Bab. 05. Suara Ini

Suasana mendung di pagi hari, segelap hati Aleesha yang terlihat dari raut wajahnya.

"Icha, wajah kamu pucat Nak, Kamu sakit ?" Tanya Bunda diiringi sentuhan lembut di keningnya.

"Enggak Bunda, Icha cuma sedikit lelah saja, mungkin karena kurang tidur juga." Jawabnya tanpa berani mengangkat wajahnya.

Seperti biasa, setiap pagi Aleesha selalu menyapa tanaman-tanaman bunga yang dia rawat di sekitar balkon apartemen rumahnya.

"Icha, Ayah minta maaf, jika pembicaraan kita tempo hari, membuat hatimu merasa tidak nyaman." Giliran Ayah yang memberikan perhatian.

Aleesha terdiam, sejenak dia hentikan aktivitas paginya. Mengingat kembali saran yang diberikan Keysha kepadanya.

"Icha gak papa Ayah, benar apa yang Ayah bilang. Sebaiknya Icha bertemu dengan mereka, sebelum Icha memutuskan." Jawab Aleesha tanpa ada keraguan di sana.

"Kamu yakin Nak ?" Tanya Bunda memastikan.

"Iya Bunda, Icha yakin."

Lega rasanya Bunda mendengar jawaban Aleesha. Sama seperti putrinya, hampir setiap malam Bunda tidak bisa memejamkan mata. Memikirkan bagaimana caranya menolak dan mengembalikan pembicaraan yang mereka sampaikan untuk Aleesha, tanpa harus menyinggung perasaan keluarga Purnama.

Pagi itu juga, Ayah menghubungi keluarga besar sahabatnya. Bukan hanya sekedar mengucapkan 'Selamat pagi' tapi juga menyampaikan maksud dan keinginan putrinya.

"Baik-baik, nanti saya sampaikan putri saya. Iya-iya, kita sebagai orang tua hanya bisa mengarahkan dan menyarankan. Namun keputusan tetap ada pada mereka berdua." Begitulah sepenggal kalimat yang Aleesha dengar dari percakapan Ayahnya.

Entah apa yang Beliau bicarakan, yang pasti ada sebuah perjanjian dan pertemuan yang mereka sepakati.

***

Kediaman Keluarga Purnama

"Hallo, kamu dimana Nak, sebentar lagi tamu kita akan datang." Kata Mama Rose panik. Meskipun merasa lega, setelah lama menghubungi putra sulungnya yang belum pulang tanpa kabar.

"Gimana Ma ?" Tanya Papa, saat melihat Mama Rose menyudahi pembicaraan dengan putranya melalui sambungan seluler.

"Bram sudah dalam perjalanan Pa. Tapi mungkin agak sedikit terlambat."

"Ya sudah, kita tunggu saja." Komentar Papa lebih santai.

"Dira, kamu mau kemana ?" Tanya Mama Rose yang melihat putri bungsunya mengendap-endap ingin meninggalkan rumah.

"Ma, Dira kan sudah izin sama Mama. Hari ini Dira ada acara sama teman-teman." Rengeknya.

"Tidak sekarang Dira, Mama tidak pernah melarang kamu kemana saja, tapi untuk kali ini, Mama mohon untuk tetap diam di rumah." Ada nada meninggi yang terdengar dari suara Mama yang bergetar.

"Harus ya Ma ?"

"Harus.

"Terus, apa hubungannya dengan Dira ? Abang yang di jodohkan, Dira yang repot." Celoteh nya.

Gadis remaja yang masih duduk di bangku kelas sebelas Sekolah Menengah Atas itu, masih saja membantah setiap apa yang diintruksikan Mamanya.

•Andira Purnama

Putri bungsu keluarga Purnama. Adik perempuan satu-satunya dari Asbram Purnama. Sifatnya yang masih kekanak-kanakan dan manja, tidak sesuai dengan usianya yang seharusnya sudah matang dan memikirkan masa depan.

"Dira, kalau Mama bilang tidak ya tidak. Mana Abang kamu belum pulang pulang lagi." Omel Mama Rose kesal sendiri.

"Sengaja kali, Abang gak pulang." Komentar nya asal.

"Dira, jangan bikin Mama kamu tambah panik." Pinta Papa yang melihat Mama Rose semakin melotot.

"Hehehe...siap Pa, lagian Mama juga aneh. Hari gini, masih saja percaya sama perjodohan." Lirihnya.

"Kamu, anak kecil mana tahu urusan orang tua !" Gertak Mama.

