Ternyata ini bukan mimpi. Itulah kalimat pertama yang muncul dalam pikiran Lucy setelah membuka mata. Dengan ragu ia bergerak untuk menyentuh tubuhnya, ternyata memang benar dirinya telah berubah jadi Kelinci. Hal tersebut dibuktikan oleh bulu-bulu halus yang menutupi seluruh badannya.
"Kenapa nasibku malang sekali? Padahal aku hanya ingin membuat harem saja seperti Yuka. Memangnya permintaanku berlebihan sampai tidak dikabulkan?" gerutu Lucy entah pada siapa.
Ingin mengeluh pada iblis yang dipujanya pun tak bisa. Sekarang ia benar-benar kehilangan arah, tidak punya tujuan lagi setelah masuk ke novel Harem Yukata Nari sebagai Kelinci. Lagi pula hewan kecil seperti ini tak mampu melakukan apa-apa, lebih cocok di jadikan sop kelinci.
Karena berpikir tentang masalah hidup dan mati, Lucy pun jadi teringat dengan kejadian beberapa waktu lalu, saat di mana Kode membunuhnya. Jelas sekali pria itu menusukkan sebilah pisau yang tepat mengenai jantung. Namun, ajaibnya ia terbangun lagi dalam wujud Kelinci dan masih sehat walafiat.
Lucy belum sempat menyusun spekulasi atas kejadian aneh tersebut karena dikagetkan oleh suara deritan pintu. Dari sana terlihat Kode masuk sambil menenteng sebuah tas. Ketika benda kotak itu dibuka matanya bisa menangkap berbagai macam senjata tajam, bahkan pistol pun juga ada di sana.
"Eh, ternyata Kelinciku tersayang sudah bangun. Apa tidurmu nyenyak?" celetuk Kode dengan suara mendayu-dayu.
Merasa ada di situasi berbahaya, Lucy segera mencari tempat untuk berlindung agar tidak tertangkap. Apesnya ia sudah terjebak di dalam kotak kecil dengan jeruji besi yang pintunya dikunci. Sebagai seekor Kelinci ia tak akan sanggup membuka kunci tersebut. Yang dapat dilakukan sekarang hanyalah pasrah saja.
"Kau bilang namamu Lucy, kan? Jika benar begitu maka aku akan memanggilmu Lucy," ujar Kode membuka kandang Kelinci untuk mengambil peliharaannya. "Lucy-ku ingin dibunuh dengan cara apa hari ini?"
"Bicara apa orang gila ini? Cepat lepaskan aku!" jerit Lucy yang tentu saja terdengar seperti cicitan Kelinci di telinga manusia biasa.
Walaupun demikian, tapi Kode dapat merasakan bila hewan kecil dalam genggamannya sedang mengumpat. Ia tambah yakin karena Kelinci tersebut terus memberontak. Selama perjalanan pulang dari rumah sakit pria itu telah memikirkan beberapa dugaan tentang perubahan abnormal Lucy.
Spekulasi pemikiran pertama Kode, mungkin saja gadis itu memang berasal dari dunia lain dan berubah jadi Kelinci akibat perbuatan iblis. Kedua, gadis itu berbohong karena tertangkap olehnya hingga mengarang cerita. Lalu ketiga, mungkin saja gadis itu adalah spesies langka atau siluman jadi-jadian yang belum teridentifikasi di dunia ini.
Apa pun dugaannya keputusan Kode tetaplah sama, Ia akan melakukan ekspresimen pada Lucy hingga menemukan dugaan yang benar. Jika ada rahasia dalam perubahan aneh gadis itu pasti informasinya bisa dijual. Apalagi saat ini pemerintah sedang gencarnya mencari cara untuk menambah populasi perempuan.
"Karena suasana hatiku sedang bagus maka aku akan baik sedikit padamu," ucap Kode mengambil sebuah pistol lalu menembakkannya tepat ke tubuh si Kelinci.
Seperti yang diduga, hewan tersebut berubah menjadi seorang manusia begitu wujud kelincinya mati. Untuk kedua kalinya Kode melihat Lucy dalam keadaan tela*njang bulat. Namun, persetan dengan bagaimana bentuk indah tubuh gadis itu, ia tak punya nafsu sama sekali terhadap Lucy meski ia Lucy sekarang dalam wujud gadis yang sangat cantik mempesona.
Yang Kode inginkan saat ini hanyalah bereksperimen. Oleh karena itu, dengan cepat ia menyiapkan kembali pistolnya untuk menembak kembali tubuh Lucy. "Mari kita lihat apa kau akan berubah jadi Kelinci lagi atau tidak setelah kubunuh," katanya menyeringai penasaran.
Akan tetapi, sebelum pelatuk pistol ditarik, Lucy sudah lebih dulu bergerak dengan menendang tulang kering Kode. Kemudian tempurung lututnya menumbuk kema*luan pria itu tanpa ampun. Begitu lawannya ambruk Lucy pun langsung berlari kencang dari ruangan.
"Bagaimana caraku kabur dari orang sinting itu?!" jerit Lucy meratapi kemalangannya yang harus terjebak bersama Kode.
Namun, alasan gadis itu menjerit dengan frustrasi adalah karena ia berlari tanpa pakaian da*lam, sehingga buah dad*anya memantul dengan bebas 'Boing-boing, plak plok plek- plak plok plek' begitulah sekiranya suara dada Lucy yang terdengar waw. Ketika menyadari hal tersebut Lucy langsung berhenti berlari dan mengambil jaket yang kebetulan ada di atas sofa.
Pada saat bersamaan Kode berhasil mengatasi rasa sakit di *********** lalu segera mengejar Lucy. Ia tersenyum lebar saat jarak di antara mereka hanya tinggal beberapa langkah saja. "Aku akan bersikap lembut kalau kau menyerah sekarang. Jangan bersikap kasar karena aku bisa lebih kasar, Lucy."
"Wah, kebetulan sekali aku suka dikasari," balas Lucy tersenyum sambil mengacungkan jari tengah.
Sejurus kemudian gadis itu mendorong sofa di dekatnya hingga menubruk Kode. Tak ingin membuang kesempatan bagus, ia pun buru-buru melangkahkan kakinya dari rumah mengerikan ini. Akan tetapi, yang ditemukannya di luar sana adalah hutan luas dengan pohon menjulang tinggi.
Meski takut terhadap kemungkinan adanya hewan liar di hutan, tapi Lucy memaksakan diri agar terus berlari. Gadis itu pikir hutan lebih baik ketimbang Kode yang tidak waras. Setidaknya jika dimakan hewan buas ia akan langsung mati dan kemungkinan akan menjadi kelinci kembali, berbeda dengan Kodee yang pasti terus melakukan hal aneh padanya.
"Ini semua gara-gara iblis itu! Beraninya dia menipu pemujanya sendiri," hardik Lucy memaki sang iblis sepanjang acara kaburnya.
Kalimat kasar baru berhenti keluar dari mulutnya saat melihat secercah cahaya dari kejauhan. Ini sudah malam dan cahaya tersebut memberi harapan baru untuk Lucy. Ketika berhasil mendekat ia menemukan fakta bahwa cahaya tadi berasal dari sebuah mobil, lalu ada jalan kecil juga di sekitar sana.
Lucy yakin pasti jalan kecil itu dapat membawanya ke jalan raya. Hanya saja ia kurang yakin terhadap pemilik kendaraan beroda empat tersebut. Bisa saja sopirnya adalah orang suruhan Kode. Namun, keraguan itu terpatahkan dengan keluarnya si pemilik mobil.
"A-Anda polisi, kan?" tanya Lucy terlampau senang sampai suaranya bergetar.
Gadis itu hafal betul bagaimana pakaian polisi dalam novel Harem Yukata Nari. Terima kasih pada penulis novel karena memberikan visual secara lengkap, sehingga Lucy mudah mengenali semua yang ada di sekitarnya. Tanpa melihat dari dekat pun ia yakin pemilik mobil tengah mengenakan seragam polisi.
"Syukurlah Anda ada di sini." Lucy kembali bicara dengan lega kemudian menghampiri polisi tadi. Ia segera melanjutkan, "Apa Anda bisa membantu saya? Di hutan ini ada seorang pembunuh berantai!"
"Astaga, ternyata Anda adalah salah satu korban dari pembunuh kejam itu ya! Saya datang ke sini memang untuk menyelidiki kasus tersebut," balas si polisi menunjukkan raut wajah terkejut.
Lucy yang merasa tingkat keselamatannya naik drastis sontak menangis terharu. Dalam hati ia menyesal telah meragukan polisi tadi hanya karena orang itu mengenakan masker. Sungguh tak disangka polisi berjenis kela*min laki-laki ini akan menjadi penyelamat baginya.
"Tuan polisi, tolong bantu saya keluar dari sini. Saya takut sekali," pinta Lucy enggan berlama-lama di hutan.
Polisi tadi hanya mengangguk dan menuntun Lucy agar masuk ke mobil. Mereka berbincang beberapa hal selagi kendaraan melaju. Semuanya tampak normal di mata Lucy hingga polisi tersebut menghentikan mobil di tengah jalan, tepatnya di jalan yang sepi.
Karena tak ingin berburuk sangka Lucy pun bertanya, "Apa mobilnya bermasalah? Saya harap tidak ada masalah."
"Tenang saja karena mobilnya tidak apa-apa," jawab si polisi tersenyum di balik maskernya, "saya hanya ingin mengangkat panggilan dari rekan saya. Dia juga bertugas di sekitar sini."
Lucy menghela napas lega dan membiarkan polisi keluar. Dari tempatnya duduk ia bisa melihat jika polisi itu benar-benar menelepon seseorang. Kini perasaannya agak tenang karena berpikir telah selamat. Tetapi, ia berubah panik saat melihat sebuah motor datang mendekat.
"K-kenapa orang gila itu ada di sini?" tanya Lucy begitu tahu jika yang mengendarai motor tadi adalah Kode.
Tanpa menunggu lama ia langsung keluar untuk meminta bantuan polisi. Untung saja orang yang hendak dimintainya pertolongan sudah selesai menelepon. "I-itu pembunuh yang saya maksud, Pak Polisi. Ayo kita pergi saja!"
"Kenapa kita harus pergi dari sini?" sahut si polisi membuka maskernya untuk memperlihatkan seringai lebar.
Detik itu juga Lucy sadar ia telah menggali kuburannya sendiri. Ternyata identitas asli polisi tadi adalah Leonidas Aides, saudara kandung Kode sekaligus mafia yang akan jadi suami pertama Yukata Nari dalam novel. Sepertinya Lucy memang tidak ditakdirkan untuk hidup tenang di Dunia Novel ini.
...****************...
...To Be Continue...
...Cerita ini bakal up tiap hari dgn syarat ada yg komen minimal 5 org. Soalnya kalo gitu saya merasa ada yg nungguin 😅...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments