Sesampainya di dalam rumah Reno dengan kasar melempar Dinda ke sofa.
"Gubrakkk!!"
"Auh, sakit sekali," lirih Dinda, saat tubuh mungilnya merasakan benturan sofa ia merasa kesakitan, namun Dinda berusaha menahan rasa sakitnya.
"Jangan harap aku akan berbuat baik padamu," tandas Reno dengan suara lantang.
Dinda merintih kesakitan dengan suara lirih, kedua pelupuk matanya sudah berembun tapi Dinda berusaha kuat, karena tidak mau menangis di hadapan Reno.
"Bangunlah!!" Reno dengan kasar kembali menyentak Dinda, Dinda perlahan-lahan bangun dari sofa itu satu tangannya memegangi pinggangnya yang terkena benturan tepat pada bibir sofa, sungguh malang sekali nasib Dinda.
"Ikut denganku!"
Dinda mengikuti langkah kaki Reno, Reno berjalan menuju ke sebuah ruangan yang cukup besar dan mewah, ia itu adalah kamar tidur milik Reno.
"Mulai sekarang kita tidur satu kamar! Tapi jangan harap aku akan menyuruhmu tidur satu ranjang denganku, karena kamu harus tidur di lantai!" titah Reno, sorot matanya terlihat tajam seperti singa yang ingin menerkam mangsanya.
"Baik mas," lirih Dinda.
"Siapa yang menyuruhmu memanggilku dengan sebutan mas? Siapa?!" sentak Reno, sambil memegang dagu Dinda dengan kasar, hingga Dinda merintih kesakitan tapi ia tidak berani mengatakannya.
"Panggil aku tuan! Pernikahan kita itu hanya sebuah perjodohan yang tidak guna, aku juga punya kekasih yang sangat aku cintai, jadi ingat anggap saja kamu itu pembantuku yang harus menuruti semua kata tuanmu ini!" kata Reno dengan kasar, Dinda hanya mengangguk karena ia tidak bisa berbuat apa-apa dan ia sadar ia disini hanya sebagai pelunas hutang saja.
"Ganti pakaianmu itu!!" sentak Reno.
"Tapi aku tidak membawa baju ganti tuan," kata Dinda dengan perasaan takut, tubuhnya juga gemetaran.
"Itu di lemari ada baju-baju milik Vira, kamu pakai saja!" titah Reno, Dinda mengangguk dan ia melakukan apa yang Reno katakan karena tidak berani membantah.
Reno menunjukkan lemari pakaian khusus yang berisi baju-baju Vira pada Dinda, Dinda berjalan menuju ke lemari itu dan ia dengan ragu-ragu membuka pintu lemari itu, betapa terkejutnya saat melihat dress-dress cantik, bermacam-macam baju tidur seksi.
Dinda hanya menghela nafas berat, tangannya gemetaran saat ingin meraih salah satu dress yang di gantung dengan rapi.
"Pilih saja!" titah Reno, ia merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya karena merasa sangat lelah.
Di saat Reno baru saja merebahkan tubuhnya, tiba-tiba ponselnya berdering dan ternyata itu telpon dari mamanya, Reno langsung mengangkat telpon itu dengan cepat.
"Hallo ma."
"Ren, kata papa kamu tidak usah masuk ke kantor dulu, kamu pergi saja bulan madu dengan Dinda!"
"Tapi ma, kerjaan Reno sangat banyak di kantor."
"Biarkan saja, nanti Devan yang akan mengurus semuanya, kamu tidak usah kawatir!"
"Ma aku,,,"
"Reno, mama tidak suka di bantah!"
"Baiklah ma, aku akan pergi bulan madu."
Rena mematikan saluran telponnya, ia tersenyum sendiri sambil menaruh ponselnya di atas meja.
"Mama, keliatannya bahagia sekali?" tanya Restu pada Rena.
"Iya pa, mama bahagia sekali, Reno dan Dinda mau pergi bulan madu," jawab Reno dengan senyum yang begitu bahagia.
Restu tersenyum senang, ia pun berpamitan kepada Rena untuk berangkat ke kantor.
"Mama malam ini papa ada metting, sepertinya papa akan pulang malam atau menginap," kata Restu dengan nada lembut.
"Iya pa, hati-hati ya kerjanya!" Rena tersenyum, ia merapikan dasi suaminya yang terlihat agak miring.
Tanpa sarapan lebih dulu, Restu langsung pergi ke kantor sedangkan Rena duduk di ruang tengah sendirian dan hanya ada para Art yang sedang sibuk dengan pekerjaannya mereka masing-masing.
Rena adalah seorang istri yang sabar, ia selalu percaya pada Restu yang tidak lain adalah suaminya, bagi Rena, Restu adalah suami terbaik di dunia.
***
Setelah mandi dan berganti pakaian dengan pakaian milik Vira, Dinda tampak bingung karena tidak tahu harus ngapain?
"Kruyukkk,,,"
"Aku lapar sekali."
Dinda memegangi perutnya yang dari tadi terus berbunyi karena merasa lapar apalagi ia belum makan apa-apa dari setelah resepsi pernikahan itu.
"Tuan, aku lapar, apa aku boleh makan?" tanya Dinda, ia tidak berani menatap Reno yang sedang berbaring di tempat tidur, ia berbicara pada Reno dengan wajah menunduk.
"Makan saja! Di dapur banyak makanan, kamu makan saja semau kamu!" jawab Reno dengan nada ketus.
Dinda mengangguk, ia pun berlalu keluar dari dalam kamar Reno itu, ia langsung pergi menuju ke dapur.
Sembari jalan ke dapur Dinda memperhatikan ruang demi ruangan yang ada di rumah Reno, sungguh orang kaya itu rumahnya begitu megah, ya biarpun aku juga dulu kaya tapi rumahku tidak semewah ini, nyatanya aku ini hanya mantan orang kaya, karena setelah orang tuaku bangkrut aku harus tinggal di Apartemen yang tidak terlalu besar, bahkan berjalan ke dapur saja lumayan jauh, dengan tatapan penuh rasa kagum, Dinda terus melanjutkan perjalanan menuju ke dapur.
Biarpun Dinda dulu pernah menjadi orang kaya, namun rumah milik keluarga Dinda tidak semegah rumah Reno ataupun keluarga Reno.
Reno tampak gelisah ternyata perutnya juga merasa lapar. "Aku lapar sekali," batin Reno dan ia pun beranjak dari tempat tidur dan langsung pergi menyusul Dinda ke dapur.
Sesampainya di dapur Reno menghentikan langkah kakinya, ia melihat Dinda yang sedang sibuk memasak di dapur miliknya.
Iya rumah Reno memang tidak ada Art nya, setiap hari Reno memanggil cleaning servis khusus untuk membersihkan rumahnya dan setelah selesai cleaning servis itu langsung pulang.
"Kamu masak apa?" tanya Reno tiba-tiba, membuat Dinda kaget, apalagi tidak melihat atau mendengar kapan Reno datang? Tiba-tiba sudah berdiri di sampingnya saja. Dengan perasaan takut, Dinda bahkan tidak berani memandang Reno.
"Aku sedang memasak ayam goreng," jawab Dinda dengan nada lembut.
"Masakan sekalian untukku! Karena aku juga lapar," Kata Reno dengan ketus.
"Baik tuan," jawab Dinda.
Dinda memasak untuk Reno juga, setelah selesai Dinda membawa semua makanan buatannya ke atas meja makan.
Kini dua sejoli itu menikmati makanan mereka masing-masing.
"Masakan apaan sih? Rasanya tidak enak sekali," cetus Reno tapi Reno tetap makan makanan yang di masak oleh Dinda. "Kok masaknya bisa seenak ini sih," batin Reno dalam hatinya.
Dinda memejamkan matanya, ini apalagi? Perasaan masakannya tidak ada yang salah, namun tetap saja salah bagi Reno.
"Masakan rasanya asin banget, lihat ayamnya juga agak gosong, tidak enak pokoknya," dengan menyebalkan Reno terus mengutuki makanan buatan Dinda.
"Tapi ini sudah pas rasanya tuan," ujar Dinda dengan hati-hati karena takut Reno akan marah pada dirinya. "Lagian mana ada gosong sih? Perasaan ayam ini baik-baik saja," batin Dinda geram.
"Masakan tidak enak, aku makannya saja pingin muntah," dengan kesal Reno terus mengutukti masakan yang di masak oleh Dinda.
Dinda menahan senyumnya, apalagi saat melihat makanan di piring Reno sudah hampir habis.
"Yakin tidak enak tuan? Tapi kok makanannya habis?" sindir Dinda, membuat Reno tiba-tiba menjadi salah tingkah.
Reno menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, ia celingukan, apalagi saat melihat piringnya benar-benar bersih tanpa tersisa sedikitpun makanan kecuali tulang-tulang ayam.
"Emm itu karena,,"
Bersambung
Terimakasih para pembaca setia
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Enung Samsiah
itu karena enak mknya lahap dasar gedeg
2023-02-14
0
Eca Kristiawati
ituh karna masakan dina yg buatin
2022-12-03
0
Eka ELissa
karena...mskn kmu enk bgt din...
sbar ya din....tu cie buaya bodoh reno itu juga bkln bucin akut ko ma kmu....sbr ya.....
2022-08-27
1