Bab. 02. Reuni Angkatan 70an

Aleesha berjalan tergesa-gesa setengah berlari menuju ruang tunggu di depan pintu kedatangan di Bandara.

'Semoga belum terlambat.' ucapnya dalam hati, sesekali dia tengok arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

Namun, di luar perkiraan, dari jauh sudah terlihat Ayah dan Bundanya menunggu di sana.

"Aleesha, kesayangan Bunda." Panggil Beliau saat melihat putrinya berlari.

Itulah kalimat pertama yang selalu Aleesha dengar saat berjumpa dengan Bunda.

•Aida Yulaikha,

Ibu angkat Aleesha Zavira. Beliau seorang ibu rumah tangga, yang hampir putus asa, sejak Dokter menyatakan kalau rahimnya harus diangkat, dikarenakan telah terinfeksi virus yang bisa menyebabkan tumbuhnya kanker pada rahim.

Namun hidupnya kembali terasa berarti sejak hadirnya Aleesha kecil di pangkuannya. Meskipun bukan terlahir dari rahimnya, Aleesha kecil adalah anugerah terindah yang Allah titipkan kepadanya.

"Ayah, Bunda, maafkan Icha. Icha terlambat." Ucapnya usai mencium punggung tangan kedua orangtuanya.

"Tidak apa-apa, yang penting kita sudah sampai dengan selamat." Kata Ayah bijak.

•Hermantoro

Ayah angkat Aleesha Zavira. Beliau seorang pensiunan guru, yang mendidik dan menyayangi Aleesha sejak ditinggal kedua orangtuanya.

"Ayo-ayo, Bunda ingin segera rebahan, untuk persiapan acara nanti malam."

"Tidak usah dipaksakan Bun, kalau Bunda capek, biar ayah saja yang datang." Komentar Aleesha sembari mendorong travel bag orang tuanya.

"Tidak-tidak, Bunda sehat, kuat, cuma butuh sedikit istirahat saja, nanti juga hilang capeknya." Kekeh Beliau.

"Maklum Cha, faktor U." Canda ayah menanggapi kalimat Bunda.

Canda tawa ria terdengar di dalam perjalanan menuju apartemen Aleesha. Berlanjut sampai di dalam rumah, hingga tak terdengar lagi suara Ayah dan Bunda yang terlelap karena rasa capek melanda.

***

Sabtu, 8 Januari 2022

Malam Minggu yang ditunggu. Reuni akbar yang lama tidak digelar, membuat kedua senior ini begitu bersemangat untuk menghadiri.

"Ayo Bun, jangan lama-lama dandannya." Teriak Ayah setengah menggoda.

"Iya sebentar Yah."

"Mau dandan seperti apa juga gak bakalan laku lagi." Celetuk Ayah bercanda.

"Memangnya Ayah rela kalau Bunda laku lagi."

"Hah, coba saja kalau berani."

"Hhmmm...gak rela kan."

Aleesha tersenyum mendengar candaan Ayah dan Bundanya. Suasana bahagia yang lama tidak dia rasakan, semenjak dia meniti karier dan harus jauh dari orang tuanya.

Di dalam hati, Aleesha berdoa, semoga kelak dia akan mendapatkan seorang pendamping seperti Ayahnya, sabar, pengertian dan penyayang.

Sejak kecil, belum pernah sedikitpun Aleesha melihat atau merasakan kemarahan Ayah. Meskipun mereka bukan orang tua kandung nya, tapi kasih sayang yang mereka berikan melebihi kasih sayang orang tua kepada anaknya. Jika Bunda merajuk, Ayah dengan sabar menenangkan.

"Let's go, Bunda sudah siap." Bahasa gaul Bunda membuyarkan lamunan Aleesha.

"Kamu yakin mau antar Ayah dan Bunda ?" Tanya Ayah kepada putrinya.

"Yakin, memangnya kenapa Yah ?" Jawab Aleesha ganti bertanya.

"Bukan apa-apa, Ayah cuma tidak mau kamu capek. Bukannya sejak pagi tadi kamu ada acara. Dan ayah lihat kamu belum istirahat sampai sekarang." Ucap Ayah panjang lebar.

"Gakpapa Yah, Icha senang bisa jalan sama Ayah dan Bunda. Lagipula tempat acaranya juga tidak begitu jauh dari apartemen."

"Atau begini saja Nak, Icha cukup mengantarkan Ayah dan Bunda saja. Nanti pulangnya kita pesan taxi online. Bagaimana ?" Kata Bunda urun rembuk.

"Gakpapa Bunda, Icha bisa tunggu sampai acara Bunda selesai."

"Jangan, jangan. Benar apa yang Bunda bilang, karena kita sendiri belum tahu acaranya selesai jam berapa." Cegah Ayah juga.

"Baik, baik, Icha ikut saja apa kata Bunda. Tapi ingat, kalau Icha siap dua puluh empat jam, kapanpun Ayah selesai bisa hubungi Icha." Tegasnya.

Dengan sedikit dibumbui perdebatan, akhirnya Aleesha menyerah dan nurut apa yang Bunda katakan. Cukup antar, tinggal, jemput lagi nanti kalau sudah selesai acara.

Lokasi tempat acara reunian memang tidak jauh dari apartemen Aleesha. Cuma memakan waktu setengah jam perjalanan. Gedung yang digunakan adalah gedung serbaguna milik keluarga besar Purnama sekaligus promotor acara reuni angkatan 70an saat ini.

"Kalau begitu, Icha tinggal ya Bun ?" Pamitnya.

"Iya Nak, hati-hati di jalan ya."

Ayah dan Bunda segera berjalan menuju ruang dimana acara akan berlangsung.

"Wah, hebat ya Hendra dan Rose, mereka bisa sesukses ini. Punya usaha dimana-mana." Gumam Bunda mengagumi megah nya gedung yang mereka masuki saat ini.

•Hendra Purnama & Rosemalina Purnama

Teman seangkatan Ayah & Ibu angkat Aleesha, yang juga sahabat karib Ayah dan Ibu kandung Aleesha.

"Bunda dengar, katanya putra sulung mereka juga seorang pengusaha sukses Yah." Lanjut Bunda sembari berjalan.

"Coba kalau Deni dan Linda masih ada ya Bun." Komentar Ayah.

Entah kata-kata mana yang sesuai dengan pernyataan Bunda.

•Deni & Linda

Orang tua kandung Aleesha, yang meninggal saat Aleesha masih berusia sebelas bulan. Beliau meninggal akibat sebuah kecelakaan tunggal.

Sejenak Bunda terdiam, ada sesuatu di masa lalu yang terlintas pada memori Bunda.

"Iya Yah, padahal dulu mereka sangat dekat." Raut wajah Bunda berubah muram saat mengucapkan kalimat itu.

"Ah, sudahlah Bun. Tidak usah diingat-ingat lagi."

Tak terasa obrolan sambil berjalan membuat Ayah dan Bunda tidak menyadari ada sepasang mata yang memperhatikan.

"Mas Herman." Sapa seorang pria yang usianya tidak jauh beda dengannya.

"Hendra Purnama." Balas ayah menyapa.

Mereka saling berpelukan, melepas rasa rindu yang lama tak bertemu.

"Apa kabar Mas Herman ?"

"Alhamdulillah, baik, baik."

"Hhhmmmm, kalau sudah ketemu bestinya. Kita-kita dicuekin ya Mbak." Komentar Mama Rose yang sudah berpelukan dengan Bunda Aida, saat melihat keakraban suami-suami mereka.

"Hahahah... Rose, senang sekali bisa bertemu lagi." Sapa Ayah.

"Terimakasih sudah hadir Mas, Mbak. Ayo, mari silahkan. Kita ikuti acara dulu, nanti ngobrol lagi." Pinta Mama Rose disaat acara akan segera dimulai.

Mengingat situasi dan kondisi, membuat mereka belum banyak melakukan obrolan. Bahkan hingga acara usai, rasa lelah membuat mereka melupakan janji untuk berbincang kembali.

"Mbak Aida, kalian menginap dimana ?" Tanya Mama Rose saat acara telah usai.

"Kami, menginap di apartemen anak kami, di jalan melati, tidak jauh dari sini." Jawab Bunda.

"Oh ya, itu kan satu arah dengan rumah kami. Lalu kalian naik apa ke sana ?" Komentar Papa Hendra bertanya.

"Barusan saya menghubungi Aleesha, anak kami, untuk menjemput." Kata Ayah.

"Mas Herman, Mbak Aida, hubungi kembali anaknya, biar kami antar sekalian. Kita kan searah." Pinta Mama Rose.

"Tidak apa-apa, Aleesha sudah dalam perjalanan ke sini." Jawab Ayah tidak mau merepotkan.

"Oh ya Mas, masih lamakah di sini ?" Tanya Papa Hendra.

"Eeehhhmmm, belum tahu. Tapi rencananya kami di sini, satu Minggu ke depan."

"Baik, baik, aku masih ingin ngobrol. Biar kita agendakan untuk obrolan cantik bersama."

"Siap, siap. Kami tunggu infonya."

"Bener nich, gak mau bareng kami ?" Tanya Mama Rose memastikan kembali.

"Terimakasih, lain kali kami nebeng."

"Ya sudah kalau begitu, kami jalan dulu ya Mas." Pamit Papa Herman.

Aleesha sudah datang menjemput, selang sebentar setelah kepergian keluarga Purnama.

"Capek Yah, Bun ?" Tanya Aleesha.

"Harusnya Bunda yang tanya, kamu tidak capek Nak, harus bolak-balik antar jemput Ayah dan Bunda ?"

"Bunda ini bicara apa, apapun yang Icha kerjakan, itu dengan hati Bunda. So, tidak ada kata capek." Jawab Aleesha.

"Ini baru anak Ayah." Komentar Ayah, bangga.

Selalu ada celah untuk bercanda di setiap obrolan mereka.

Benar kata Aleesha, segala sesuatu yang dikerjakan dengan hati, akan membuahkan rasa puas bukan rasa lelah semata.

Next On ------------------>

Episodes
1 Bab. 01. Namaku Aleesha
2 Bab. 02. Reuni Angkatan 70an
3 Bab. 03. Janji Yang Hampir Terlupakan
4 Bab. 04. Sahabat Rempong
5 Bab. 05. Suara Ini
6 Bab. 06. Pertemuan Awal
7 Bab. 07. Pertemuan Kedua
8 Bab. 08. 706 vs 709
9 Bab. 09. Nasehat Keysha
10 Bab. 10. Salah Kamar
11 Bab. 11. Perhatian Awal
12 Bab. 12. Kenangan Yang Tak Terlupakan
13 Bab. 13. Masih Mengingat Masa Lalu
14 Bab. 14. Perhatian di Balik Layar
15 Bab. 15. Terlelap Tapi Bukan Tidur
16 Bab. 16. Besuk Calon Menantu
17 Bab. 17. Perasaan Yang Tak Biasa
18 Bab. 18. Kabur Dari Rumah Sakit
19 Bab. 19. Kegaduhan Tak Terduga
20 Bab. 20. Galau
21 Bab. 21. Kepanikan Widya
22 Bab. 22. Awal Petaka
23 Bab. 23. Ancaman
24 Bab. 24. Jati Diri Pria Misterius
25 Bab. 25. Bersitegang
26 Bab. 26. Dendam Masa Lalu
27 Bab. 27. Pengorbanan
28 Bab. 28. Serba Salah
29 Bab. 29. Firasat Bunda
30 Bab. 30. Risalah Hati Aleesha
31 Bab. 31. Keras Kepala
32 Bab. 32. Keputusan Aleesha
33 Bab. 33. Akhirnya Setuju Juga
34 Bab. 34. Tidak Ada Malam Pertama
35 Bab. 35. Tidak Ada Kabar
36 Bab. 36. Namanya Chacha
37 Bab. 37. Bertemu Pak Saleh
38 Bab. 38. Pulang
39 Bab. 39. Siapa Dia ?
40 Bab. 40. Rindu Bahagia
41 Bab. 41. Curahan Hati Aleesha
42 Bab. 42. Dia Tak Kembali
43 Bab. 43. Emosi Yang Tak Terbendung
44 Bab. 44. Pernikahan Widya & Ridwan
45 Bab. 45. Lelah
46 Bab. 46. Tangan Kecil Nadira
47 Bab. 47. Mulai Terungkap
48 Bab. 48. Akhirnya Gol Juga
49 Bab. 49. Bucinnya Abangku
50 Bab. 50. Miskomunikasi
51 Bab. 51. Kasih Tak Sampai
52 Bab. 52. Jumpa Malu Tak Jumpa Rindu
53 Bab. 53. Selalu Orang Ketiga
54 Bab. 54. Ungkapan Hati Arya
55 Bab. 55. Cemburu
56 Bab. 56. Malam Yang Berkesan
57 Bab. 57. Hari Ini Hanya Untukmu
58 Bab. 58. Istriku Wanita Hebat
59 Bab. 59. Lelah Membawa Berkah
60 Bab. 60. Ada Yang Beda Dengan Aleesha
61 Bab. 61. Akhirnya Tumbang
62 Bab. 62. Makna Sebuah Mimpi
63 Bab. 63. Serba Salah
64 Bab. 64. Rindu Yang Tertahan
65 Bab. 65. Akhirnya Diizinkan Juga
66 Bab. 66. Ngambek
67 Bab. 67. Surprise
68 Bab. 68. Cemas Tanpa Sebab
69 Bab. 69. Sebuah Firasat
Episodes

Updated 69 Episodes

1
Bab. 01. Namaku Aleesha
2
Bab. 02. Reuni Angkatan 70an
3
Bab. 03. Janji Yang Hampir Terlupakan
4
Bab. 04. Sahabat Rempong
5
Bab. 05. Suara Ini
6
Bab. 06. Pertemuan Awal
7
Bab. 07. Pertemuan Kedua
8
Bab. 08. 706 vs 709
9
Bab. 09. Nasehat Keysha
10
Bab. 10. Salah Kamar
11
Bab. 11. Perhatian Awal
12
Bab. 12. Kenangan Yang Tak Terlupakan
13
Bab. 13. Masih Mengingat Masa Lalu
14
Bab. 14. Perhatian di Balik Layar
15
Bab. 15. Terlelap Tapi Bukan Tidur
16
Bab. 16. Besuk Calon Menantu
17
Bab. 17. Perasaan Yang Tak Biasa
18
Bab. 18. Kabur Dari Rumah Sakit
19
Bab. 19. Kegaduhan Tak Terduga
20
Bab. 20. Galau
21
Bab. 21. Kepanikan Widya
22
Bab. 22. Awal Petaka
23
Bab. 23. Ancaman
24
Bab. 24. Jati Diri Pria Misterius
25
Bab. 25. Bersitegang
26
Bab. 26. Dendam Masa Lalu
27
Bab. 27. Pengorbanan
28
Bab. 28. Serba Salah
29
Bab. 29. Firasat Bunda
30
Bab. 30. Risalah Hati Aleesha
31
Bab. 31. Keras Kepala
32
Bab. 32. Keputusan Aleesha
33
Bab. 33. Akhirnya Setuju Juga
34
Bab. 34. Tidak Ada Malam Pertama
35
Bab. 35. Tidak Ada Kabar
36
Bab. 36. Namanya Chacha
37
Bab. 37. Bertemu Pak Saleh
38
Bab. 38. Pulang
39
Bab. 39. Siapa Dia ?
40
Bab. 40. Rindu Bahagia
41
Bab. 41. Curahan Hati Aleesha
42
Bab. 42. Dia Tak Kembali
43
Bab. 43. Emosi Yang Tak Terbendung
44
Bab. 44. Pernikahan Widya & Ridwan
45
Bab. 45. Lelah
46
Bab. 46. Tangan Kecil Nadira
47
Bab. 47. Mulai Terungkap
48
Bab. 48. Akhirnya Gol Juga
49
Bab. 49. Bucinnya Abangku
50
Bab. 50. Miskomunikasi
51
Bab. 51. Kasih Tak Sampai
52
Bab. 52. Jumpa Malu Tak Jumpa Rindu
53
Bab. 53. Selalu Orang Ketiga
54
Bab. 54. Ungkapan Hati Arya
55
Bab. 55. Cemburu
56
Bab. 56. Malam Yang Berkesan
57
Bab. 57. Hari Ini Hanya Untukmu
58
Bab. 58. Istriku Wanita Hebat
59
Bab. 59. Lelah Membawa Berkah
60
Bab. 60. Ada Yang Beda Dengan Aleesha
61
Bab. 61. Akhirnya Tumbang
62
Bab. 62. Makna Sebuah Mimpi
63
Bab. 63. Serba Salah
64
Bab. 64. Rindu Yang Tertahan
65
Bab. 65. Akhirnya Diizinkan Juga
66
Bab. 66. Ngambek
67
Bab. 67. Surprise
68
Bab. 68. Cemas Tanpa Sebab
69
Bab. 69. Sebuah Firasat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!