Arka menerima telpon dari asisten pribadinya, Irfan. Ketika itu ia sudah mendaratkan bokongnya di kursi empuk dibalik meja kerjanya. Wajahnya sumringah mendengar laporan asisten pribadinya itu bahwa proyek pembangunan apartemen megah yang sedang mereka garap sudah 90 persen. Apartemen yang dibangun di dekat area perkantoran berseberangan dengan kampus ternama di kota Indralaya itu diharapkan bisa memberikan keuntungan berlipat ganda nantinya. Letaknya yang berada di pinggir jalan lintas timur tentu akan menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen.
Arka mengundang Irfan untuk makan siang bersama di cafe dekat kantornya sesaat sebelum panggilan telpon diakhiri. Dia berkata pada Irfan ada hal yang ingin disampaikannya pada asisten pribadinya sekaligus sahabat karibnya tersebut. Irfan tidak keberatan dan mengiyakan ajakan Arka.
Arka segera menyelesaikan pekerjaan yang menumpuk di meja kerjanya. Sejenak ia larut dalam kesibukannya berusaha seprofesional mungkin memilah antara kepentingan pribadi dan pekerjaannya.
Arka melihat benda yang melingkar di tangannya berulang kali, berulang kali juga ia menatap ke arah pintu masuk tapi orang yang ditunggunya tak kunjung datang. Diaduk-aduk ya jus alpukat kesukaannya yang hanya tinggal setengah, disedotnya perlahan kemudian tangannya meraih handphone yang tergeletak di atas meja hendak menelpon tapi diurungkannya. Matanya terpaku pada sepasang tamu kafe yang baru saja masuk dengan tergesa dan menghampirinya seraya mengucapkan salam.
"Maaf, bro. Sudah nunggu lama. Aku menjemput sepupuku dulu tadi setelah dari proyek". Ucap Irfan setelah Arka menjawab salamnya. Arka mengangguk dan mengulas senyum sambil meletakkan ponselnya kembali ke atas meja
"Kenalkan, Lasmi. Ini bos aku, pak Arka".Lanjut Irfan memperkenalkan sepupunya.
"Lasmi. Senang bertemu anda pak Arka". Ucap wanita cantik berhidung mancung sambil menangkupkan kedua tangannya. Melihat sekilas dan kembali menunduk.
"Panggil saya Arka nggak perlu pakai pak. Sepertinya kita seumuran". Jawab Arka juga
menangkup kedua tangannya.
"Mau pesan apa?".Tanyanya lagi setelah memanggil seorang pelayan cafe.
"Saya nggak ikut makan, ya. Tadi saya sudah makan siang. Saya mau beli rujak buah di taman depan sana saja. Nanti kalau sudah selesai telpon aja ya, Fan! atau jemput saja aku di taman. Aku suka duduk di bangku taman di bawah pohon rindang yang tumbuh di tengah taman. Rasanya menyenangkan duduk di sana sambil makan rujak kesukaanku". Ucap Lasmi menolak makan siang bersama dengan wajah berbinar.
Irfan mengangguk dan mengiyakan permintaan wanita cantik berhidung mancung yang berhijab lebar itu. Ia juga berpesan agar sepupunya itu berhati-hati dan berjanji akan menjemputnya di taman saat mereka sudah menyelesaikan makan siang mereka.
Lasmi melangkahkan kakinya keluar cafe setelah mengangguk pada Arka dan mohon izin pergi.
Mereka berdua kemudian menikmati makan siang mereka dengan menu yang sama, pindang pegagan. Keduanya makan dengan lahap tidak ada yang bersuara hanya terdengar denting sendok yang berbenturan dengan piring dan mangkok tempat hidangan mereka. Arka menyelesaikan makanya lebih dahulu dan menyesap jus alpukatnya hingga tandas.
Arka memperhatikan Irfan yang masih asyik melahap hidangannya. Ia tak terganggu dengan tatapan lekat atasannya itu.
"Ada apa? apa ada yang ingin kamu katakan padaku?". Ucap Irfan setelah menelan suapan terakhirnya dan minum segelas air putih.
Irfan membalas tatapan Arka yang membuat Arka menjadi salah tingkah.
Arka memejamkan matanya dan menghembuskan nafasnya dengan keras sampai pipinya mengembung.
"Aku....". Arka diam sejenak, menundukkan kepala dan menumpuk kedua tangannya di atas meja.
Diangkatnya kepalanya dan menatap lekat asisten pribadinya sekaligus sahabat karibnya itu lekat.
Irfan mengerutkan keningnya, matanya menyipit, heran dengan tingkah laku bosnya yang menurutnya aneh itu. Dilipatnya kedua tangannya di atas perut, kepalanya tengkleng ke kiri menunggu ucapan bosnya berlanjut.
