Sesampainya Dea dirumah dia segera pergi ke kamarnya dan merabahkan dirinya dikasur kesayangannya.
"Huh untung tadi aku selamat, bagaimana ada orang sekejam itu membunuh orang tanpa belas kasihan. Semoga aku tidak pernah bertemu dengannya lagi" harapnya, sambil merebahkan tubuh mungilnya di ranjang minimalisnya.
Saat Dea ingin menutup mata hendak tidur tiba-tiba pintunya di ketuk oleh seseorang dengan keras seperti mau ngajak bertempur.
"kenapa setiap aku ingin tidur menyelam ke alam mimpi selalu ada saja gangguannya" gerutunya yang berjalan ke arah pintu.
Dengan malas Dea bangun dan membuka pintunya. Ternyata oh ternyata, ibu kandung rasa ibu tirinya lah yang sudah mengetuk pintunya.
"Ada apa bu, aku ngantuk, capek mau tidur, ibuu" ucapnya sambil sesekali menguap.
"Hei anak perawan kau ini belum mandi sudah mau tidur! Ayo keluar ibu sudah siapkan makan malam" ucapnya tidak mau dibantah.
"Aku sudah mandi tadi pagi bu, saat mau berangkat kerja jadi ngapain mandi lagi, buang-buang air saja. Di luar sana masih banyak yang kekurangan air bersih, lah di sini Dea malah buang-buang air.
Dah ya bu, aku mau tidur. Mataku sudah minta di nyanyikan lagu Dea Bobok. Dahh ibu sayang" sambil memegang gagang pintu dan hampir menutupnya, tapi..
Saat Dea hendak menutup pintu kamarnya ibu Dea tiba-tiba menjewer telinganya sambil menariknya keluar dari kamar.
Ngantuk Dea hilang seketika dan berganti dengan rasa sakit ditelinganya."Aw aw bu hentikan! Ibu bisa membuat telingaku putus, ibu ingin anak ibu cacat?"
Ibu Dea masih menarik telinga Dea, tak menggubris ampunan yang terucap dari mulut Dea. Akhirnya Dena melepaskan tangannya saat sampai di meja makan.
"Suruh siapa tidak menurut perkataan ibu" bentaknya sambil melepaskan telinga Dea.
Sesampainya di meja makan, Dea melihat makanan sudah tersaji memanggil untuk segera di giling di perut karetnua dan tentu saja ada bapaknya tercinta juga disitu.
Dea langsung mengadukan kelakuan ibunya pada bapaknya, padahal bapaknya sudah melihat sendiri drama tersebut.
"Bapak lihat ulah ibu telingaku jadi merah begini, kenapa bapak tidak mengajari ibu cara bersikap manis kepada anaknya. Slalu saja dengan kekerasan" adu Dea pada bapaknya. Dea memperlihatkan telinganya yang merah seperti rona malu di pipi orang yang sedang malu-malu Kucing.
"Hei anak nakal kalo kamu mau menuruti perkataanku aku tidak akan menjewermu. Lagian cuma menarik telinga sampai merah saja kau bilang kekerasan, mana ada kekerasan seperti itu, menarik telinga itu namanya hukuman bagi anak yang durhaka seperti kamu! Cepat duduk dan habiskan makananmu" ucap ibu, persis seperti ibu tiri Cinderella cuma beda nama saja.
"Bapak lihatlah ibu menarik telingaku sampai merah begini dan ibu bilang tidak kekerasan, bapak marahi ibu" Dea masih saja berusaha mengadu agar bapaknya menasehati ibunya agar tidak menyiksanya lagi.
"Hais sudah-sudah sekarang Dea duduk dan makan agar ibumu tidak memarahimu lagi ya" tapi harapan tak sesuai ekspetasinya, ternyata bapaknya takut juga dengan ibunya.
"Hah bapak juga membela ibu, oh sungguh bapak tidak adil. Tuhan kenapa dirumah ini tidak ada yang sayang denganku. Bu dengar ya, aku akan adukan tindakan ibu ke KPAI kalo ibu menganiaya aku lagi" mencoba menakuti ibunya dengan cara mengancamnya.
"Adukan saja tapi sebelum kamu mengadukan tindakan ibu ke KPAI, ibu pastikan dulu kamu mati di tangan ibu. Kamu akan ibu potong-potong seperti daging Qurban. Lalu setelah itu, ibu buang potongan tubuhmu ke sungai belakang rumah. Bagaimana, masih mau mengadukan ibu tidak? hahaha" katanya sambil tertawa seperti tawa ibu tiri di serial tv.
Dea menelan salivanya dengan kasar setelah mendengar penuturan ibunya.
Dia ini ibuku atau ibunya cinderella sih kenapa lebih mirip ibunya Cinderella. Atau jangan-jangan ibuku tertukar dengan ibunya cinderella, kaya serial yang di tv yang judulnya Ibuku ternyata bukan ibuku
Dan brakk... Dena memukul meja makan dengan keras hingga membuat Dea tersadar dalam lamunannya.
"Sedang memikirkan apa kau haa?!" tanyanya penuh selidik sambil melotot.
"Tidak memikirkan apa-ap pa kok bu" jawab Dea dengan gugup.
" Kau pasti sedang menghina ibu di dalam pikiranmu kan? Jawab jujur!"
" Tidak ibu, suwer tak kewer-kewer dah" Dea mengacungkan dua jarinya tapi bukan untuk mendukung Jokowi-Amin ya, Dea mencoba menyakinkan Dena.
"Awas saja kalo kau benar menghina ibu di dalam pikiranmu. Ibu sumpahkan kamu supaya tambah kecil biar kaya anak-anak hahaha"
"Ibu pasti kakaknya paranormal yang kaya di tv itu, buktinya saja dia selalu saja apa yang aku pikirkan" pikir Dea.
"Dea tidak akan seberani itu pada ibu, sampai-sampai menyumpahi ibu di dalampikiranku" sambil menunjukkan senyuman penuh dusta kepada ibunya.
Tiba-tiba bapak berdiri dari kursinya dan hendak pergi ke dalam kamarnya, Rifa'i merasa jengah sendiri melihat drama yang tiada hentinya.
"Mau kemana pak? tidak makan malam dulu?" tanya Dea.
"Tidak usah bapak sudah kenyang mendengar perdebatanmu dan ibumu" jawab bapak kepada Dea, Rifa'i mulai berjalan hendak pergi setelah menjawab pertanyaan putrinya.
"Pak apa bapak mau ibu tarik teling bapak atau bapak ingin tidur diluar, hemm?" pertanyaan yang penuh dengan ancaman keluar dari mulut Dena.
Seketika Rifa'i kembali ke meja makan dan mulai makan bersama dengan anak dan istrinya.
Dea hanya menggelengkan kepalanya , dan berkata pelan" Dasar suami takut istri"
Setelah selesai dengan makan malam yang dramatis tadi, Dea mencuci piring dan membereskan meja makan bersama ibunya. Walaupun Dea kadang benci kepada ibunya karena ibunya sering memarahi dan menganiayanya, tapi Dea tidak tega melihat ibunya terlalu capek. Karena bagaimanapun ibunya adalah orang yang melahirkannya dan membesarkannya meski sampai sekarang Dea gak besar-besar.
"Akhirnya selesai, bu aku kekamar ya" kata Dea sambil mencuci tangannya di wastafel.
"Heem. Ingat langsung tidur jangan menonton tv karena itu bisa membuat listrik ku cepat habis!" Dengan nada sok kuasanya.
"Iya-iya ibuku sayang" Dea mengiyakan perkataan Dena karena Dea sendiri sudah merasa capek, ingin langsung tidur saja.
Dea berjalan menuju kamarnya dan merebahkan tubuhnya dikasur, melihat keatas genteng. Seketika Dea teringat seseorang misterius tadi yang menyiksa pria paruh baya dengan begitu kejam.
Kok bisa ada orang yang lebih kejam dari ibu, menyiksa, memukul, mencabuk berulang-ulang kali. Padahal pria tua tadi sudah minta ampun tapi dianggap angin lalu olehnya.
Dasar pria kejam! Ah sudahlah lebih baik aku tidur. Pasti pria itu bibirnya tergigit oleh giginya sendiri karena sedang aku pikirkan, syukurin!
Setelah melamunkan pria misterius tadi cukup lama, Dea mulai menguap dan mulai ke menjelajah ke alam mimpinya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Manggu Manggu
bagis semangat
2023-01-13
0
Vie Ibka
masih lanjut aq Thor, sepertinya menarik dan menghibur..
2020-12-10
0
RH 1225
kocak habizzz ni. dibilang walau dea gak besar2😂😂😂
2020-10-29
0