Suasana mendung di pagi hari, segelap hati Aleesha yang terlihat dari raut wajahnya.
"Icha, wajah kamu pucat Nak, Kamu sakit ?" Tanya Bunda diiringi sentuhan lembut di keningnya.
"Enggak Bunda, Icha cuma sedikit lelah saja, mungkin karena kurang tidur juga." Jawabnya tanpa berani mengangkat wajahnya.
Seperti biasa, setiap pagi Aleesha selalu menyapa tanaman-tanaman bunga yang dia rawat di sekitar balkon apartemen rumahnya.
"Icha, Ayah minta maaf, jika pembicaraan kita tempo hari, membuat hatimu merasa tidak nyaman." Giliran Ayah yang memberikan perhatian.
Aleesha terdiam, sejenak dia hentikan aktivitas paginya. Mengingat kembali saran yang diberikan Keysha kepadanya.
"Icha gak papa Ayah, benar apa yang Ayah bilang. Sebaiknya Icha bertemu dengan mereka, sebelum Icha memutuskan." Jawab Aleesha tanpa ada keraguan di sana.
"Kamu yakin Nak ?" Tanya Bunda memastikan.
"Iya Bunda, Icha yakin."
Lega rasanya Bunda mendengar jawaban Aleesha. Sama seperti putrinya, hampir setiap malam Bunda tidak bisa memejamkan mata. Memikirkan bagaimana caranya menolak dan mengembalikan pembicaraan yang mereka sampaikan untuk Aleesha, tanpa harus menyinggung perasaan keluarga Purnama.
Pagi itu juga, Ayah menghubungi keluarga besar sahabatnya. Bukan hanya sekedar mengucapkan 'Selamat pagi' tapi juga menyampaikan maksud dan keinginan putrinya.
"Baik-baik, nanti saya sampaikan putri saya. Iya-iya, kita sebagai orang tua hanya bisa mengarahkan dan menyarankan. Namun keputusan tetap ada pada mereka berdua." Begitulah sepenggal kalimat yang Aleesha dengar dari percakapan Ayahnya.
Entah apa yang Beliau bicarakan, yang pasti ada sebuah perjanjian dan pertemuan yang mereka sepakati.
***
Kediaman Keluarga Purnama
"Hallo, kamu dimana Nak, sebentar lagi tamu kita akan datang." Kata Mama Rose panik. Meskipun merasa lega, setelah lama menghubungi putra sulungnya yang belum pulang tanpa kabar.
"Gimana Ma ?" Tanya Papa, saat melihat Mama Rose menyudahi pembicaraan dengan putranya melalui sambungan seluler.
"Bram sudah dalam perjalanan Pa. Tapi mungkin agak sedikit terlambat."
"Ya sudah, kita tunggu saja." Komentar Papa lebih santai.
"Dira, kamu mau kemana ?" Tanya Mama Rose yang melihat putri bungsunya mengendap-endap ingin meninggalkan rumah.
"Ma, Dira kan sudah izin sama Mama. Hari ini Dira ada acara sama teman-teman." Rengeknya.
"Tidak sekarang Dira, Mama tidak pernah melarang kamu kemana saja, tapi untuk kali ini, Mama mohon untuk tetap diam di rumah." Ada nada meninggi yang terdengar dari suara Mama yang bergetar.
"Harus ya Ma ?"
"Harus.
"Terus, apa hubungannya dengan Dira ? Abang yang di jodohkan, Dira yang repot." Celoteh nya.
Gadis remaja yang masih duduk di bangku kelas sebelas Sekolah Menengah Atas itu, masih saja membantah setiap apa yang diintruksikan Mamanya.
•Andira Purnama
Putri bungsu keluarga Purnama. Adik perempuan satu-satunya dari Asbram Purnama. Sifatnya yang masih kekanak-kanakan dan manja, tidak sesuai dengan usianya yang seharusnya sudah matang dan memikirkan masa depan.
"Dira, kalau Mama bilang tidak ya tidak. Mana Abang kamu belum pulang pulang lagi." Omel Mama Rose kesal sendiri.
"Sengaja kali, Abang gak pulang." Komentar nya asal.
"Dira, jangan bikin Mama kamu tambah panik." Pinta Papa yang melihat Mama Rose semakin melotot.
"Hehehe...siap Pa, lagian Mama juga aneh. Hari gini, masih saja percaya sama perjodohan." Lirihnya.
"Kamu, anak kecil mana tahu urusan orang tua !" Gertak Mama.
Din din ...
Sejenak Mama Rose menghentikan perdebatan dengan putrinya. Dari jauh terlihat salah satu asisten rumah tangganya berjalan tergesa.
"Mas Bram sudah datang Min ?" Tanya Mama Rose, kepada seorang perempuan yang biasa dipanggil Mbak Amin itu.
"Belum Bu, tapi tamu Bapak dan Ibu sudah datang."
"Ya Allah Bram Bram, dimana kamu Nak." Gerutu Mama Rose.
"Sudah, sudah, kita sambut tamu kita terlebih dahulu." Pinta Papa lebih tenang.
Masih sama seperti kebiasaan mereka sebelumnya, selalu berbasa-basi dan saling menyapa juga bertanya kabar setiap bertemu.
"Dira, ini Om Hermanto dan Tante Aida, sahabat Mama dan Papa waktu SMA dulu."
"Malam Om, Tante." Sapa Andira.
"Selamat malam sayang, cantik sekali gadisnya Mama Rose. Terakhir kita ketemu, Andira masih digendongan ya." Sapa balik Bunda Aida.
Berbeda dengan kedua orang tuanya, pandangan mata Andira tertuju kepada seorang perempuan yang masih sibuk menempatkan kendaraannya pada posisi yang tepat.
Dengan anggun, Aleesha melangkahkan kakinya menuju ke tempat dimana Ayah dan Bundanya berada.
"Assalamu'alaikum Om, Tante." Sapa Aleesha.
"Wa'alaikumsalam." Jawab Mama dan Papa serentak.
"Ini pasti Aleesha." Kata Mama Rose menebak.
"Iya dong, siapa lagi, yang tercantik diantara kami..." Gurau Bunda membalas sapaan Mama Rose.
"Benar-benar cantik Mbak, mirip Almarhumah Ibunya." Bisik Mama Rose berkaca-kaca.
Bunda Aida mengangguk, mengiyakan komentar Mama Rose tentang putrinya.
Aleesha menanggapi percakapan mereka dengan tersenyum ramah. Namun, senyum yang tadinya manis mengembang itu, tiba-tiba berubah datar, saat kedua matanya tertuju pada seorang gadis belia yang berdiri mematung tepat di hadapannya.
"Andira, apa yang kamu lakukan ?" Bisik Mama Rose setengah menegur.
"Sebentar Ma, ini Mbak Aleesha Zavira. Mentor produk herbal yang sangat terkenal itu !" Terdengar nada tinggi Andira yang terkagum melihat idolanya di depan mata.
Semua yang hadir dibuat melongo dengan pertanyaan Andira.
"Hallo, perkenalkan, saya Aleesha." Ucapnya mengulurkan tangan.
"Aaaaaa...beneran Mbak Aleesha !" Teriaknya lagi.
"Dira, gak sopan begitu." Tegur Mama Rose, melihat tingkah kekanakan gadisnya.
"Seneng Mama, akhirnya, ini Mbak Aleesha yang pernah Dira ceritakan itu." Ucapnya Girang penuh ekspresi.
"Ah sudah, sudah, ayo silahkan masuk. Kita ngobrol dulu sambil menunggu pangeran tampan kita datang." Kata Mama Rose mencairkan suasana.
"Oh ya Mas, maaf ini, mungkin Bram sedikit terlambat." Kata Papa Hendra.
"Oh, tidak apa-apa."
"Maklumlah Mas, usaha Bram sedang bagus-bagusnya ini, jadi kami tidak punya banyak untuk membahas rencana kita."
Entah sadar atau tidak, keterangan yang diberikan Papa Hendra, membuat hati kecil Ayah Hermanto ragu akan kebahagiaan putrinya kelak. Secara, mereka berdua sama-sama sibuk pada bisnis masing-masing.
"Tapi, tapi tidak akan lama. Tadi dia sudah dalam perjalanan pulang, mungkin juga sebentar lagi datang." Kata Papa Hendra kembali, usai melihat perubahan mimik wajah Ayah Hermanto.
Semua berjalan menuju tempat dimana sudah dipersiapkan oleh keluarga Purnama.
"Maafkan anak gadis kami ya." Kata Mama Rose setengah berbisik kepada Aleesha.
"Tidak apa-apa Tante." Jawab Aleesha sopan.
Tidak membutuhkan waktu lama bagi Aleesha untuk bisa membaur dengan keluarga besar Purnama. Terutama Andira, dia semakin akrab dengan gadis yang menjadi satu-satunya kandidat kakak iparnya itu.
Tingkahnya semakin kekanak-kanakan, bukan hanya mengajak Aleesha untuk berfoto Selfi, tapi juga meminta Aleesha untuk membubuhkan tanda tangan di setiap poster, t-shirts bahkan novel kesukaan nya.
Waktu menunjukkan hampir pukul delapan. Jam makan malam hampir terlewatkan, namun pemeran utama yang ditunggu-tunggu belum juga ada di antara mereka.
"Lebih baik, kita makan terlebih dahulu yuk." Pinta Papa sembari melirik arloji di pergelangan tangannya.
"Apa tidak sebaiknya kita tunggu Nak Bram sebentar lagi Mas ?" Komentar Bunda Aida.
"Tidak apa-apa, kita makan terlebih dahulu."
"Iya Mbak, Mas, ayo Aleesha, keburu dingin makanannya." Pinta Mama Rose menyetujui usulan Papa.
'Kemana sebenarnya laki-laki yang akan mereka kenalkan padaku ?' Tanya Aleesha dalam hati.
"Ayo Aleesha, Mas, Mbak Aida, dicicipi, ini saya sendiri yang masak lo." Kata Mama Rose membuyarkan lamunan Aleesha.
'Apa mungkin, dia sengaja tidak hadir, untuk menghindari pertemuan kami ?' Pertanyaan itu kembali muncul di benak Aleesha.
'Mungkin, ini cara Allah menghindarkanmu dari pria yang bukan jodohmu Aleesha.' Komentar sisi hatinya yang lain.
"Selamat malam."
Semua mata beralih pandangan, menuju ke arah sumber suara.
'Rasanya, aku pernah mendengar suara ini ?' Kata hati Aleesha sebelum memutuskan untuk ikut menoleh memastikan siapa pemilik suara yang baru saja dia dengar.
Next On ------------------->
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments