4. Marawis

"Kang, di sini rupanya?" Suara pertanyaan diiringi tepukan di pundakku, saat aku tengah asyik menghafal beberapa hadits. Akupun menoleh, Farhan rupanya. Dia teman sekamarku.

"Ada apa, Han?" tanyaku kemudian.

"Nih, kita ada undangan," ucapnya, menyodorkan secarik kertas.

"Undangan apa?"

Tanpa menunggu jawaban, aku langsung menerima dan membacanya.

Ooh, rupanya undangan marawis. Untuk ... pesta pernikahan? Aku mengernyitkan dahi. Berkali-kali aku mendapat undangan marawis, rasanya baru kali ini mendapat undangan untuk pesta pernikahan. Bagaimana suasananya ya?

"Marawis ... pesta pernikahan?" tanyaku kemudian.

"Iya. Nanti Kang Yusuf yang jadi vocalnya,"

Apa? Aku ... yang jadi vocal?

"Kenapa aku? Kan masih ada Kang Adnan sama Syarif," protesku.

Sebenarnya oke-oke saja kalau aku menjadi vocal marawis seperti sebelum-sebelumnya. Tapikan ini beda, mengiringi pesta pernikahan. Dari dulu memang hal ini yang selalu aku hindari. Kenapa? Entahlah. Aku hanya enggan mengingat masa lalu.

"Pengantin laki-lakinya yang meminta, katanya suara Kang Yusuf bagus."

Rasanya, ingin sekali menolak. Tapi bagaimana lagi, pengantinnya sendiri yang meminta. Nggak enak juga sama santri lainnya.

"Kapan acaranya?" kembali aku bertanya, karena tadi belum sempat membaca kapan waktunya.

"Nanti malam,"

Mataku membelalak sempurna. Kaget! Maa Syaa Allah ... bisa-bisanya mendadak begini sih. Hah!

"Lagu apa saja yang dia minta?" Dengan gusar aku bertanya.

"Dia hanya minta Kang Yusuf bawain lagu Zaujati--Ahmed Bukhatir--, selebihnya terserah katanya," terang Farhan.

Hhh ... untunglah, hanya satu lagu yang mengharuskan aku yang menyanyikan. Dan syukur juga aku sudah pernah membawakan lagu itu. Jadi nggak perlu hafalin dari awal.

"Ya sudah ya, Kang. Aku mau kembali ke kelas, mau nyampein ke yang lainnya juga," pamitnya.

"Ya sudah. Makasih ya, nanti jangan lupa aku diingetin. Barangkali lupa."

"Ashiap, Kang. Aku pamit, assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam," jawabku, sembari menatap punggungnya berlalu.

Farhan, dia santri yang baik dan juga rajin. Santri ndalem, kepercayaan Abah Yai setelah aku. Aku memang belum lama berada di sini, tapi mengingat aku adalah anak dari teman lama Abah Yai, jadi beliau mempercayakan sebagian urusan mengajar kepadaku. Atau mungkin ada alasan lainnya? Entahlah. Aku sendiri merasa sangat bersyukur diberi kepercayaan itu.

.

Zaujati ... Ah! Kenapa bayangannya kembali muncul sih?

Wajah lugunya. Ekpresi takutnya, ekspresi leganya, suaranya ... ah, Aisyah! Kenapa kau selalu menghantuiku? Apa ini yang namanya cinta pada pandangan pertama?

Sudah tiga hari semenjak aku mengajar di pesantren putri, rasanya ingin segera kembali ke sana. Melihatnya fokus pada pelajaran, menjawab semua pertanyaan-pertanyaannya, melihatnya tersenyum. Ah ... pasti manis sekali.

Astaghfirullahal'adziim ... sadar Yusuf, sadar! Suara hatiku mengingatkan.

Baiklah, sebaiknya aku tes suara dulu, supaya nanti tidak gerogi.

.

Dan tibalah malam ini. Kami disambut hangat oleh keluarga pengantin. Dijamu layaknya tamu penting, sebelum akhirnya kami naik ke atas panggung.

Ya, di sini kami sekarang. Grup Marawis Pesantren Darussalam, sudah duduk rapi di atas panggung, dibelakang alat musik masing-masing. Sedangkan aku, Kang Adnan dan juga Syarif, memegang microphone.

Setelah membaca shalawat Nabi sebagai pembuka, serta beberapa shalawat lainnya, aku segera menyanyikan lagu zaujati, sesuai dengan permintaan yang mempunyai hajat. Dengan dibackingi oleh Syarif dan Kang Adnan, aku menyanyi dengan penuh penghayatan.

"Uhibbuki mitsla maa antii, uhibbuki kaifa maa kuntii ...

(Aku mencintaimu apapun dirimu, aku mencintaimu bagaimanapun keadaanmu)

Wa mahmaa kaana mahmaa shooro, antii habiibatii antii ...

(Apapun yang terjadi dan kapanpun, engkaulah cintaku)

Zaujatii ... Anti habiibati antii

(Duhai istriku ... Engkau kekasihku)

.... "

Kulihat pengantin pria itu tersenyum, menatap istrinya lekat. Sedangkan sang istri tersipu ... malu. Ah, mesranya.

Sekelebat bayangannya kembali melintas. Andai saja ....

Fokus Yusuf, fokus! Jangan sampai mempermalukan nama baik grup marawis ini! Batinku menjerit.

Lagi-lagi kau menggangguku, Aisyah!

Salahkah aku Ya Allah, jika mengharapkan dirinya menjadi ... Zaujati?

Semua acara berjalan dengan lancar. Kamipun segera kembali ke pesantren, setelah menerima beberapa bingkisan dan juga amplop sebagai tanda terima kasih dari pemilik hajat. Alhamdulillah, rezeki halal tak henti-hentinya mendatangi kami.

.

Hari ini aku dipanggil Abah Yai untuk menemuinya di rumah. Entah apa yang mau dibicarakan, tapi sepertinya penting.

Kulihat ada beberapa santri putri tengah mengobrol di teras rumah Abah Yai. Tidak biasanya.

Aku terus melangkahkan kaki tanpa mempedulikan mereka yang masih saja menatapku dengan lekat.

Bukankah mereka sudah diajarkan caranya menjaga pandangan dari laki-laki yang bukan mahromnya? Tapi kenapa masih saja seperti itu. Dasar!

Akupun segera menuju pintu, mengetuknya kemudian mengucap salam.

"Assalamu'ala ... ikum," salamku sempat terputus, saat menyadari siapa yang membukakan pintu.

"Wa'alaikumsalam."

Gadis itu ... sekilas tersenyum padaku.

Subhanallah ... manisnya.

Ini seperti ... penyambutan Baginda Saw oleh istrinya, Siti Aisyah.

Ah! Apaan sih. Aku tidak sesempurna itu. Dan lagi ... dia bukan istriku. Lebih tepatnya, belum menjadi.

Kemudian ia segera menundukkan wajahnya, menjaga matanya agar tak bertemu dengan binar di wajahku. Rasanya ada yang berdesir di sini, di segumpal darah bernama hati.

Ini yang membuatku kagum padanya, tetap menjaga pandangannya.

"Kamu ... Aisyah?" tanyaku basa-basi.

"Iya, Ustadz. Maaf, saya harus segera pergi. Assalamu'alaikum," pamitnya buru-buru, setelah menjawab pertanyaanku. Kulihat ada sedikit rona merah di wajahnya. Aku tersenyum.

"Wa'alaikumsalam," ... Humaira.

Rasanya ingin sekali mengobrol lama dengannya, tapi apalah daya ... kalau belum terikat satu sama lain.

Kuiringi kepergiannya dengan tatapku. Rupanya mereka yang tengah duduk di teras tadi adalah teman-temannya, terlihat dari caranya menghampiri dan mengobrol dengan akrabnya sambil berjalan. Hingga mereka lenyap di balik pagar bangunan asrama putri.

Ya, letak asrama putri berada dalam satu pekarangan dengan rumah Abah Yai. Sedangkan asrama putra berada di seberang jalan.

Akupun segera melanjutkan niatku untuk menemui Abah Yai.

***

Bersambung

Terpopuler

Comments

Siti Solikah

Siti Solikah

smg klk mnjdi berjodoh

2020-08-21

2

Penjaga Hati

Penjaga Hati

hai kk semangat up,
salam hangat dari karyaku 🙏

2020-07-24

1

lihat semua
Episodes
1 1. Awal Masuk Pesantren
2 2. Santri Baru
3 3. Terlambat
4 4. Marawis
5 5. Pertemuan
6 6. Perjodohan
7 7. Cinta Pertama
8 8. Menjemput Ning Zahra
9 9. Pandangan Apa Itu?
10 10. Siapa Dia?
11 11. Kejujuran Hati Yusuf
12 12. Khitbah 1
13 13. Secangkir Teh
14 14. Penjelasan
15 15. Resah
16 16. Dua Pilihan
17 17. Khitbah 2
18 18. Dua Khitbah, Satu Wanita
19 19. Saingan Cinta
20 20. Ujian Cinta 1
21 21. Ujian Cinta 2
22 22. Ar-Rahman
23 23. Ahlin Ya Habibi
24 24. Shukran Laka Habibati
25 25. Gadis Galak
26 26. Khitbah 3
27 27. Keraguan Ummah
28 28. Aisyah Kenapa?
29 29. Cemburu
30 30. Lagu Zaujati
31 31. Gara-Gara Ning Silvi
32 32. Persiapan
33 33. Ucapan Terima Kasih
34 34. Konfirmasi Dan Persiapan
35 35. Akad Nikah 1
36 36. Akad Nikah 2
37 37. Muqaddimah
38 38. Malam Pertama
39 39. Tertunda
40 40. Balasan
41 41. Perjalanan
42 42. Masa Lalu 1
43 43. Masa Lalu 2
44 44. Masa Lalu 3
45 45. Tentang Ayah
46 46. Bukti Cinta
47 47. Khayalan Dalam Angan
48 48. Surga Dunia
49 49. Memenuhi Panggilan-Nya
50 50. Saling Percaya
51 51. Masakan Spesial
52 52. Bertemu Ning Irma
53 53. Romantis
54 54. Pengumuman
55 55. Menyapa Kembali
56 56. Musibah Itu Datang
57 57. Keputusan Aisyah
58 58. Anak Kita?
59 59. Jawaban Istikharah
60 60. Menikahlah
61 61. Tingkah Aneh Aisyah
Episodes

Updated 61 Episodes

1
1. Awal Masuk Pesantren
2
2. Santri Baru
3
3. Terlambat
4
4. Marawis
5
5. Pertemuan
6
6. Perjodohan
7
7. Cinta Pertama
8
8. Menjemput Ning Zahra
9
9. Pandangan Apa Itu?
10
10. Siapa Dia?
11
11. Kejujuran Hati Yusuf
12
12. Khitbah 1
13
13. Secangkir Teh
14
14. Penjelasan
15
15. Resah
16
16. Dua Pilihan
17
17. Khitbah 2
18
18. Dua Khitbah, Satu Wanita
19
19. Saingan Cinta
20
20. Ujian Cinta 1
21
21. Ujian Cinta 2
22
22. Ar-Rahman
23
23. Ahlin Ya Habibi
24
24. Shukran Laka Habibati
25
25. Gadis Galak
26
26. Khitbah 3
27
27. Keraguan Ummah
28
28. Aisyah Kenapa?
29
29. Cemburu
30
30. Lagu Zaujati
31
31. Gara-Gara Ning Silvi
32
32. Persiapan
33
33. Ucapan Terima Kasih
34
34. Konfirmasi Dan Persiapan
35
35. Akad Nikah 1
36
36. Akad Nikah 2
37
37. Muqaddimah
38
38. Malam Pertama
39
39. Tertunda
40
40. Balasan
41
41. Perjalanan
42
42. Masa Lalu 1
43
43. Masa Lalu 2
44
44. Masa Lalu 3
45
45. Tentang Ayah
46
46. Bukti Cinta
47
47. Khayalan Dalam Angan
48
48. Surga Dunia
49
49. Memenuhi Panggilan-Nya
50
50. Saling Percaya
51
51. Masakan Spesial
52
52. Bertemu Ning Irma
53
53. Romantis
54
54. Pengumuman
55
55. Menyapa Kembali
56
56. Musibah Itu Datang
57
57. Keputusan Aisyah
58
58. Anak Kita?
59
59. Jawaban Istikharah
60
60. Menikahlah
61
61. Tingkah Aneh Aisyah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!