Din din ...

Sejenak Mama Rose menghentikan perdebatan dengan putrinya. Dari jauh terlihat salah satu asisten rumah tangganya berjalan tergesa.

"Mas Bram sudah datang Min ?" Tanya Mama Rose, kepada seorang perempuan yang biasa dipanggil Mbak Amin itu.

"Belum Bu, tapi tamu Bapak dan Ibu sudah datang."

"Ya Allah Bram Bram, dimana kamu Nak." Gerutu Mama Rose.

"Sudah, sudah, kita sambut tamu kita terlebih dahulu." Pinta Papa lebih tenang.

Masih sama seperti kebiasaan mereka sebelumnya, selalu berbasa-basi dan saling menyapa juga bertanya kabar setiap bertemu.

"Dira, ini Om Hermanto dan Tante Aida, sahabat Mama dan Papa waktu SMA dulu."

"Malam Om, Tante." Sapa Andira.

"Selamat malam sayang, cantik sekali gadisnya Mama Rose. Terakhir kita ketemu, Andira masih digendongan ya." Sapa balik Bunda Aida.

Berbeda dengan kedua orang tuanya, pandangan mata Andira tertuju kepada seorang perempuan yang masih sibuk menempatkan kendaraannya pada posisi yang tepat.

Dengan anggun, Aleesha melangkahkan kakinya menuju ke tempat dimana Ayah dan Bundanya berada.

"Assalamu'alaikum Om, Tante." Sapa Aleesha.

"Wa'alaikumsalam." Jawab Mama dan Papa serentak.

"Ini pasti Aleesha." Kata Mama Rose menebak.

"Iya dong, siapa lagi, yang tercantik diantara kami..." Gurau Bunda membalas sapaan Mama Rose.

"Benar-benar cantik Mbak, mirip Almarhumah Ibunya." Bisik Mama Rose berkaca-kaca.

Bunda Aida mengangguk, mengiyakan komentar Mama Rose tentang putrinya.

Aleesha menanggapi percakapan mereka dengan tersenyum ramah. Namun, senyum yang tadinya manis mengembang itu, tiba-tiba berubah datar, saat kedua matanya tertuju pada seorang gadis belia yang berdiri mematung tepat di hadapannya.

"Andira, apa yang kamu lakukan ?" Bisik Mama Rose setengah menegur.

"Sebentar Ma, ini Mbak Aleesha Zavira. Mentor produk herbal yang sangat terkenal itu !" Terdengar nada tinggi Andira yang terkagum melihat idolanya di depan mata.

Semua yang hadir dibuat melongo dengan pertanyaan Andira.

"Hallo, perkenalkan, saya Aleesha." Ucapnya mengulurkan tangan.

"Aaaaaa...beneran Mbak Aleesha !" Teriaknya lagi.

"Dira, gak sopan begitu." Tegur Mama Rose, melihat tingkah kekanakan gadisnya.

"Seneng Mama, akhirnya, ini Mbak Aleesha yang pernah Dira ceritakan itu." Ucapnya Girang penuh ekspresi.

"Ah sudah, sudah, ayo silahkan masuk. Kita ngobrol dulu sambil menunggu pangeran tampan kita datang." Kata Mama Rose mencairkan suasana.

"Oh ya Mas, maaf ini, mungkin Bram sedikit terlambat." Kata Papa Hendra.

"Oh, tidak apa-apa."

"Maklumlah Mas, usaha Bram sedang bagus-bagusnya ini, jadi kami tidak punya banyak untuk membahas rencana kita."

Entah sadar atau tidak, keterangan yang diberikan Papa Hendra, membuat hati kecil Ayah Hermanto ragu akan kebahagiaan putrinya kelak. Secara, mereka berdua sama-sama sibuk pada bisnis masing-masing.

"Tapi, tapi tidak akan lama. Tadi dia sudah dalam perjalanan pulang, mungkin juga sebentar lagi datang." Kata Papa Hendra kembali, usai melihat perubahan mimik wajah Ayah Hermanto.

Semua berjalan menuju tempat dimana sudah dipersiapkan oleh keluarga Purnama.

"Maafkan anak gadis kami ya." Kata Mama Rose setengah berbisik kepada Aleesha.

"Tidak apa-apa Tante." Jawab Aleesha sopan.

Tidak membutuhkan waktu lama bagi Aleesha untuk bisa membaur dengan keluarga besar Purnama. Terutama Andira, dia semakin akrab dengan gadis yang menjadi satu-satunya kandidat kakak iparnya itu.

