Takdir Cinta Aleesha
"Mbak Aleesha, minta tanda tangan nya dong ?"
"Mbak Aleesha, boleh foto bersama ?"
"Mbak Aleesha ..."
"Mbak Aleesha ..."
Riuh sorak-sorai peserta seminar usai acara. Gemerlap lampu panggung dan dentum musik masih menggema ramai terdengar di telinga.
Seorang gadis melenggang dengan anggun menuruni anak tangga dari atas panggung sebuah stasiun televisi swasta dengan senyum mengembang penuh percaya diri.
•Aleesha Zavira
Begitulah kedua orang tuanya memberi nama, yang mungkin dia sendiri tidak tahu apa artinya.
Yang pasti, dia yakin, kedua orangtuanya berharap suatu hari nanti dia akan hidup bahagia, meskipun tanpa kehadiran mereka.
Tutur bahasanya yang ramah, gayanya yang lincah dan sikapnya yang penuh pesona, membuat orang-orang di sekitarnya berdecak kagum dibuatnya.
"Iya sabar ya, mari siapa lagi ?" Sapanya dengan lembut kepada para member-member produk yang dia tangani.
Di usianya yang sudah cukup matang, Aleesha berhasil mencapai puncak karier nya di bidang pemasaran dan mentoring sebuah perusahaan Multi Level Marketing dengan peringkat Crown Ambasador.
Sesekali di waktu luangnya, dia salurkan hobi menulisnya yang dia upload pada sebuah aplikasi pembaca. Meskipun dia masih dibilang amatir, namun karya-karya imajinasinya banyak diminati pembaca.
"Wah ... Mbak Aleesha cantik sekali." Puji salah seorang peserta seminar.
Bukan hanya nampak cantik di luar, dari wajahnya juga terpancar iner beauty yang sangat menarik hati. Kalau bicara tentang kecantikan, jangan ditanya lagi. Didukung dengan postur tubuhnya yang jenjang itulah, kenapa dia berhasil mencapai target dengan level tertinggi di kelasnya.
"Aslinya ternyata lebih cantik dari yang aku lihat di foto." Puji seorang lagi setengah berbisik.
Aleesha tersenyum membalas pujian-pujian untuknya.
'Tidak pernah terbayangkan olehku, akan kuraih kesuksesan seperti ini. Nikmat apalagi yang aku dustakan Ya Allah, semua sudah aku dapatkan.' Gumamnya dalam hati.
"Tidak diragukan lagi, Beruntung sekali nanti yang berhasil mempersunting Mbak Aleesha, sudah cantik, cerdas, sukses lagi."
Deg ...
Sungguh, sebuah kalimat komentar yang sangat mengena di hatinya keluar dari bibir salah satu member tercintanya.
Namun, lagi-lagi Aleesha tersenyum tulus, dengan jemari yang masih sibuk menanggalkan coretan tanda tangannya.
'Itu, mungkin satu hal itu yang belum bisa menyentuh hatiku. Tapi biarlah, hanya aku dan Allah yang tahu.' Ungkapan hatinya disela-sela senyum nya yang mengembang.
Kesibukan nya untuk meraih suatu pencapaian, hingga dia lupa, bagaimana mengasah hati agar lebih tajam dan peka terhadap lawan jenis. Tapi bukan itu alasannya. Di dalam sisi hatinya, sudah tertulis sebuah nama. Meskipun kecil kemungkinan untuk bisa mendapatkannya.
"Terimakasih semuanya, sampai jumpa lagi." Pamitnya sembari melambaikan tangan kepada para membernya.
Langkah kakinya kian melebar dan sedikit tergesa menuju area parkir.
"Mbak Icha !" Panggil seseorang yang terdengar lebih akrab.
"Hai, kenapa Wid ?" Jawabnya sembari menoleh ke arah sumber suara.
Gadis belia yang kerap memanggilnya 'Icha' itu langsung berlari mendekati.
"Usai ini, saya langsung pamit pulang juga ya Mbak." Jawabnya setengah terengah.
• Widya Astuti
Asisten pribadinya yang selalu siap dan sigap dengan segala sesuatu yang diperlukan Aleesha.
"Oke, kamu mau naik apa ?"
"Gampang itu mah, saya bisa pesan ojek online." Jawabnya.
"Tidak-tidak, aku akan antarkan kamu pulang dulu, baru ke Bandara."
"Jangan Mbak, jangan biarkan Ayah dan Bunda Mbak Icha lama menunggu, kasihan."
'Benar juga apa yang Widya katakan, Ayah dan Bunda jarang sekali berkunjung. Aku harus datang lebih awal daripada Beliau yang menunggu.' Pikirnya dalam hati.
"Oke. Beneran nih, gakpapa ? Atau kamu gak mau ikut saja ke Bandara ?" Tawarnya.
"Gakpapa Mbak, maaf saya tidak bisa ikut, karena masih ada yang harus saya selesaikan di dalam." Jawabnya menunjuk arah yang dia maksud.
"Kalau begitu, saya jalan dulu ya." Pamit Aleesha.
"Salam buat Ayah dan Bunda."
"Wa'alaikumsalam, Insha Allah saya sampaikan."
"Hati-hati ya Mbak."
"Kamu juga, makasih ya." Lambainya mengikuti kepergian asisten pribadinya.
Aleesha kembali melanjutkan langkah kakinya. Tangan kanannya sibuk menyibak isi di dalam tas kecil yang dia jinjing. Entah apa yang sedang dia cari, hingga tidak memperhatikan jalan.
Bbrruukkk ... !
"Oh ..." Rintihnya sembari menepuk-nepuk lembut pangkal lengannya yang sedikit nyeri karena sebuah benturan.
Tas yang dia pegang terjatuh. Isinyapun tercecer keluar semua.
"Anda tidak apa-apa ?" Terdengar suara lembut menyapanya.
Deg ...
Bagai sebuah pukulan yang tepat mengenai sasaran. Tiba-tiba, detak jantung Aleesha terasa berhenti berdegup, saat mata mereka saling memandang.
Seorang pria tampan dengan postur tubuhnya yang gagah membantu membereskan isi tasnya yang tercecer.
"Oh tidak apa-apa, maaf, saya yang tidak memperhatikan jalan." Jawab Aleesha yang sempat terpaku melihat indahnya karunia Tuhan di depan matanya.
"Hhmmm, lain kali hati-hati." Ucapnya tanpa ekspresi.
"Maaf Pak Asbram, anda sudah ditunggu." Kata salah seorang pria dibelakangnya, seolah mengingatkan.
"Oke." Jawabnya sambil berlalu meninggalkan Aleesha yang masih terpaku di tempatnya.
"Asbram ?" Terlintas satu nama yang tadi sempat dia dengar.
Ya ...
•Asbram Purnama
Pria tampan yang selalu menomorsatukan kesempurnaan. Dia adalah Presiden Direktur pada stasiun TV yang tadi digunakan Aleesha untuk melangsungkan acaranya.
'Asbram Purnama, apakah ini mimpi ?' Gumamnya dalam hati.
"Aaauu ! sakit." Rintihnya, saat dia cubit lengannya sendiri.
Aleesha kembali melenggang, dia tepis kenyataan yang terasa seperti di dalam mimpi.
Namun belum sempat dia menginjak pedal gas mobilnya, seseorang memanggilnya dari belakang.
"Aleesha !"
Yang dipanggil menoleh, memastikan siapa pemilik suara itu, melalui kaca pintu mobil yang masih terbuka.
Sikap tergesa-gesa tadi seketika hilang, saat seseorang yang sangat dia kenal datang menyapa.
"Dokter Arya." Sapanya balik, kembali turun dari mobilnya.
"Hai, dari tadi aku mencarimu. Widya bilang kamu ada urusan lain. Apa, ada masalah ?"
"Oh tidak, terimakasih sudah hadir." Jawabnya menyimpang dari pertanyaan.
•Arya Devandra
Seorang dokter yang sedang berjuang melanjutkan pendidikannya di bidang keahlian khusus. Wajahnya yang tampan dan sikapnya yang lembut, selalu menjadi perhatian kaum hawa.
"Tidak masalah, dimana ada acara yang kamu bawakan, disitu pasti ada aku." Kelakar nya.
"Terimakasih, Dokter Arya selalu mendukung acara kami." Jawab Aleesha formal atas nama produk yang dia bawa.
"Bukan cuma produk kalian yang bagus, tapi juga mentornya, saya suka." Candanya setengah berbisik, membuat Aleesha sedikit tersipu.
"Ah, Dokter bisa saja."
Jika penerangan di area parkir itu tiga kali lebih terang, mungkin terlihat jelas rona merah di wajahnya.
"Bisa tidak, kalau di luar acara atau pas kita sedang ketemu seperti ini, panggil saya Arya saja." Permintaan yang membuat Aleesha sedikit gugup.
"Bukan apa-apa, biar lebih akrab saja." Lanjutnya.
"Eemmm, baik Dok. Eh ... Arya." Jawab Aleesha malu-malu.
Dokter Arya, eh ... Arya tersenyum simpul melihat tingkah gugup lawan bicaranya.
"Oh ya, ngomong-ngomong, apa yang membuatmu tergesa-gesa meninggalkan panggung ?" Tanya Arya mengalihkan pembicaraan.
Tapi, pertanyaan itu menyadarkan Aleesha akan tujuan awalnya segera turun usai acara.
"Astaga, maaf Dok, saya sampai lupa waktu. Saya harus permisi dulu, ada hal yang harus saya kerjakan dan tidak bisa ditunda." Pamitnya kembali ke dalam kemudinya.
"Hhmmm ... " Komentar Dokter Arya sembari mengerutkan dahinya, seolah mengingatkan dia akan sesuatu.
"Eh, iya, Arya." Ucapnya tersadar.
"Oke, take care." Lanjut Dokter Arya yang tidak mau menghalangi kesibukan idolanya.
"Sampai ketemu di acara selanjutnya." Lambainya.
"Bye." Balas Arya melambaikan tangan nya.
"Aleesha, Aleesha, selalu saja begitu kalau kita bertemu. Kamu selalu pergi tanpa ending yang berarti." Gumam Arya sendiri
Arya masih berdiri mematung, tersenyum manis, mengantarkan kepergian Aleesha hingga tak terjangkau oleh pandangan matanya.
Entah apa arti senyuman manis yang mengembang di wajahnya.
Next On ------------------->
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments