Part 4

Setelah merasa sudah kenyang, Alexa dan Rayhan segera menuju kelas. Rayhan menunggu sang sepupu dengan setia,

kalau saja ada orang yang belum mengenal mereka, mungkin akan mengira kalau mereka adalah sepasang kekasih, Rayhan begitu posesif kalau terhadap sang sepupu dan Alexa pun terkadang terlihat manja kepada Rayhan, tapi untungnya sudah banyak yang mengenal mereka,

"ayo pulang Ray, " Alexa mendekati sang sepupu selepas kelas usai, dan terlihat Rayhan dengan setia masih nyaman duduk di bangku depan kelas sembari memainkan handphone nya,

"oke, ayo... papa sudah menunggu di rumah"

Saat dalam perjalanan pulang Rayhan merasa tak tenang dan sesekali melirik ke belakang

"kenapa Ray? "

"gapapa"

Alexa pun memilih diam dan ikut mengamati kondisi sekitar, bukan tak menyadari kekhawatiran sepupunya, sedari tadi saat keluar kampus, Alexa pun merasa sedang di awasi, tapi ia tak ingin membuat Rayhan menjadi khawatir

'apa ini yang membut om Ardian dan Rayhan meminta ku segera pulang? ' pikir Alexa

***

"Xa,.. kau baik-baik saja? " Tante Rasty langsung bertanya dan memeluk keponakan tercintanya

"ma, anak mama itu Rayhan bukan Alexa" Rayhan merasa tak terima di abaikan sang mama "harusnya Ray yang di peluk dulu"

mama melirikan mata nya menatap tajam sang putra, merasa jengah dengan kelakuan putra sewayangnya, heran dengan sang putra, bisa-bisanya dalam mode cemburu di saat kondisi seperti ini

"biarkan saja Xa, ayo.. masuk, om sudah menunggu sedari tadi" tante Rasty mengabaikan putranya dan langsung menggandeng sang keponakan menuju ruang keluarga

"ma..... " Rayhan merengek karena diabaikan namun tetap melangkah mengikuti dua wanita kesayangannya itu.

terlihat di ruang keluarga om Ardian sedang duduk sambil mengotak atik ponselnya,

"pa.. Exa sudah pulang"

"Alhamdulillah," om Ardian langsung berdiri dan mendekat untuk memeluk keponakan perempuannya,

"pa, Ray juga mau di peluk, tadi mama ga mau peluk Ray hanya peluk Exa doang" Rayhan kembali mode cemburu saat melihat papanya memeluk Alexa "yang anak papa kan Ray" terlihat tangan Rayhan bersiap untuk memeluk papanya dan Exa bersamaan, tapi kemudian di tepis sang papa

"duduk, kamu ini.. laki kok manja kaya gitu " om Ardian menghela nafas

sementara Rayhan mencebikan bibirnya, sedangkan Alexa hanya terkekeh, kemudian ikut duduk di samping sang sepupu.

Alexa tau Rayhan hanya ingin mencairkan suasana dan rasa khawatir yang terlihat di wajah kedua orang tuanya.

"ada apa om minta Exa pulang cepat? "

om Ardian melirik tante Rasty yang kemudian mengangguk, seolah berkata papa harus menceritakan yang sebenarnya.

hufff

sekali lagi om Ardian menghela nafas kemudian menatap Alexa dan Rayhan yang duduk berdampingan

"Xa, om berharap kamu lebih berhati-hati lagi setelah ini"

"tapi kenapa om? "

"Hadi...pelaku pembunuhan terhadap orang tua kamu sudah bebas. dari yang om dengar dia sudah bebas beberapa hari lalu, dan tadi pagi sempat ke kantor untuk menemui penerus NRC, tapi kebetulan waktu Hadi datang om sedang meeting di luar, jadi kami tidak bertemu"

deg

Alexa kembali merasakan sesak di dadanya saat peristiwa pembunuhan itu diungkit

***

"Van..."

Seorang laki-laki dengan badan yang tegap menghampiri sang adik yang saat ini tengah bersantai di ruang tengah

"kenapa kak?"

"kakak mau minta tolong ke kamu"

"apa kak? "

"kakak minta kamu awasi gadis ini" ucap seseorang sembari menyerahkan selembar foto

"siapa ini kak? " tanya heran sang adik pada kakaknya, ia merasa tidak asing sekaligus merasa tidak kenal, tetapi juga sangat familiar dengan wajah gadis dalam foto yang di berikan kakaknya.

laki-laki itu menghela nafas,

"adik kakak... "

"adik??? kakak sudah ingat? "

***

Malam semakin larut, namun Alexa tak kunjung memejamkan matanya, terlihat ia berdiri di dekat jendela, menatap taman samping rumah yang sepi, Pembicaraannya dengan Om nya siang tadi masih bernaung di pikirannya,

drt drrrrt

getar dari ponselnya yang berada di nakas membuyarkan lamunannya, segera ia berbalik dan melangkah mengambil ponselnya, melihat siapa yang mengirim pesan segini larutnya

'Xa, besok latihan ditiadakan dulu, kakak harus keluar kota'

tanpa membalas, Alexa kembali meletakkan ponselnya, kemudian beranjak ke tempat tidur untuk mecoba tidur, ia raih foto keluarga di masa kecilnya, dan ia peluk erat

'kak, cepat pulang'

sebulir air mata menetes dari sudut mata Alexa mengantarnya terlelap dimalam yang telah larut.

***

Keesokan harinya Alexa terbangun pagi seperti biasa dan memulai aktivitasnya di rumah, hanya bedanya ia terlihat santai saat menghampiri keluarganya di meja makan

"tidak ke kampus Xa? " tanya Rayhan setelah semuanya saling menyapa, melihat Alexa duduk dengan pakaian santai dan tak membawa tas maupun perlengkapan lainnya.

"tidak Ray, hari ini aku kosong, tidak ada kelas"

"kalau begitu. tetap di rumah saja ya Xa, kalau mau pergi bilang dulu sama Om atau Rayhan" sahut Om Ardian sembari meletakkan secangkir teh hangat buatan istrinya.

"iya om... eee" Alexa sedikit ragu melanjutkan ucapannya

"Exa ingin ke makam papa dan mama Om, apakah boleh? "

"nanti sore biar di antar Rahyan" jawab om Ardian cepat, tak ingin sang keponakan pergi keluar rumah seorang diri, sementara dirinya padat agenda hari ini,

"iya, Xa, nanti aku antar, ingat jangan pergi sendiri kalau aku belum pulang" kini sikap posesif Rayan muncul dalam situasi yang menurutnya genting ini. "aku usahakan pulang lebih awal hari ini"

Rayhan dan keluarganya tak mau ambil resiko untuk keselamatan Alexa. Bisa saja mereka menyewa pengawal untuk menemaninya pergi kemanapun, tapi itu akan membuat Alexa tak nyaman.

"oka Ray, terimakasih om, Ray... "

Alexa mengangguk dan tersenyum kepada keluarganya, mencoba menurut agar mereka tak khawatir akan keselamatannya.

" sudah, sekarang di lanjut sarapannya" sela tante Rasty seraya meletakkan sepiring lauk di tengah meja "kata papa ada meeting pagi kan, nanti terlambat kalau tidak segera sarapan"

om Ardian hanya tersenyum, kemudian menerima sepiring nasi lengkap dengan lauk pauk yang telah di ambilkan istrinya. sebuah kebiasaan yang membuatnya merasa hangat akan perhatian kecil sang istri yang dilakukan semenjak menikah puluhan tahun silam.

"ma, Ray juga mau yang itu..." Rayhan menyodorkan piringnya yang baru terisi nasi, menunjuk lauk yang berada di depan sang mama, seperti biasa sikap Rayhan yang cemburu selalu menemani suasana sarapan pagi di rumah itu,

meskipun sempat lama tinggal di luar negeri tak mambuat mereka mengubah menu sarapan, harus ada nasi dan lauk pauk yang cukup bervariasi, atau Rayhan akan merengek sepanjang hari jika sarapan paginya tak membuat kenyang, karena baginya 'nasi adalah menu sarapan yang wajib' dan membuatnya tetap bersemangat menjalani aktivitas,

tbc

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!