Jam menunjukkan pukul 9 pagi, Dinda sudah cantik dengan dress warna pink muda yang di belikan oleh Reno.
"Tok-tok!!"
Mendengar suara ketukan pintu, Dinda beranjak untuk membukakan pintu kamar hotelnya.
"Ceklek!!" Dinda membuka gagang pintu.
Melihat Reno dan Vira saling bergandengan mesra di pagi hari seperti ini, cukup membuat Dinda menghela nafas berat. Rasanya ingin muntah, mendadak perutnya langsung mual.
"Kalian ada apa?" tanya Dinda dengan malas.
"Kita mau pergi sarapan, lalu jalan-jalan berdua, oh iya kamu tidak usah ikut dengan kita, ini ATM ku, kamu sarapan sendiri dan jalan-jalan sendiri saja ya!" ujar Reno pada Dinda, ia mengambil salah satu ATM yang ada di dalam dompetnya, lalu memberikan salah satu ATM miliknya pada Dinda.
Dinda menerima ATM itu, ia juga berpikir jika ia menolaknya maka ia akan kelaparan, apalagi Dinda tidak punya uang sama sekali.
"Gini amat nasibku," keluhnya dalam hatinya.
"Ingat jangan ikuti kita!" tandas Vira sebelum pergi meninggalkan Dinda, sorot matanya yang penuh dengan ancaman, entah apa yang akan terjadi jika Dinda mengikuti dua sejoli itu?
"Pede banget, lagian siapa juga yang mau ngikutin kalian?" cetus Dinda malas.
Reno dan Vira berlalu pergi dari hadapan Dinda. Vira terus mengandeng mesra Reno seolah-olah ia takut kalau Reno itu akan ada yang mengambil dari dirinya, padahal mah lalat juga enggan nempel di tubuh Reno itu.
"Sayang, kita mau makan dimana?" tanya Vira dengan manja seperti biasanya.
"Dimana saja, yang penting kamu suka," jawab Reno dengan nada lembut, sembari mengusap rambut Vira lembut.
Vira tersenyum, lalu ia mengajak Reno ke salah satu restoran yang tentunya banyak makanan kesukaan Vira disana. Lagian Vira tahu kalau Reno tidak akan pernah menolak apa yang di inginkan olehnya, mungkin jika saat ini aku minta mobil pasti kekasihku Reno pasti akan langsung membelikan dengan senang hati.
Sesampainya di sebuah restoran pilihan Vira, mereka memesan makanan yang sama, sambil menunggu pesanan mereka datang, Vira mengambil beberapa foto dirinya dan Reno, untuk di update di media sosial.
"Pasti kamu mau update lagi, Vir jangan lakukan itu, jika mama dan papa aku tahu, mereka pasti akan marah besar," ujar Reno, berulang kali Reno sudah mengingatkan Vira, namun lagi-lagi Vira tidak mau mendengarkan apa kata Reno.
"Ren, inikan moment special kita jadi harus diabadikan," sahut Vira yang tidak mau tahu seperti biasanya. Lagian kalau nenek lampir itu tahu kan bagus.
Reno mengangguk pasrah, percuma menasehati Vira itu seperti menasehati batu yang begitu keras dan tentunya tidak akan cair, dia juga pasti kalau di nasehati ya masuk kuping kanan keluar kuping kiri, bebal sekali Vira itu.
Setelah beberapa lama pesanan makanan mereka datang, mereka menghentikan perdebatan mereka dan menikmati makanan mereka dengan nikmat.
***
Di saat Reno dan Vira sedang asik menikmati sarapan berdua, Dinda malah duduk di taman hotel.
Dinda memegangi ATM yang diberikan oleh Reno pada dirinya, ia terdiam karena memikirkan kebodohan Reno.
"Dasar kurang ajar, maksudnya apa coba? Dia memberikan ATM padaku, tapi dia tidak memberitahukan pin ATM nya, lalu bagaimana aku mengunakannya?" gumam Dinda, ia tampak kesal dan rasanya ingin mematahkan kartu ATM milik Reno, namun tidak ia lakukan karena takut Reno akan marah.
"Mana aku lapar sekali, terus bagaimana caraku makan?" Dinda tampak sedih, ia memegangi perutnya yang dari tadi terus berbunyi karena cacing-cacing dalam perutnya pasti sudah berdebat meminta makan.
Dinda memasukkan ATM milik Reno ke dalam tas kecil yang ia bawa, ia tidak mau kalau ATM milik Reno sampai hilang, Dinda yakin jika itu sampai terjadi pasti Reno akan marah besar dan pasti akan mengocehinya tujuh hari tujuh malam berturut-turut.
Laki-laki yang tadi memperhatikan Dinda saat Reno melempar paper-bag ke Dinda, laki-laki itu tidak sengaja melihat Dinda sedang duduk di taman hotel sendirian.
Laki-laki itu menghentikan langkah kakinya, ia diam-diam kembali memperhatikan wajah cantik Dinda yang terlihat kalem dan sangat lucu.
"Gadis itu lagi," ujarnya dengan senyuman hangat.
"Dua kali bertemu, kalau tiga bertemu katanya jodoh," lanjutnya dengan penuh harapan.
"Apa jangan-jangan gadis itu jodohku yang di siapkan oleh Tuhan untukku?" hayalnya semakin tinggi.
Laki-laki itu tersenyum kecil, ia sadar kalau kata-kata seperti itu hanyalah guruaan waktu ia kecil saja.
Laki-laki itu melangkahkan kakinya, ia menuju ke kursi taman tempat Dinda sedang duduk.
"Sendirian saja, boleh aku duduk disini?" sapa laki-laki itu dengan lembut, Dinda terdiam ia cukup lama memperhatikan laki-laki yang menyapanya itu.
"Apakah aku boleh duduk disini?" tanya laki-laki itu lagi untuk kedua kalinya.
"Emm, iya silahkan!" sahut Dinda gugup, gimana tidak gugup laki-laki yang ada di hadapannya saat ini, laki-laki yang cukup tampan, tubuhnya yang kekar dan tinggi, dan raut wajahnya yang tampan dan sangat manis seperti gula, sungguh wanita mana yang tidak tergila-gila? Namun Dinda sadar, ia sudah menikah jadi tidak berharap lebih.
"Kenapa sendirian saja?" tanya laki-laki itu.
"Hanya ingin sendirian saja," jawab Dinda.
"Kenalkan namaku Bima," dengan senang hati Bima mengulurkan tangannya pada Dinda, namun Dinda lagi-lagi malah diam. "Ini orang baru datang, tiba-tiba minta kenalan, apakah ini sopan?" batin Dinda dalam hatinya.
Bima tahu apa yang sedang Dinda pikirkan, ia tersenyum cukup lembut pada Dinda.
"Maaf jika aku kurang sopan, aku juga bukan laki-laki jahat, aku hanya ingin kenalan sama kamu," ujar Bima dengan nada lembut.
Akhirnya Dinda menerima uluran tangan Bima, lagian apa salahnya jika ia berkenalan dengan laki-laki lain? To suaminya juga tidak bakal perduli, kan Reno juga tidak akan pernah mencintainya ataupun menyentuh tubuh mulusnya.
"Namaku Dinda," dengan nada lembut Dinda memperkenalkan dirinya pada Bima.
Kini akhirnya mereka saling berkenalan, mereka juga saling melempar senyum satu sama lain.
"Mudah-mudahan kita bisa menjadi teman baik," harapan Bima dengan tulus.
Dinda hanya tersenyum kecil, membuat Bima lagi-lagi ikut tersenyum juga. "Manis sekali senyumnya gadis ini," puji Bima dalam hatinya.
Saat sedang menikmati makanannya, Reno tiba-tiba menghentikan makannya, lalu ia terus memandangi ke arah jendela, dengan sorot mata yang cukup kesal.
"Bukankah itu gadis udik, siapa laki-laki yang bersamanya?" batin Reno dalam hatinya.
Reno dan Vira memang duduk di dekat jendela dan tentunya taman hotel jelas terlihat oleh kedua mata Reno, sedangkan Vira tidak melihatnya karena ia duduk dengan posisi membelakangi taman hotel.
Bersambung
Terimakasih para pembaca setia
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
lovely
ngapain marah toh Lo juga maina SM s jalang Vira
2023-01-02
0
Sari Dewi
ya calon pacarlah,, emang km aja yng bs pacaran 😁😁😁😁
2022-09-26
1
Eka ELissa
ya jelas dinda ada yg nksir dong kn dia gdis cntik dn mnis...
mng kmu bodoh mlhn milih barang bekas dri pada barang sgelan..😁😁
2022-08-27
1