"Aku ingin curhat padamu. Menurutmu apa aku salah bila menginginkan perceraian. Aku merasa bahwa rasa cintaku pada istriku makin memudar, hatiku tercabik kala melihat ia begitu mencintaiku, aku bisa membalas rasa cintanya dengan berprilaku seolah aku juga sangat mencintainya tapi hatiku tidak bisa, cinta yang dulu menggebu kian hari menyurut hingga nyaris tak tersisa. Aku menyayanginya tapi sudah tidak lagi mencintainya. Semakin aku berusaha untuk bertahan semakin rasa bersalah kian menyudutkan ku. Aku seolah seorang suaminya pecundang yang mempermainkan perasaan seorang istri. Dia selalu bersemangat diliputi binar kebahagiaan dan hati berbunga-bunga ketika menyambutku, melayaniku dan melimpahkan begitu banyak cinta dalam mahligai rumah tangga kami. Aku takut suatu saat ia kecewa mendapati bila aku sudah hilang rasa padanya". Arka menghela nafasnya perlahan dan menghembuskannya dengan kasar.
Irfan terpekur mendengarkan curhatan sahabat karib sekaligus bosnya itu, ia berusaha menarik benang merah dari permasalahan yang sedang dihadapi orang nomor satu di perusahaannya itu. Irfan tak merespon apapun yang telah diucapkan pria berwajah elok nan rupawan dihadapinya. Sekali-kali matanya menyipit dan dahinya berkerut pertanda ia benar-benar menyimak curhatan bosnya itu dan memahami betapa peluknya masalah yang sedang dihadapinya.
"Kalau kau berpikir cintaku pada istriku surut karena ada wanita lain bertahta di hatiku, itu salah besar. Aku tidak sedang jatuh cinta dengan wanita lain. Ini murni perasaanku yang entah mengapa tak ada lagi rasa rindu ketika kami berjauhan, tak lagi ada getaran cinta yang memantik percikan-percikan kata gairah romantisme ketika berjumpa semua terasa hambar dan biasa saja. Ketika aku berusaha untuk jatuh cinta lagi padanya, aku merasa jiwaku luluh lantak. Cintaku sudah menguar tanpa bisa ku kendalikan. Aku selalu berusaha tak memperlihatkan rasa cintaku yang sudah luntur padanya tapi justru hati kecilku berontak dan menudingku sebagai manusia munafik, yang dengan sengaja memberi harapan palsu. Walau aku cintaku sudah terkikis dan nyaris habis namun rasanya tak sanggup bila ia membenciku karena aku membodohi ya dengan pura-pura sangat mencintainya. Apalagi saat ia berucap bahwa ia jatuh cinta berkali-kali padaku. Hatiku hancur berkeping. Saat itu aku berusaha menata hatiku untuknya. Menenggelamkan egoku agar ia tak tahu kenyataan bagaimana perasaanku yang tak lagi sama. Mungkin hari ini aku masih bisa menyembunyikan gelagatku yang tak lagi cinta padanya tapi bagaimana bila suatu saat aku jatuh cinta, hatiku terpaut pada wanita lain yang sanggup menggugah dan memantik gairah cintaku bangkit kembali. Akankah aku mampu untuk mengendalikan rasaku yang sudah berpaling". Arka lagi-lagi menghela nafas perlahan dan menghembuskannya dengan cepat, matanya kian sendu. Tangan kirinyanya terulur menangkup mukanya dan mengusapnya hingga kepalanya naik turun untuk beberapa saat.
"Tika seorang ibu, istri dan wanita yang baik ia berhak bahagia, Fan. Ia berhak mendapatkan cinta yang tulus dari orang yang benar-benar mencintainya, bukan dari orang seperti aku yang berpura-pura masih sangat mencintainya walaupun dengan alasan menjaga perasaannya. Bukan hanya Tika yang jadi korban PHP tapi aku juga harus mengorbankan diriku sendiri dengan larut dalam gelombang kepalsuan cinta yang aku ciptakan sendiri. Sungguh miris bukan?.Tolong beri aku saran, Fan, Agar aku bisa menikmati hidupku tanpa diliputi rasa was-was dan rasa bersalah serta rasa takut yang selalu mengintai setiap gerak-gerikku yang tenggelam dalam kebohongan yang berlarut-larut. Tolong beri aku masukan supaya aku dan Tika bisa hidup dengan nyaman, bahagia dan penuh cinta". Ujar Arka mengakhiri curhatannya. Matanya menatap sendu pria dihadapannya yang sedang menganalisa curhatannya dan berusaha merangkai kata yang tepat untuk membantunya itu.
Irfan belum membuka suaranya. Kepalanya terasa berdenyut memikirkan jalan keluar untuk permasalahan bos rupawannya itu. Sungguh ia tidak menyangka permasalahan yang dihadapi pengusaha properti yang sukses itu sedemikian peliknya. Pria itu mendengus pelan.
"Hanya ada satu cara yang bisa kau lakukan untuk menyelesaikan masalah ini tapi...". Irfan menggantungkan ucapannya seperti tidak yakin Arka mau melakukannya atau tidak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments