Setelah menyelesaikan hukumannya Starla memberikan botol minumnya pada Langit, "Nih minum," mereka berjalan ke toilet untuk cuci muka.
___________
Saat jam istirahat Starla makan di kantin bersama Angga dan Livi, Langit entah pergi kemana bersama Fiona. Namun Starla tidak peduli karena yang sangat ia butuhkan sekarang hanyalah makanannya.
"Pelan-pelan, nanti keselek mati tau rasa lu," Livi menatap Starla dengan tatapan heran.
"Biarin."
Baru saja bibir Livi kering karena memperingati Starla, Starla langsung keselek sampai menangis karena ia makan-makanan pedas. Angga dengan sigap mengambilkan minuman untuk Starla, "Nih minum."
Tiba-tiba Langit datang dan menggeser Angga yang duduk di sebelah Starla, "Makannya kalau makan hati-hati," ujarnya dingin sembari menepuk pundak Starla dengan perlahan-lahan.
"Abisnya lapar aku," Starla minum beberapa tegukan sampai tenggorokannya membaik, tadi tenggorokannya terasa terbakar.
"Darimana sih?" Starla menyimpan gelas di meja sembari meneruskan makan mie instan nya.
"Dari kantor."
"Sama Fiona?"
"Iya."
"Dia gak bisa ke kantor sendiri apa? Sampai harus banget kamu yang nganterin."
"Udah ah jangan di bahas."
___________
Pulang sekolah Starla menghampiri Langit yang sedang sendirian di atas motornya, "Pulang bareng yuk?" ajak Starla tak lupa sambil melengkungkan senyuman indahnya yang begitu merekah.
Fiona menghampiri mereka yang mendadak membuat senyuman Starla redup seketika.
"Langit anterin aku pulang yuk? Mama kamu kan bilangnya kalau gak tau jalan pulang suruh di anterin kamu aja. Lagian pacar kamu pasti udah tau jalan pulang jadi biarin aja pulang sendiri," ujar Fiona menatap sekilas Starla.
Langit menatap Starla menunggu jawaban dari wanita itu.
"Ya uda deh kalau kamu mau anterin Fiona pulang gak papah, aku pulang sama Erik aja," Starla berbalik mencari Erik.
Tangan Starla di tarik oleh Langit, "Kenapa harus sama Erik sih?"
Starla terdiam memandangi Langit, "Yah karena pasti cuman Erik yang mau nganterin aku pulang, aku lagi males naik angkot soalnya panas banget hari ini," jelasnya dengan wajah polos.
"Naik," Langit melepaskan tangan Starla dan memakai helmnya.
Fiona tiba-tiba naik ke motor Langit, Langit menatap Fiona yang kini ada di motornya sekarang, "Ngapain naik?" tanyanya sinis.
"Tadi kan kamu suruh naik."
"Bukan lu, tapi Starla."
"Loh kan-" ucapan Fiona di potong oleh Langit.
"Mau lu yang turun sekarang atau gue?" ancamnya.
"Ya aku gak bisa bawa motor, lagian-" lagi-lagi ucapannya di potong oleh Langit.
"Ya udah turun."
"Tapi-"
"Turun gak!"
Fiona turun dari motor Langit dan menatap kesal Starla, ia tau Langit begini pasti gara-gara wanita itu.
"Starla cepetan naik," titah Langit agak tegas.
Starla naik ke motor Langit, saat hendak maju Starla tidak kunjung memeluk Langit sampai akhirnya Langit menarik kedua tangan Starla agar memeluknya, "Mau jatoh?" tanya Langit.
Starla hanya terdiam ia takut melihat tatapan dari Fiona yang terlihat ingin memakannya. Langit menatap Fiona, "Lu pulang aja naik taksi, lu kasih supir taksi itu alamat lu nanti juga di anterin sampai rumah," ucapnya sebelum akhirnya ia pergi dari sana.
Semalam perjalanan Starla benar-benar terdiam ia tidak mau bicara apapun pada Langit, Langit merasa bingung mengapa Starla saat ini terdiam padahal biasanya Starla selalu banyak omong saat di motor.
Tidak lama setelah itu sampailah mereka di rumah Starla, dari luar rumah terdengar suara keributan ibu dan ayahnya Starla.
"Kita ke tempat lain dulu yuk," ajak Langit pada Starla yang masih di motornya.
Starla menganggukkan kepalanya, sepertinya jika ia masuk ke rumah sekarang hanya akan membuatnya tambah pusing saja. Jadi lebih baik ia pergi dulu sampai keadaan di rumah agak membaik, Langit membawa Starla ke taman ia membelikan Starla eskrim rasa Strawberry.
Starla menatap kosong ke depan sambil sesekali memakan eskrim nya, Langit duduk di sebelah Starla juga sambil memakan eskrim rasa Strawberry.
"Kalau mau cerita, cerita aja," ujar Langit memecah keheningan yang ada di antara mereka.
"Nanti aja yah, aku lagi pengen diem dulu sekarang," balas Starla menyenderkan kepalanya ke pundak Langit.
"Ya udah kalau itu baik menurutmu gak masalah."
Mereka berada di taman sampai hari sudah hampir malam, "Pulang yuk," ajak Starla.
"Nanti orang tua kamu nyariin kamu," tambahnya.
"Kalau kamu masih mau di temenin aku gak papah kok di sini."
"Ayok pulang," Starla menarik pergelangan Langit.
Beberapa saat kemudian sampailah mereka di rumahnya Starla, "Dah hati-hati yah di jalannya."
Starla masuk ke rumahnya setelah melihat Langit pergi, ia masuk ke kamarnya dengan keadaan hati yang sangat kacau ia tidak tau mengapa hatinya bisa sekacau ini. Saat hendak masuk ke kamarnya ia melihat ibunya yang tengah membawa koper keluar dari kamar.
"Mau kemana?" tanya Starla.
"Mama mau pergi dari sini, Papa kamu keterlaluan banget jadi orang," bentak ibunya sembari terus berjalan.
Di depan kamar orang tuanya, ayahnya tengah berdiri, "Pergi aja sana, pergi ke selingkuhan mu itu."
"Hey sadar dong, kamu juga selingkuh," ibunya Starla tidak Terima dengan ucapan itu.
"Apa kau bilang? Aku selingkuh? Mana buktinya kalau aku selingkuh? Sedangkan kau sudah sangat jelas selingkuh dan buktinya banyak."
"Aku selingkuh juga karena kau, ingat itu!"
"Kalau selingkuh yah selingkuh aja, jangan memutarkan fakta bahwa dalam hubungan ini kau lah yang paling salah."
"STOP..........." Teriak Starla sambil menutup telinganya karena pusing mendengar keributan mereka yang selalu terulang setiap harinya.
"Ku mohon hentikan," tambahnya sambil menangis.
Bukannya menenangkan, ibunya Starla langsung pergi dari sana. Ayahnya Starla menghampiri Starla dan memeluk Starla untuk menenangkan Starla, "Sudah sayang jangan menangis, biarkan ibumu pergi nanti dia juga akan menyesal."
Starla hanya menangis di pelukan ayahnya, ibunya Starla memang berselingkuh dengan rekan kerjanya. Hubungan pernikahan keluarga Starla memang sudah hancur sejak dulu namun baru kali ini ibunya Starla benar-benar meninggalkan rumah, Starla tidak pernah dapat kasih sayang dari ibunya ia selalu di perlakuan kasar bahkan sering kali di pukul oleh ibunya.
Hanya ayahnya yang benar-benar menyayangi Starla, Namun tidak bisa di pungkiri Starla sangat ingin di cintai dan di sayang oleh ibunya seperti kebanyakan anak di luar sana.
Sementara itu di tempat lain Langit baru pulang ke rumahnya, ia langsung di hadang oleh ibunya, "Mengapa kau membiarkan Fiona pulang sendirian?" tanyanya dengan marah.
Langit terdiam menatap ibunya, "Dia sudah besar dan bisa pulang sendiri."
"Begitu pun dengan Starla kan? Dia juga udah besar dan bisa pulang sendiri."
"Apaan sih Ma, udah jelas Starla tuh pacar aku jadi apa salahnya aku anterin dia pulang."
Langit berjalan ke arah kamarnya tanpa memperdulikan ibunya.
"Gara-gara wanita itu kamu sekarang berani yah ngelawan Mama."
Langit menghentikan langkahnya lalu berbalik ke arah ibunya, "Ma, enggak usah bawa-bawa Starla. Dia enggak rubah apapun dalam diri aku."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Kakadya
salam kenal ya kak
2022-10-11
0