Tingkahnya semakin kekanak-kanakan, bukan hanya mengajak Aleesha untuk berfoto Selfi, tapi juga meminta Aleesha untuk membubuhkan tanda tangan di setiap poster, t-shirts bahkan novel kesukaan nya.

Waktu menunjukkan hampir pukul delapan. Jam makan malam hampir terlewatkan, namun pemeran utama yang ditunggu-tunggu belum juga ada di antara mereka.

"Lebih baik, kita makan terlebih dahulu yuk." Pinta Papa sembari melirik arloji di pergelangan tangannya.

"Apa tidak sebaiknya kita tunggu Nak Bram sebentar lagi Mas ?" Komentar Bunda Aida.

"Tidak apa-apa, kita makan terlebih dahulu."

"Iya Mbak, Mas, ayo Aleesha, keburu dingin makanannya." Pinta Mama Rose menyetujui usulan Papa.

'Kemana sebenarnya laki-laki yang akan mereka kenalkan padaku ?' Tanya Aleesha dalam hati.

"Ayo Aleesha, Mas, Mbak Aida, dicicipi, ini saya sendiri yang masak lo." Kata Mama Rose membuyarkan lamunan Aleesha.

'Apa mungkin, dia sengaja tidak hadir, untuk menghindari pertemuan kami ?' Pertanyaan itu kembali muncul di benak Aleesha.

'Mungkin, ini cara Allah menghindarkanmu dari pria yang bukan jodohmu Aleesha.' Komentar sisi hatinya yang lain.

"Selamat malam."

Semua mata beralih pandangan, menuju ke arah sumber suara.

'Rasanya, aku pernah mendengar suara ini ?' Kata hati Aleesha sebelum memutuskan untuk ikut menoleh memastikan siapa pemilik suara yang baru saja dia dengar.

Next On ------------------->

Episodes
1 Bab. 01. Namaku Aleesha
2 Bab. 02. Reuni Angkatan 70an
3 Bab. 03. Janji Yang Hampir Terlupakan
4 Bab. 04. Sahabat Rempong
5 Bab. 05. Suara Ini
6 Bab. 06. Pertemuan Awal
7 Bab. 07. Pertemuan Kedua
8 Bab. 08. 706 vs 709
9 Bab. 09. Nasehat Keysha
10 Bab. 10. Salah Kamar
11 Bab. 11. Perhatian Awal
12 Bab. 12. Kenangan Yang Tak Terlupakan
13 Bab. 13. Masih Mengingat Masa Lalu
14 Bab. 14. Perhatian di Balik Layar
15 Bab. 15. Terlelap Tapi Bukan Tidur
16 Bab. 16. Besuk Calon Menantu
17 Bab. 17. Perasaan Yang Tak Biasa
18 Bab. 18. Kabur Dari Rumah Sakit
19 Bab. 19. Kegaduhan Tak Terduga
20 Bab. 20. Galau
21 Bab. 21. Kepanikan Widya
22 Bab. 22. Awal Petaka
23 Bab. 23. Ancaman
24 Bab. 24. Jati Diri Pria Misterius
25 Bab. 25. Bersitegang
26 Bab. 26. Dendam Masa Lalu
27 Bab. 27. Pengorbanan
28 Bab. 28. Serba Salah
29 Bab. 29. Firasat Bunda
30 Bab. 30. Risalah Hati Aleesha
31 Bab. 31. Keras Kepala
32 Bab. 32. Keputusan Aleesha
33 Bab. 33. Akhirnya Setuju Juga
34 Bab. 34. Tidak Ada Malam Pertama
35 Bab. 35. Tidak Ada Kabar
36 Bab. 36. Namanya Chacha
37 Bab. 37. Bertemu Pak Saleh
38 Bab. 38. Pulang
39 Bab. 39. Siapa Dia ?
40 Bab. 40. Rindu Bahagia
41 Bab. 41. Curahan Hati Aleesha
42 Bab. 42. Dia Tak Kembali
43 Bab. 43. Emosi Yang Tak Terbendung
44 Bab. 44. Pernikahan Widya & Ridwan
45 Bab. 45. Lelah
46 Bab. 46. Tangan Kecil Nadira
47 Bab. 47. Mulai Terungkap
48 Bab. 48. Akhirnya Gol Juga
49 Bab. 49. Bucinnya Abangku
50 Bab. 50. Miskomunikasi
51 Bab. 51. Kasih Tak Sampai
52 Bab. 52. Jumpa Malu Tak Jumpa Rindu
53 Bab. 53. Selalu Orang Ketiga
54 Bab. 54. Ungkapan Hati Arya
55 Bab. 55. Cemburu
56 Bab. 56. Malam Yang Berkesan
57 Bab. 57. Hari Ini Hanya Untukmu
58 Bab. 58. Istriku Wanita Hebat
59 Bab. 59. Lelah Membawa Berkah
60 Bab. 60. Ada Yang Beda Dengan Aleesha
61 Bab. 61. Akhirnya Tumbang
62 Bab. 62. Makna Sebuah Mimpi
63 Bab. 63. Serba Salah
64 Bab. 64. Rindu Yang Tertahan
65 Bab. 65. Akhirnya Diizinkan Juga
66 Bab. 66. Ngambek
67 Bab. 67. Surprise
68 Bab. 68. Cemas Tanpa Sebab
69 Bab. 69. Sebuah Firasat
Episodes

Updated 69 Episodes

1
Bab. 01. Namaku Aleesha
2
Bab. 02. Reuni Angkatan 70an
3
Bab. 03. Janji Yang Hampir Terlupakan
4
Bab. 04. Sahabat Rempong
5
Bab. 05. Suara Ini
6
Bab. 06. Pertemuan Awal
7
Bab. 07. Pertemuan Kedua
8
Bab. 08. 706 vs 709
9
Bab. 09. Nasehat Keysha
10
Bab. 10. Salah Kamar
11
Bab. 11. Perhatian Awal
12
Bab. 12. Kenangan Yang Tak Terlupakan
13
Bab. 13. Masih Mengingat Masa Lalu
14
Bab. 14. Perhatian di Balik Layar
15
Bab. 15. Terlelap Tapi Bukan Tidur
16
Bab. 16. Besuk Calon Menantu
17
Bab. 17. Perasaan Yang Tak Biasa
18
Bab. 18. Kabur Dari Rumah Sakit
19
Bab. 19. Kegaduhan Tak Terduga
20
Bab. 20. Galau
21
Bab. 21. Kepanikan Widya
22
Bab. 22. Awal Petaka
23
Bab. 23. Ancaman
24
Bab. 24. Jati Diri Pria Misterius
25
Bab. 25. Bersitegang
26
Bab. 26. Dendam Masa Lalu
27
Bab. 27. Pengorbanan
28
Bab. 28. Serba Salah
29
Bab. 29. Firasat Bunda
30
Bab. 30. Risalah Hati Aleesha
31
Bab. 31. Keras Kepala
32
Bab. 32. Keputusan Aleesha
33
Bab. 33. Akhirnya Setuju Juga
34
Bab. 34. Tidak Ada Malam Pertama
35
Bab. 35. Tidak Ada Kabar
36
Bab. 36. Namanya Chacha
37
Bab. 37. Bertemu Pak Saleh
38
Bab. 38. Pulang
39
Bab. 39. Siapa Dia ?
40
Bab. 40. Rindu Bahagia
41
Bab. 41. Curahan Hati Aleesha
42
Bab. 42. Dia Tak Kembali
43
Bab. 43. Emosi Yang Tak Terbendung
44
Bab. 44. Pernikahan Widya & Ridwan
45
Bab. 45. Lelah
46
Bab. 46. Tangan Kecil Nadira
47
Bab. 47. Mulai Terungkap
48
Bab. 48. Akhirnya Gol Juga
49
Bab. 49. Bucinnya Abangku
50
Bab. 50. Miskomunikasi
51
Bab. 51. Kasih Tak Sampai
52
Bab. 52. Jumpa Malu Tak Jumpa Rindu
53
Bab. 53. Selalu Orang Ketiga
54
Bab. 54. Ungkapan Hati Arya
55
Bab. 55. Cemburu
56
Bab. 56. Malam Yang Berkesan
57
Bab. 57. Hari Ini Hanya Untukmu
58
Bab. 58. Istriku Wanita Hebat
59
Bab. 59. Lelah Membawa Berkah
60
Bab. 60. Ada Yang Beda Dengan Aleesha
61
Bab. 61. Akhirnya Tumbang
62
Bab. 62. Makna Sebuah Mimpi
63
Bab. 63. Serba Salah
64
Bab. 64. Rindu Yang Tertahan
65
Bab. 65. Akhirnya Diizinkan Juga
66
Bab. 66. Ngambek
67
Bab. 67. Surprise
68
Bab. 68. Cemas Tanpa Sebab
69
Bab. 69. Sebuah Firasat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!