alexander menaruh tas di samping bantalnya lalu dia memainkan music box bekas yang pernah dibelinya seharga 3 dollar.
Dengan memasang headset di kedua telinganya, Alexander memejamkan mata sambil mendengarkan musik santai yang dia dapatkan dari teman sekelas.
<
[planet biru]
[planet sihir]
Panel melayang muncul sesaat setelah Alexander memejamkan mata.
'Apa ini?' Pikir Alex sambil mencoba bangun dan membuka matanya namun ternyata gagal.
Semua anggota tubuh Alex pun tidak mematuhi perintah otaknya sebagaimana mestinya.
Lelah berusaha, Alex mencoba menenangkan diri dengan mendengarkan nafas dan suara samar detak jantungnya.
'Apa maksud tulisan ini? Apa ada kehidupan lain selain planet biru? Lagipula apa itu planet sihir? Dari namanya saja sudah menyeramkan. Mana bisa orang biasa sepertiku hidup di dunia semacam itu.'
Untuk amannya, Alex memilih planet tempat dia berada saat ini, planet biru.
<
[Planet biru] CD : 23 h, 59 m, 59 s
[Planet sihir]
Menatap angka yang mulai berubah detik demi detik. Alex tidak merasakan perubahan signifikan yang terjadi.
F##k, apakah karena aku memilih duniaku saat ini sehingga tidak terjadi apa - apa?
Dengan kesal Alexander memilih dunia yang kedua. [Planet sihir].
Alexander merasakan sensasi jatuh dan memasuki terowongan panjang yang gelap selama beberapa detik sebelum ia tersentak kaget lalu bangun dan membuka mata.
Penglihatan Alexander dipenuhi dengan panel melayang yang menutupi sebagian besar pandangannya.
<
Nama : Alexander Leonard
Usia : 17 tahun
Konstitusi : 2 [+]
Vitalitas : 3 [+]
Skill :
- pemahaman bahasa : 0/3 [+]
- klon : 0/3 [+]
- berpikir cepat : 0/3 [+]
<
<
<
<
Poin system : 10
Koin emas : 1000
"Bukankah ini seperti game? Tapi panel sistem ini sangat mengganggu penglihatanku." Kata Alex kagum.
Berpikir sebentar, Alexander bergumam pelan. "Tutup system."
Panel melayang di penglihatan Alexander tiba-tiba menghilang.
Dengan perasaan bingung, Alexander berkata, "tampilkan system."
Penglihatan Alexander kembali dipenuhi oleh panel system. "Ternyata begitu cara kerjanya."
Merasa terkesan, Alexander kini mencobanya dengan berkata di dalam pikirannya, dan ternyata hasilnya sama saja.
Menekan bagian <
"Tidak mungkin." Alexander terkejut karena ia mendapatkan kemampuan seperti karakter game.
Alex mencoba mengeluarkan tas dari dalam kotak inventory.
Di dalam tas tersebut, terdapat tiga buah pistol yang sebelumnya ia simpan di dalam tas dan ia letakkan di samping kepalanya saat berbaring untuk berjaga-jaga.
Setelah beberapa percobaan, Alexander telah mempelajari cara kerja dari inventory.
Benda bisa di keluar-masukkan secara langsung melalui panel sistem maupun jarak jauh maksimal satu meter dari posisi Alex.
Benda di dalam inventory harus disimpan atau dikeluarkan dalam satu waktu per kotaknya.
Misalkan, Alexander menyimpan sebuah pistol di kotak pertama inventory, maka di kotak tersebut akan muncul gambar sebuah pistol.
Dan walaupun Alexander ingin memasukkan pistol lain yang sejenis serta memiliki bentuk serupa, maka sistem akan menolak hal tersebut, yang berarti di kotak itu hanya bisa menyimpan satu buah pistol yang pertama kali ia simpan.
Tetapi, jika sebelumnya Alex memasukkan dua buah pistol ke dalam satu kotak pada waktu yang bersamaan, maka pada kotak tersebut akan muncul gambar dua buah pistol. Hal ini menjelaskan mengapa sebelumnya terdapat sebuah tas yang berisi tiga buah pistol dalam satu kotak inventory.
