Malam semakin larut, hebusan angin malam juga cukup dingin menusuk tubuh mungil Dinda, sebagai istri sah Dinda termenung sendirian di jendela sambil melihat indahnya kemerlip bintang malam ini sambil meratapi nasibnya yang begitu malang.
"Semalang inikah nasibku."
"Di saat bulan madu saja, aku harus merelakan suamiku berbulan madu dengan wanita lain."
"Apakah aku ini bodoh?"
"Tapi bukannya aku bodoh, aku sadar aku ini istri yang tidak harapkan, aku datang di saat dua sejoli saling mencintai, aku malah datang menjadi orang ketiga."
"Sejagat inikah aku?"
"Namun ini semua bukan mauku, siapa juga yang mau menjadi istri yang tidak harapkan?"
Dinda memejamkan matanya, bahkan tanpa ia sadari buliran air mata sudah mrmbasihi kedua pipi mulusnya, meratapi nasibku yang begitu malang.
"Coba kalau bapak dan ibuku tidak suka judi dan mabuk-mabukan, pasti nasibku tidak akan semalang ini."
Dinda sadar bukan hanya bapaknya yang suka judi dan mabuk-mabukan, karena waktu itu Dinda juga melihat ibunya sedang bermain judi, mabuk dan Dinda juga melihat ibunya dengan seorang laki-laki namun itu bukan bapaknya, waktu itu Dinda melihat laki-laki di dalam kamar ibunya, karena tidak sengaja pintu kamarnya ternganga kecil, akhirnya Dinda mengintip dan hal tak seseno jelas Dinda lihat.
Dinda menghapus air matanya, nasi sudah menjadi bubur, jadi yang harus Dinda lakukan ya hadapi semuanya dengan sabar dan tentunya harus kuat. "Aku tidak boleh cengeng dan lemah, suamiku bisa pacaran, aku juga harus punya pacar," batin Dinda dalam hatinya, ia berusaha menghibur dirinya sendiri dalam hatinya.
Dinda berjalan menuju ke tempat tidur, ia merebahkan tubuhnya mungil di atas kasur yang empuk.
Padahal harusnya Dinda yang bahagia menikmati bulan madunya dengan suaminya, namun sayangnya Dinda malah harus terpisah kamar dengan suaminya.
Saat ia ingin memejamkan matanya, tiba-tiba ia terbayang-bayang akan Reno dan Vira, apa yang sedang mereka lakukan? Namun seketika Dinda menepis pikirannya dengan cepat, karena bagi Dinda tidak penting dengan apa yang mereka lakukan?
***
Di kamar hotel yang begitu mewah, yang Rena siapkan untuk anaknya dan menantu pilihannya, namun bukan Dinda yang ada di dalam kamar mewah penuh dengan bunga mawar merah ini, melainkan Vira kekasih hatinya Reno, jika Rena sampai tahu akan hal ini, yakin Rena pasti akan langsung mencabut Reno sebagai alhi waris keluarga.
Dengan suasana yang begitu romantis, tempat tidur yang bertaburan petikan bunga mawar merah, sungguh mereka bag pengantin baru, namun sayangnya mereka hanya sepasang kekasih.
"Sayang, minum lagi yang banyak!" titah Vira, ia menuangkan minuman memabukkan itu ke dalam gelas Reno, entah sudah yang ke berapa kalinya? Reno juga sudah sangat mabuk, Vira juga tidak kalah mabuk apalagi dia sudah habis dua botol lebih.
"Kita nikmati malam ini!"
"Kamu tahu sayang, dia hanyalah istri yang tidak harapkan."
"Biarkan dia menderita!"
"Hahaha!!!"
"Kamu benar Reno, biarkan dia menderita, dia sudah berani menikah denganmu."
"Kita rayakan malam ini sayangku!"
Reno semakin ngelantur, Vira dan Reno saling berciuman bibir berulang kali, dua sejoli ini cukup menjijikkan padahal mereka bukan suami istri, Vira juga tidak punya hati, ia juga enggan memikirkan perasaan Dinda.
"Sayang, kita lanjutkan ya!!" ajak Reno yang sudah sangat mabuk, Vira juga sudah sangat mabuk.
Reno hendak membuka kancing bajunya, namun belum sempat melakukan itu tiba-tiba Reno terhuyung seperti biasanya dan akhirnya tidur begitu saja tanpa melakukan sesuatu dengan Vira.
"Sayang, kenapa kamu malah tidur?" rengek Vira kesal, Vira memukul-mukul kecil tubuh kekar Reno dengan kedua tangannya dan karena lelah kepalanya juga sangat pusing, Vira pun terhuyung dan ia tidur di sebelah Reno.
Seperti inilah kedua sejoli yang tidak sama-sama tidak punya perasaan, makanya selalu gagal setiap kali mau mantap-mantap.
***
Pagi yang begitu cerah, Dinda sudah terbangun dari tidurnya, ia juga sudah mandi, namun ia masih mengenakan pakaian yang kemarin, bukan tanpa sebab tapi karena Dinda tidak membawa baju ganti, katanya sih Reno mau membelikan baju baru untuk dirinya, namun sampai sekarang belum datang juga, mungkin Reno kelelahan karena habis malam pertama dengan Vira, itu yang ada di pikiran Dinda, mungkin jika Dinda tahu yang sesungguhnya pasti Dinda juga akan tertawa lepas.
***
Melihat Reno baru saja datang, ia membawa beberapa paper-bag, itu berhasil membuat kedua mata Vira memelolot sempurna.
"Darimana kamu mas?" tanya Vira dengan tatapan penuh tanda tanya.
"Dari mall yang ada di hotel ini," jawab Reno dengan santainya.
Vira membalikkan tubuhnya dari cermin yang ada di hadapannya, ia kembali menatap Reno dengan sorot mata yang kali ini sulit di artikan.
"Kamu ke mall tanpa mengajakku?" tanya Vira dengan kesal, bibirnya ke kanan ke kira, sambil komat-kamit tidak jelas.
"Untuk apa mengajakmu? Mas hanya membeli baju untuk gadis udik itu," ujar Reno pada Vira dan itu membuat Vira menganga tidak percaya. "Mas Reno masih memikirkan baju untuk gadis itu, sungguh ini tidak bisa di biarikan, aku tidak mau kalau posisiku sampai tergeser," batin Vira dalam hatinya.
"Kamu perhatian sekali sama dia mas," sindir Vira dengan tatapan sinis.
"Aku hanya tidak ingin dia tidak ganti baju, malu nanti aku sayang, jika kamu ingin ke mall nanti kita pergi berdua ya, nanti kamu mau belanja apa saja tinggal pilih!" kata Reno, dan berharap Vira tidak marah pada dirinya, karena Reno tidak suka jika Vira sampai marah dan cuekin dirinya, pasti Reno tidak tenang dan akan gelisah.
"Sungguh sayang, aku boleh belanja apa saja yang aku mau?" Vira memastikan dengan antusias, ia pun langsung berlari menghambur ke pelukan Reno.
"Sungguh, kan kamu tahu mas tidak pernah berbohong padamu," kata Reno seraya membalas pelukan Vira dengan bahagia.
Reno dengan lembut melepaskan pelukannya dari tubuh Vira. "Mas antar baju ini ke gadis udik dulu ya, oh iya kamu siap-siap ayo kita jalan-jalan!" kata Reno dan dengan semangat Vira mengangguk.
Reno berlalu pergi ke kamar Dinda, sedangkan Vira langsung berdandan cantik karena akan diajak jalan-jalan oleh Reno.
Sesampainya di depan kamar hotel Dinda, Reno tampak malas, bahkan untuk mengetuk pintu kamar hotel Dinda saja ia sangat malas.
"Tok-tok," akhirnya Reno mengetuk pintu kamar hotel Dinda, ya biarpun karena terpaksa.
Dinda beranjak dari tempat duduknya, lalu ia membukakan pintu kamar hotelnya.
"Ceklek!"
Di saat pintu kamar hotelnya terbuka, Dinda cukup kaget melihat penampakan yang ada di hadapannya saat ini.
"Ada apa tuan?" tanya Dinda dengan nada lembut.
"Aku hanya mengantar ini, jadi kamu jangan GR!" Reno melempar beberapa paper-bag ke Dinda, membuat Dinda kaget.
Tanpa menunggu jawaban dari Dinda, Reno langsung pergi begitu saja.
Dinda menghela nafas berat, ia memungguti paper-bag yang baru saja di lempar oleh Reno, yang tidak lain adalah suaminya.
"Padahal dia bisa memberikannya secara baik-baik, kenapa harus di lempar?" gumam Dinda dengan suara pelan.
"Kasar sekali laki-laki itu pada gadis itu," kata seseorang yang tadi melihat kejadian saat Reno melempar paper-bag ke Dinda.
Laki-laki itu hanya geleng-geleng kepala sambil memperhatikan Dinda yang begitu cantik.
Bersambung
Terimakasih para pembaca setia
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Eca Kristiawati
semangat buat ka dina yg lagi cari pacar
2022-12-04
0
Sari Dewi
nah lho adaw yang perhatian sm dinda,, siap untuk siap ada yng ke bakaran
2022-09-26
1
Eka ELissa
cuexin aj reno dinda dasar suami bodoh...
prgi aj carilah bhgia mu di luar sana
2022-08-27
1