"Demi kebaikan anak ini kau harus menikah ! " Bella mengatakannya tanpa perasaan bersalah.
"Benarkah? Kau setuju menikah denganku?" Bumi tersenyum,
"Tidak. Kau harus menikah dengan adikku, aku tidak akan memberikan anak ini kecuali kau mau menikah dengannya."
"Kau gila??" Bumi mengangkat sebelah alisnya.
"Aku lebih merasa tenang, jika kau menikah dengan adikku. Dia akan mengurus anak kita dengan baik aku yakin." Bella terus meminta Bumi menikahi adiknya.
"Kau seegois itu? Aku bisa mengurusnya tanpa harus menikah !!! Jika kau tidak mau mengurusnya, biarkan aku mengurusnya sendiri !!! " Bumi terdengar kesal.
"Baiklah, kalau begituuuu tidak ada alasan bagiku untuk mempertahankan bayi ini. Aku hanya ingin bayi ini memiliki seorang ibu yang mau merawatnya dengan baik." Bella dengan keras kepala tetap pada niatnya.
"KENAPA TIDAK KAU SAJA? APA KAU KEHILANGAN AKAL SEHAT MU? APA ADIKMU SETUJU? APA KAU PERNAH SEKALI SAJA MEMIKIRKAN PERASAAN KU? KAU GILA !!! " Bumi mematikan panggilannya. Nafasnya berderu karena amarahnya meluap.
Bella dan orang tuanya belum memberi tahu Ana soal keberadaan bayi dikandungannya. Ana juga belum mengetahui tentang rencana kejam keluarganya untuk memaksa dia menikah dengan Bumi.
Bumi pergi ke klub malam, dia merasa frustasi dengan Bella.
"Apa maunya" Gumam Bumi pada dirinya sendiri sambil menenggak segelas alkohol.
Apa dia gila?....
Bagaimana mungkin dia berniat membunuh anak itu?...
Dia terus mempertanyakan itu pada dirinya sendiri. Bumi tidak habis pikir, kenapa Bella tidak mau menikah dengannya, wanita itu malah meminta Bumi menikahi orang lain.
Bumi mabuk berat malam itu, dia bahkan berkumpul bersama wanita penghibur dan dibawa pulang oleh mereka.
*
*
11.45 malam
Setelah game yang sangat mengasyikan itu selesai, semuanya berkumpul bersama di depan api unggun.
"Aku tidak menyadari ada pria setampan kau di kelompok ini." Lee ze dengan percaya diri berbicara kepada Minhyun, pria itu sedang menggosokan kedua tangannya. Dia hanya tersenyum.
"Kami juga tampan." Ucap Jadu dan Jisu sambil menyenggol pundak Jisu,
semuanya pun tertawa karena kekocakan mereka.
"Apa kau seorang Trainee?" Somi bertanya pada Minhyun.
"Bukan, aku bukan seorang Trainee," Dia berbicara secukupnya. Ana rasa suasana nya berubah semakin dingin, apalagi mengingat kejadian tadi, pipi Ana langsung memerah.
"Jika dilihat-lihat kalian terlihat mirip..... " Jisu berbicara asal, sambil menunjuk Minhyun dan Dongmin.
Dongmin dan Minhyun menjadi canggung,
"begitukah?" Dongmin bertanya
Jadu menyenggol bahu Jisu, memberi kode agar tidak bicara sembarangan.
"Aku mengantuk, apa aku boleh tidur lebih dulu?" Ana terlihat mengantuk.
"Ya tentu, untuk yang lain masih boleh disini. Tapi batasnya hanya sampai jam 2 malam, setelah itu kalian haruspergi ke tenda." Dongmin mengangguk pada Anastasia lalu menatap yang lain.
"Aku juga harus ke tenda." Ucap Minhyun, Minhyun berdiri lalu berjalan menyusul Ana, ada yang ingin dia bicarakan.
Yang lain masih mengobrol dilapangan bersama Dongmin , Dongmin sesekali melihat Ana yang berjalan tak jauh Didepan Minhyun.
Minhyun berlari kecil untuk mendekat ke Ana,
"Maaf kan aku, pasti kejadian tadi membuatmu Canggung," Minhyun menatap Ana dengan wajahnya yang pucat kedinginan.
"Tidak, seharusnya aku yang minta maaf. Itu adalah hal terbodoh yang pernah kulakukan haha." Ana tertawa malu, Minhyun menatap wajah Ana sambil ikut tertawa.
"Tidak perlu terlalu dipikirkan, lagipula itu hanya permainan." Minhyun dan Ana berpisah karena Ana sudah sampai di tendanya.
"Selamat Malam," Minhyun melanjutkan perjalanannya ke tenda.
"Selamat Malam," Kata Ana. Minhyun menoleh lalu tersenyum.
Ana mengecek ponsel yang tidak dia bawa, Terdapat pesan singkat yang ia dapat dari kakaknya Bella.
Bella :
Apa kabar adik kuuuuu?
Ana hanya membaca nya tanpa membalas, untuk saat ini dia hanya ingin menenangkan dirinya dan tidak mau berurusan dengan keluarganya dulu. Dia mengecek Uang di M-banking nya
"Aku harus segera mencari pekerjaan paruh waktu."
Ana terlihat murung, dia merebahkan tubuhnya sambil melihat langit-langit tenda,
Ana tersenyum mendapat kan pesan itu, tapi memikirkan para senior yang lain yang mengerikan. Membuatnya nyalinya menciut.
Ana melihat banyak sekali orang yang mengagumi Dongmin, termasuk Yeri, dia yakin alasan Yeri membencinya adalah Yeri menyukai Dongmin.
Ana menggelengkan kepalanya,
"Sudah lah aku mau tidur"
Malam itu Ana mendapat pesan dari pembimbingnya, Dongmin. Ana membalas seperlunya, lalu langsung tertidur. Sedangkan Somi, Lee ze dan yang lain baru kembali ke tenda di jam 1 malam.
Jam 5.15 pagi
Ana terbangun lalu duduk sebentar , dia menoleh ke arah yang lain yang masih terlelap. Dia meminum air putih dari botol yang ada disampingnya, lalu dia keluar pergi buang air kecil ke kamar mandi.
Ana mengantongi roti yang dia bawa sambil menoleh ke kanan kiri. Ana berjalan sambil mengeratkan jaketnya, udara yang sangat dingin terasa menembus jaketnya. Dia menatap pemandangan Indah di Bukit.
Setelah buang air kecil Ana berjalan kebukit kecil itu untuk menunggu Matahari terbit. Suara kresek plastik yang mengadu dengan kantong jaketnya berbunyi seiring dia berjalan, dia menanjak ke arah bukit kecil itu lalu duduk tanpa alas diatas rumput yang berembun.
Suara langkah kaki dibelakang Ana membuatnya sontak menoleh kebelakang, pria itu berjalan berbalik mengurungkan niatnya saat melihat Ana.
"Minhyun," Ana menyapa.
Minhyun menoleh ke arah Ana,
"Maafkan aku, aku tidak bermaksud mengganggumu, aku kira tidak ada orang disini."
"Tidak apa-apa duduklah." Ana tersenyum
"Boleh kah?" Minhyun mendekat
"Ya tentu, silahkan saja." Ana menepuk rumput disampingnya.
Minhyun tersenyum melihat Ana, keduanya sama-sama merasakan udara yang dingin menembus jaket yang mereka kenakan, mereka duduk bersama. Ana pun menatap ke arah matahari yang tidak lama lagi terbit.
"Apa kau ingin melihat matahari terbit juga?" Minhyun menoleh ke arah Ana
"Ya, akan sangat menyenangkan melihatnya." Ana menyeringai
Ana mengeluarkan rotinya, lalu membuka bungkusan roti itu. Dia menyodorkan roti itu kepada Minhyun dahulu dan membiarkan pria itu mengambil bagiannya.
"Ambilaaah ! " Ana tersenyum, Minhyun mengambil bagian diroti itu.
"Terimakasih.." Minhyun menatap matahari yang mulai muncul.
"Makanlah, aku kesini karena lapar dan ingin sarapan sambil melihat ini." Ana menunjuk matahari yang perlahan muncul.
"Terimakasih, Aku juga membawa ini, minumlah ! " Minhyun memberikan segelas kopi panas.
"Terimakasih, lalu kau bagaimana?" Ana bertanya karena Minhyun hanya membawa 1 gelas saja.
"Maksudku, kita bisa meminumnya bersama." Ana meralat perkataannya, dia merasa tidak enak pada Minhyun.
"hahaha , tenang saja aku akan mengambilnya lagi nanti."
Ana merasa bodoh dengan menanyakan itu, bukankah itu kode halus bahwa dia tidak mungkin satu gelas dengan pria itu? Minhyun hanya tersenyum tipis.
"Wahh cantik sekali, lihat itu ! " Ana mengalihkan pembicaraan dengan menunjuk matahari yang sedikit lagi akan muncul.
Keduanya menikmati matahari terbit dengan segelas kopi dan roti yang dibagi dua.
"Hey kalian kalian sedang apaaaa?mesra sekali."
Minhyun dan Ana melihat kebawah bukit, disana ada Park Ju dan Para senior lain termasuk Dongmin yang baru saja keluar tenda.
"Kami hanya sedang melihat matahari terbit," Minhyun menjelaskan,
"Ah romantisnyaaaaa..." para senior menggoda mereka kecuali Dongmin,
Ana dan Minhyun berdiri, lalu saling melempar tatapan tidak enak, Minhyun menyesal kenapa dia tidak mengurungkan niatnya saja tadi, mungkin ini tidak akan terjadi.
"Ah serasi sekali, tidak apa-apa nikmati saja. Tapi jangan lupa persiapan untuk pulang nanti ya, jangan sampai ada yang ketinggalan." Park ju meneriaki dari bawah.
"Ya tentu."
Minhyun mengangguk, dia khawatir dengan keadaan Ana, wanita itu pasti merasa sangat canggung sama sepertinya.
"Maafkan aku..." Minhyun menatap Ana.
"Tidak perlu minta maaf, aku juga tidak apa-apa Minhyun." Ana meyakinkan Minhyun.
"Apa kau masih mau disini atau kau mau pergi sarapan?" Minhyun menunggu jawaban Ana.
"Sarapan.." Ana berjalan mendahului Minhyun dengan wajah datar, Pria itu masih mengikutinya dari belakang, mereka mengantre seperti biasa, lalu duduk ditempat yang disediakan.
Brakk
Tiba-tiba saja Dongmin ikut duduk bersama mereka, dia meletakan tray makanannya dimeja agak keras. Ana dan Minhyun membelalak menatap pria itu.
"Dongmin..." Kata Ana.
Dongmin tidak menjawab dia malah menatap ke arah Minhyun tajam.
"Apa kau sengaja?" Pria ini terlihat marah.
"Aku tidak mengerti apa maksudmu?"
Minhyun nampak tidak mengerti apa maksud seniornya itu, dia tidak ingin menghiraukan Dongmin, tapi perhatiannya sudah tersita karena pria itu. Dia tidak jadi melahap makanannya lalu menaruh sendok di samping tray makanan.
Ana menatap mereka berdua, suasana nya sangat menegangkan. Ana menggaruk leher belakangnya yang tiba-tiba merasa gatal.
"Hey ada apa kalian !! " dengan suara pelan dia mencoba melerai keduanya, Dongmin masih menatap Minhyun tajam.
"Kenapa kau selalu menguntit ku? Apa kau penggemarku?kenapa kau sangat berusaha untuk menjadi sepertiku?apa tidak cukup dirumah? Kenapa harus disini?" Dongmin menatap Minhyun tajam dan dingin.
"Aku bukan penggemarmu dan aku sedang tidak berusaha menjadi sepertimu"
Minhyun berdiri begitu pula Dongmin, keduanya saling menatap tajam.
...****************...
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
resaiza
apa jangan" minhyun dan dongmin adik kakak
2022-10-07
2