Ruang penyimpanan per kotaknya memiliki volume 1 m³.
Setelah percobaan pada inventory dirasa cukup, kini Alexander mengalihkan perhatiannya pada pengorbanan.
<
<
<
+1 poin system \= 100 koin emas
[Korbankan]
<
<
Poin system : 10
Koin emas : 1000
Merasa koin emas yang dimilikinya cukup, ia mencoba menekan [Korbankan] sehingga terjadi perubahan pada panel sistem
<
<
<
+1 poin system \= 100 koin emas
[Korbankan]
<
<
Poin system : 11
Koin emas : 900
Merasa cukup, Alexander memeriksa bagian yang lain.
Pada bagian dunia terdaftar, Alexander sedikit memahami isinya.
<
<
<
<
[Planet biru] CD : 22 h, 56 m, 43 s
[Planet sihir] CD : 22 h, 57 m, 07 s
<
Poin system : 11
Koin emas : 900
"Kenapa bagian ini tidak bisa?" Alexander mencoba menekan bagian upgrade system secara langsung maupun dengan benaknya.
Setelah beberapa kali mencoba, Alex meyakini bahwa untuk membuka fungsi upgrade sistem membutuhkan suatu kondisi.
"Baiklah, sekarang waktunya memeriksa poin system." Alex kembali membuka status dan memeriksa bagian konstitusi dan vitalitas.
Nilai yang tertera adalah sebanyak dua poin untuk konstitusi lalu tiga poin untuk vitalitas.
Tatapan Alex tertuju pada tanda [+] di samping angka dua pada bagian konstitusi, lalu dengan benaknya ia menekan tanda tambah tersebut sekali sehingga terjadi perubahan pada angka dari dua menjadi tiga.
"Apa yang terjadi?" Alex menunggu selama beberapa saat untuk mengamati perubahan yang terjadi pada tubuhnya, tetapi ia merasa bingung karena tidak merasakan perubahan apapun.
Merasa aneh, Alex menambahkan poinnya lagi pada konstitusi sebanyak dua poin berturut-turut lalu berdiam diri sambil memejamkan matanya.
Setelah sekitar satu menit merasakan tubuhnya, Alex dikejutkan karena tidak terasa perubahan apapun apakah itu terasa panas, terasa kesemutan, terasa lapar, dan sebagainya yang ia kira akan terjadi sebelumnya.
Menghela nafas, Alex melanjutkan uji cobanya pada vitalitasnya.
Melihat poin sistemnya tersisa delapan, Alex mencoba menambahkan satu poin pada bagian vitalitas.
Terlihat perubahan nilai pada vitalitas Alex dari tiga menjadi empat poin.
Secara bersamaan, Alex merasakan perasaan segar pada seluruh tubuhnya dan rasa lelahnya sejak bekerja tadi telah berkurang.
Merasakan hal tersebut, Alex menambahkan dua poin lagi pada vitalitas sehingga tubuhnya kini terasa sangat segar dan perasaan lelahnya telah menghilang.
"Apa tubuhku sekarang jadi tambah kuat?" Alex membuka bajunya lalu memeriksa bagian-bagian atas tubuhnya.
Melihat badannya yang tetap kurus, Alex terkekeh sambil tersenyum masam.
Sak sak sak sak.
Tiba-tiba terdengar suara gesekan dari semak-semak di belakang Alex yang membuatnya waspada.
Alex mengeluarkan salah satu pistol lalu mengarahkannya ke arah semak yang bersuara.
"Siapa di sana?" Kata Alex dengan suara mengancam.
Sak sak sak sak.
Terlihat seekor kelinci berbulu putih melompat keluar dari dalam semak lalu menolehkan kepala ke arah Alex.
Bertatap mata selama lima detik, kelinci itu tiba-tiba melompat ke arah berlawanan dari Alex dan menghilang setelah beberapa saat.
Menghela nafas.
Alex menenangkan kekhawatirannya dan kembali duduk lalu meletakkan pistol di dekat kakinya waspada jika terjadi sesuatu yang berbahaya.
Setelah melihat sejauh mata memandang hanya terdapat pepohonan yang menjulang tinggi, Alex yakin bahwa ia berada di tengah-tengah hutan.
"Tunggu, ada yang aneh." Alex mengambil pistol dan mengangkatnya.
"Ini aneh, sebelumnya pistol ini terasa berat." Kata Alex dengan mengangkatnya hanya dengan tangan kanan.
Walaupun hanya dengan satu tangan, Alex tidak merasakan sedikitpun beban berat seperti sebelumnya.
Alex kini mengetahui bahwa meningkatkan vitalitas akan meningkatkan kondisi fisiknya juga.
Dan walaupun masih belum mengetahui kegunaan dari konstitusi, tetapi ia yakin bahwa itu akan berguna bagi dirinya.
Alex kembali meletakkan pistol di tanah dan menatap panel sistemnya.
<
Nama : Alexander Leonard
Usia : 17 tahun
Konstitusi : 5 [+]
Vitalitas : 6 [+]
Skill :
- pemahaman bahasa : 0/3 [+]
- klon : 0/3 [+]
- berpikir cepat : 0/3 [+]
<
<
<
<
Poin system : 5
Koin emas : 900
Sepertinya ini penting.
Alex melihat skill pertama yaitu pemahaman bahasa. Menurut
Dan karena Alex mendapatkan skill pemahaman bahasa, maka Alex yakin kalau ia tidak akan mengerti bahasa yang dipakai masyarakat disini kalau ia tidak menaikkan poin skillnya.
Alex memahami dengan kondisinya saat ini bahwa komunikasi sangat penting melebihi kebutuhan akan peningkatannya pada vitalitas ataupun konstitusi yang belum ia pahami kegunaannya.
Dengan itu, Alex memaksimalkan skill pemahaman bahasanya sehingga poin sistem yang tersisa hanya dua.
Kini Alex merasa sedikit tenang saat nanti akan bertemu manusia walaupun ia tidak yakin akan menjumpai satupun di tengah hutan ini.
Untuk sisa poin, Alex menambahkan masing-masing satu poin untuk skill klon dan skill berpikir cepat.
'tutup system' kata Alex dalam benaknya setelah merasakan bahwa percobaan kali ini akan ia sudahi saat ini.
Mengambil pistol di dekat kakinya, Alex berdiri lalu berjalan menjauh dari tempat sebelumnya.
Yang Alex tidak sadari, semak tempat asal kelinci keluar sebelumnya terdapat anak kecil berusia belasan tahun yang sembunyi dibalik semak tersebut.
Sejak Alex meningkatkan konstitusinya, tanpa sadar ia meningkatkan kesadaran sekitarnya.
Sebelumnya, anak kecil itu takut saat ia mendengar suara mengancam dengan kata-kata yang tidak ia mengerti, sehingga ia terdiam dan melepaskan kelinci yang sebelumnya ia dapatkan.
Beberapa menit setelah menenangkan rasa takutnya, ia mengintip melalui celah-celah di semak dan menatap seorang pemuda yang duduk sendiri di tengah hutan.
Saat itulah Alex merasakan perasaan tidak nyaman seolah-olah ada yang mengawasinya sehingga Alex menunda percobaan skill klon dan berpikir cepat yang baru saja ia naikkan poinnya.
Melihat kepergian Alex, anak kecil itu berlari ke arah berlawanan untuk memanggil yang lain melaporkan kejadian yang dilihatnya.
<
Nama : Alexander Leonard
Usia : 17 tahun
Konstitusi : 5 [+]
Vitalitas : 6 [+]
Skill :
- pemahaman bahasa : 3/3 [+]
- klon : 1/3 [+]
- berpikir cepat : 1/3 [+]
<
<
<
<
Poin system : 0
Koin emas : 900
##INFO##
- Konstitusi : meningkatkan kecepatan reaksi, cadangan mana, pemulihan mana, kekuatan jiwa, dan segala hal tentang bakat.
- Vitalitas : meningkatkan kekuatan, kecepatan, pertahanan tubuh, stamina, dan segala hal tentang kondisi fisik.
<
Nama : Alexander Leonard
Usia : 17 tahun
Konstitusi : 5 [+]
Vitalitas : 6 [+]
Skill :
- pemahaman bahasa : 3/3 [+]
- klon : 1/3 [+]
- berpikir cepat : 1/3 [+]
<
<
<
<
Poin system : 0
Koin emas : 900
"Timo... Timo..." Teriak anak kecil yang berlari menuju kelompok sepuluh orang dengan delapan laki-laki dan dua perempuan.
"Mathias, kemana saja kamu. Kami mengira kamu sudah menghilang di hutan ini!" Kesal Timothi yang merupakan anak kepala desa sekaligus pemimpin kelompok yang saat ini melakukan perburuan dan pengumpulan obat-obatan di dalam hutan.
Terlihat empat orang laki-laki di kelompok tersebut yang menundukkan kepalanya karena kehilangan jejak Mathias saat melakukan perburuan tadi dan kembali ke kelompok Timothi yang sedang mengumpulkan obat-obatan tanpa bersama Mathias.
Akibat hal tersebut, mereka berhenti mengumpulkan obat-obatan dan berusaha mencari Mathias di sekitar perbatasan hutan.
"Dengar Timo, tadi aku bertemu.."
"Kemana saja kamu? Mengapa kamu tiba-tiba meninggalkan Andre dan yang lainnya? Apa yang akan terjadi pada Nina kalau kamu dimakan binatang buas di hutan ini?" Sela Timothi dengan kesal kepada Mathias.
Mendengar Timothi yang memarahinya, Mathias menundukkan kepalanya dengan sedih. Terlihat mata Mathias yang mulai berkaca-kaca berusaha menahan tangis.
Melihat Mathias yang bersedih, Timothi menghela nafas dan berkata, "Jadi mengapa kau meninggalkan kelompok Andre?"
Mendengar pertanyaan Timothi, Mathias mengelap sudut matanya dengan telapak tangan dan menengadahkan kepalanya, "Saat tadi kami berhasil menangkap rusa, aku melihat kelinci di kejauhan dan berusaha menangkapnya untuk makan malam dengan Nina."
Mendengar itu, Timothi merasa kasihan sekaligus kesal.
Orang tua Mathias dan Nina merupakan petualang terhebat di desa mereka. Sekitar enam bulan lalu, mereka berdua menjalankan misi bersama untuk berburu monster yang sering memangsa para pemburu di desa tetangga.
Walaupun misi itu berhasil, namun dari tujuh orang yang pergi hanya tiga orang yang berhasil kembali.
Empat orang termasuk kedua orang tua Mathias meninggal saat melawan monster tersebut dan meninggalkan kedua anaknya di desa.
Ketiga orang yang tersisa menyerahkan seluruh hadiah misi sebanyak dua puluh koin emas kepada Mathias dan Nina lalu bepergian ke Bolum Kingdom dan Iones Kingdom tempat dua rekan korban lainnya berasal untuk mengabari keluarga para korban.
Berkat kejadian itu, penduduk di desa mereka sering membantu Mathias dan Nina dengan menyediakan kebutuhan sehari-hari keduanya.
Namun, hal tersebut ditolak oleh Mathias yang keras kepala dan mengatakan bahwa ayah dan ibu mereka meninggalkan banyak uang kepada mereka.
"Dimana kelincinya? Apa kau gagal menangkapnya?" Tanya Timothi.
"Tidak. Aku berhasil menangkap kelinci itu. Tapi sesaat setelah menangkap kelinci itu aku mendengar suara orang asing di hutan. Jadi aku bersembunyi dan melepaskan kelinci itu sebagai pengalih perhatian." Sahut Mathias.
"Bagus Mathias, keselamatanmu nomor satu." Timothi memuji kecerdasan Mathias. "Apakah dia seorang elf?" Lanjut Timothi bertanya.
"Saat aku mengintipnya dia terlihat normal dan telinganya sama dengan kita." Mathias berpikir mengingat-ingat tampilan orang yang dilihatnya. "Tapi Timo, dia sekarang berjalan menuju arah kerajaan Elf."
"Menuju kerajaan Elf? Apakah dia terlihat berbahaya?" Tanya Timothi sambil berpikir kemungkinan bahwa orang tersebut merupakan pedagang budak yang ingin menculik elf dari hutan besar.
"Tapi dia seorang diri dan terlihat tidak membawa apa-apa. Mungkin dia hanya tersesat di hutan." Lanjut Mathias dengan yakin.
Mendengar itu, Timothi juga berpikir bahwa orang itu kemungkinan tersesat. Ia juga memuji kecerdasan Mathias karena tidak langsung bertemu orang tersebut dan malah menuju kelompok mereka untuk menceritakan kejadian ini.
Walaupun kecil kemungkinan orang itu adalah pedagang budak tapi tidak menutup kemungkinan bahwa ia merupakan seorang penjahat yang bersembunyi di hutan.
Dengan jumlah kelompoknya, Timothi yakin mereka akan aman jika orang tersebut merupakan seorang penjahat.
"Baiklah, mari kita menuju orang itu dan menyapanya. Mathias, kamu pimpin arah menuju orang itu." Perintah Timothi kepada kelompok sebelas orang.
Alexander kini sedang mencoba skill klon dan berpikir cepat yang telah ia naikkan masing - masing satu poin.
Mengaktifkan klon, ia mendapati sosok yang persis menyerupai dirinya di depannya.
Dengan pikirannya, Alex mencoba mengontrol klon di depannya untuk bergerak sesuai dengan kehendaknya.
Awalnya, Alex mencoba menggerakkan klonnya dengan kesadaran sepenuhnya berada di tubuh utama.
Hal itu terbukti cukup sulit seperti halnya mencoba menulis dengan tangan kanannya sedangkan tangan kirinya menggambar suatu lukisan.
Klon itu terlihat bergerak dengan gerakan yang kaku dan aneh, Alex meyakini bahwa ia berhasil melakukan itu berkat skill lainnya yaitu berpikir cepat.
Menurut Alex, jika ia dapat memaksimalkan skill berpikir cepat maka ia dapat mengontrol klonnya sesuka hati walaupun separuh kesadarannya berada di tubuh utama, seperti halnya melakukan multitasking.
Saat ini, tubuh utama Alex dalam posisi berbaring dan berusaha mengosongkan pikiran. Alex mencoba memindahkan kesadarannya ke klon dan menyisakan sedikit kesadaran di tubuh utamanya.
"Ini berhasil." Alex tersenyum mengangkat tangannya sejajar dengan mata.
Berpikir sebentar, Alex mencoba sesuatu yang tiba-tiba terlintas di dalam kepalanya.
"Tampilkan sistem."
<
Nama : Alexander Leonard
Usia : 17 tahun
Konstitusi : 5 [+]
Vitalitas : 6 [+]
Skill :
- pemahaman bahasa : 3/3 [+]
- klon : 1/3 [+]
- berpikir cepat : 1/3 [+]
<
<
<
<
Poin system : 0
Koin emas : 900
"Ohhhh. Ini berhasil." Alex tertawa bahagia.
Membuka inventory, ternyata barang-barang di dalamnya dapat dikeluar-masukkan oleh klonnya juga.
"Bukannya hal ini cukup curang?" Kata Alex dengan senyum di wajahnya.
Tiba-tiba, Alex merasakan tubuhnya ditekan oleh sesuatu, klon Alex dengan kesadaran didalamnya bingung lalu menolehkan kepalanya melihat seekor kelinci sedang berdiri di atas tubuh utamanya yang sedang berbaring dengan secuil kesadaran di dalamnya.
Melihat itu, Alex dengan kesal mencoba mengusir kelinci tersebut.
Kelinci itu menolehkan kepalanya ke arah klon Alex. Dengan bingung, kelinci itu melihat bolak - balik antara tubuh utama Alex dan klonnya yang terlihat serupa.
Terdiam, kelinci itu seperti memikirkan sesuatu lalu mengencingi pakaian tubuh utama Alex dan melarikan diri.
"Kelinci sialan." Teriak Alex dengan kesal merasakan tubuhnya basah walaupun kesadaran utamanya sedang berada di dalam klon.
"Baiklah, melihat sekarang aku ada di dalam hutan, aku akan menjadikanmu kelinci bakar yang enak sambil menunggu waktu kembali selesai." Teriak Alex mengeluarkan pistolnya dari inventory berniat menjadikan sang kelinci menjadi makanannya sambil menunggu cooldown kembali ke planet biru selesai.
Alex berlari mengejar kelinci dan mengarahkan pistolnya ke arah kelinci.
"Timo.. Timo.. Lihat, itu orang yang kutemui tadi." Tedengar suara anak kecil berteriak dengan kata-kata yang tidak Alex mengerti sehingga membuat klonnya yang baru saja mengejar kelinci bersembunyi di pepohonan mengamati siapa yang datang.
Di kejauhan, terlihat belasan orang yang dipimpin oleh seorang anak kecil berjalan dengan hati-hati menuju tubuh utamanya yang sedang berbaring.
Alex mempersiapkan pistol di tangannya, waspada jika mereka berniat melakukan hal yang buruk.
Seorang pemuda menahan anak kecil yang berjalan di depan lalu berjalan seorang diri menuju tubuh utamanya.
"Hei bangun, apa yang kau lakukan di sini?" Pemuda itu mencoba membangunkan tubuh Alex yang terlihat pingsan di tengah hutan.
Alex tidak mengerti apa yang dikatakan oleh pemuda tersebut.
Namun melihat ekspresi serta gerakan mereka, klon Alex yang bersembunyi di balik pepohonan merasa mereka tidak berniat buruk.
Alex bingung apa yang harus ia lakukan. Jika tubuh utamanya bangun dan mereka mengajukan beberapa pertanyaan, Alex tidak akan bisa menjawabnya sebab ia tidak mengerti apa yang ia katakan.
Berpikir sebentar, Alex mengingat skill pertamanya yaitu pemahaman bahasa dan mencoba membuat situasi yang membuat ia dapat mendengarkan percakapan kelompok tersebut.
Alex yakin skill pemahaman bahasa akan membuatnya cepat dalam mempelajari bahasa lain.
Klon Alex memasukkan pistolnya kembali ke dalam inventory lalu duduk sambil bersandar ke sebuah pohon.
Klon Alex mengosongkan pikiran mencoba memindahkan kesadarannya kembali ke dalam tubuh utama.
Di depan pemuda itu, tubuh utama Alex perlahan membuka matanya dengan perlahan.
"Aaa... Aaa... Aaa..." Alex berpura-pura kesulitan berbicara. Tangan kanannya terlihat berputar-putar di atas perutnya dengan gerakan lemah lalu ia kembali pingsan.
"Sepertinya dia pingsan karena kelaparan. Tio, Stevi masak rusa yang tadi kita buru. Yang lain akan mencari kayu bakar." Perintah Timothi kepada yang lain.
Alex yang tidak mengerti apa perkataan pemuda itu tetap tertidur, namun dengan klonnya yang bersembunyi tidak jauh dari tempat itu, ia melihat beberapa orang membersihkan kaki rusa yang mereka bawa sedangkan beberapa orang yang lain berkeliling mengumpulkan kayu bakar.
Melihat itu Alex tersenyum senang dan berpikir bahwa aktingnya sangat baik.
Meninggalkan tubuh utamanya di penjagaan mereka, ia berjalan perlahan ke arah kelinci sialan tadi lari dan berniat memberikan kelinci itu bayaran atas penghinaan yang tadi kelinci itu lakukan pada tubuh utamanya.
<
Nama : Alexander Leonard
Usia : 17 tahun
Konstitusi : 5 [+]
Vitalitas : 6 [+]
Skill :
- pemahaman bahasa : 3/3 [+]
- klon : 1/3 [+]
- berpikir cepat : 1/3 [+]
<
<
<
<
Poin system : 0
Koin emas : 900
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!