Keriuhan terdengar dari sisi kamar di sudut rumah. Satu persatu pakaian terususun rapi dalam beberapa koper yang telah berjejer menanti kepindahannya. Sang gadis pemilik kamar terlihat membereskan ranjang tempat tidurnya sambil sesekali memeriksa sesuatu yang mungkin ia lupakan.
Ckrk
Pintu terbuka. Seorang wanita membuka pintu kamar. Menempati langkah jenjangnya ke dalam kamar Maudy. Mama **** senyumnya ke arah Maudy yang masih sibuk membereskan kamar.
"Maudy, kamu sudah siap?" Tanya mama mengucap pelan.
"Hem" maudy menghela nafas dan sejenak merapikan pakaiannya. Kemudian mendongakkan kepala dan mengangguk pasti Mengiyakan pertanyaan mama.
Maudy menarik sebuah koper berwarna biru di dekatnya diikuti mama yang membantunya membawa koper lain milik Maudy.
Perlahan Maudy melangkah menuruni anak tangga satu persatu, menggeret langkahnya meninggalkan rumah yang baru saja ia tempati. Maudy mengubur kembali harapannya untuk tetap tinggal dirumah itu. Kini rumah tersebut lebih terasa seperti tempat persinggahan semata.
Tap, tap, tap
Suara langkah kaki terdera dari lantai bawah. Disusul oleh langkah lain yang mengejar lamban di belakang.
"Maudy" seru papa menghentikan Maudy dan mama yang berniat meninggalkan rumah tanpa sepengetahuannya. "Kamu mau kemana?" Tanya papa penuh kegelisahan.
"Aku...." Maudy merasa berat jika harus mengatakannya ke pada papa.
Tap, tap, tap
Langkah seorang wanita menyelip dalam pembicaraan. Tante Mila menggandeng erat pergelangan tangan papa di hadapan maudy dan mama.
"Aku mau tinggal sama mama, pa" jawab Maudy sesaat setelah menatap geram ke arah Tante Mila.
"Tapi kenapa? Kenapa kamu gak mau tinggal sama papa?"
"Apa papa masih perlu Maudy? Buat apa pa? Papa aja gak pernah anggap Maudy ada. Papa jauh lebih perhatian dan percaya sama pacar papa dari pada sama aku"
"Maudy! Kamu sudah besar. Jangan bertingkah seperti anak kecil. Kalau kamu perlu sesuatu seharusnya kamu bilang langsung sama papa." Papa mulai menggerang.
"Pa, aku gak perlu fasilitas lengkap yang papa kasih. Yang aku butuh cuma waktu papa. Perhatian papa buat aku disaat aku butuh seseorang untuk diajak bicara. Gak lebih." Timpal Maudy menatap sendu. Kemudian melirik ke arah Tante Mila yang masih menggelayut manja di lengan papa.
"Semoga dengan kepergian Maudy, papa bisa sadar siapa orang yang benar-benar perduli sama papa, dan siapa yang cuma sayang sama harta papa aja." Tukas Maudy seraya beranjak meninggalkan papa yang terbungkam menatap kosong kepergian sang putri.
Dap!
Maudy menutup pintu taxi. Mengambil posisi duduk di samping mama.
Desau mobil kembali berkelimbas kencang di tengah jalan tol yang membawa riuh pilu Jakarta dalam penatnya diam dan sepi. Meninggalkan segenggam kenangan indah yang tergeret habis oleh kelam yang mengungkit masa lalu.
Sepi membawa pergi para tawa. Meninggalkan gusar dan hati yang menangis akan perih di sisinya. Waktu kembali menyait kenangan yang baru saja terukir. Bahkan ia pergi tanpa janji untuk kembali.
"Ma" lirih Maudy memecah kesunyian.
"Ya?"
"Kita mau kemana?" Tanya Maudy yang belum tau akan di ajak kemana.
"Ke bandara" jawab mama singkat.
"Bandara? Kek... Kenapa?" Tanya Maudy terbata bata. "Bukannya rumah mama di Jakarta?"
"Hem? Bukannya kamu mau pindah? Kalau kamu memutuskan untuk pergi, maka kamu benar benar harus pergi Maudy. Kamu harus mengubah kehidupan kamu. Kamu harus buktikan kalau kamu mampu untuk berubah. Biarkan mereka melihat diri kamu yang baru. Yang jauh lebih baik dari ini." Ujar mama memberi keyakinan pasti kepada putrinya manisnya itu.
"Tapi gimana kalau Maudy gak bisa ma?"
"Jangan takut, mama ada di sini sama kamu" mama membelai lembut rambut hitam Maudy. "Mau?" Mama menyodorkan sebuah kotak berwarna merah ke pada Maudy. Kotak itu terbungkus rapi dengan pita biru yang mengikat di atasnya.
"He? Apa ini?" Maudy meraih kotak tersebut dan perlahan membukanya.
"Kue?" Maudy menatap mama dengan tatapan heran mendapati sebuah kue di dalam kotak tersebut.
"Kamu belum makan kan?"
"Hmm" pada akhirnya Maudy tersenyum senang dengan perhatian yang mama berikan padanya.
Krek
Suara koper telah dinaikkan satu persatu ke atas troly. Gaduh terdengar di setiap sela bandara keberangkatan internasional tersebut.
Maudy menatap sekelilingnya. Ia telah mengalami kepindahan beberapa kali, namun ini pertama kalinya ia pergi tanpa papa. Bahkan disaat saat terakhir ia justru bertengkar dengan ayahnya itu.
Di tengah lamunannya, Maudy juga berpikir tentang keberadaannya yang seakan tak diinginkan
Maudy menguatkan langkahnya mengikuti mama dari belakang. Mengambil posisi duduk di antara kursi kursi penumpang yang ada di atas pesawat yang mereka naiki.
"Ehm" mama bergumam menegur Maudy. "Kamu bisa kembali kapanpun kamu mau sayang. tapi sekarang, coba untuk lupain hal hal buruk yang sudah terjadi" ujar mama memberi dorongan pada Maudy.
"Em" Maudy tersenyum kecil. berusaha menganggukkan kepalanya.
Jika memang ada kebahagiaan yang datang dalam sedih,
Mungkin itu adalah kenangan indah yang terus terbayang.
Ingatan yang terus terulang di saat kita telah kehilangan sesuatu.
Sekalipun ia menghilang,
Kenangan itu akan tetap utuh.
Bahkan jika waktu terus berlalu melewatinya.
\*\*\*
jangan lupa tinggalkan like untuk kembali memberi semangat kepada author untuk kembali melanjutkan ceritanya
bonus gambar :
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Ira Wati
ga jelas itu gambar.siapa
2022-10-06
0