"Jangan bergerak. Kalau kau memberontak aku akan membunuhmu secara perlahan, sampai kau memohon saat segera ku habisi," ancam Kode sambil memaksa tubuh Lucy agar berbalik.
Pria itu mengernyit karena penampakan Lucy di hadapannya tela*njang bulat sangat dekat. "Apa kau dikirim seseorang untuk memata-mataiku? Sebelumnya aku tidak tahu ada teknologi apa yang bisa mengubah manusia jadi Kelinci."
Tentu saja tidak tahu, Itu karena Lucy berubah menjadi Kelinci berkat bantuan iblis, bukan dari teknologi manusia. Saat mengingat perbuatan iblis kemarahan Lucy pun muncul. Ia merasa ditipu karena diubah jadi hewan.
Lebih sialnya lagi Lucy malah dihadapkan pada Kode, pembunuh gila dalam novel yang saat ini Kode menatapnya dengan tajam. Sorot dingin pria itu seolah memberi tahu bahwa dia tidak akan ragu untuk menghabisi nyawa seseorang meski wanita cantik sekalipun.
"Aku beri waktu lima detik. Jika kau hanya diam saja pisau ini akan menembus jantungmu," lanjut Kode masih mengancam.
Lucy sontak memikirkan kalimat yang harus digunakan sebagai penjelasan. Ia ragu Kode akan percaya bila dirinya membahas tentang iblis. Hanya saja pria itu terus menghitung sehingga menambah ketegangannya.
"Satu ... Dua ... Tiga ... Empat ... Lima. Waktumu habis, Aku akan menusukkan pisau ini sekarang."
Melihat pisau sudah berada di dadanya Lucy pun berteriak, "Jangan! Sebenarnya namaku Lucy, manusia dari Dunia lain. Aku bisa ada di sini karena perbuatan iblis. Dia mengubahku jadi Kelinci dan aku tidak tahu kenapa bisa ada di rumahmu!"
"Apa kau sedang melawak di hari kematianmu? Sayang sekali itu tidak lucu," balas Kode tertawa mengejek.
"Tidak. Aku tidak sedang melawak atau bercanda. Ini memang kenyataannya." Lucy menelan Saliva dengan sangat getir.
"Kau pikir aku akan percaya dengan ucapan tak masuk akal itu?" Kode menatap tajam mata Lucy.
"Memang benar penjelasanku sulit dimengerti, tapi aku berkata jujur." Lucy mengeluarkan air mata.
Kode menyipitkan mata dan menatap intens gadis di depannya. Ia tak merasakan kebohongan dalam suara gadis itu. Namun, dirinya tak peduli dan langsung menusukkan pisau tanpa ragu.
"Persetan dengan Dunia lain yang kau maksud itu. Mau kau jujur atau bohong pun aku akan tetap membunuhmu," ucap Kode tersenyum lebar saat melihat pisaunya tepat mengenai jantung Lucy.
Namun, sesuatu yang mencengangkan kembali terjadi, Lucy itu tiba-tiba berubah kembali menjadi Kelinci. Hal tersebut berhasil menarik perhatian Kode. Ia yang berniat melupakan peristiwa aneh hari ini langsung terpikir sebuah ide cemerlang.
Dengan cepat pria itu memasukkan Kelinci tadi ke dalam kotak kaca. Sambil bersiul senang ia pergi dari rumahnya menuju rumah sakit. Ketika mendaftar pada resepsionis Kode menunjukkan sebuah kartu berwarna emas.
"Ini adalah kartu istimewa, aku bisa bertemu Dokter Triton tanpa mengantri dulu," ungkap Kode membuat si resepsionis mengangguk paham.
"Saya akan mengantar Anda ke ruangan Dokter Triton."
Kode mengikuti dengan tenang dan menatap kelinci yang diam saja di dalam kotak. Tadi ia sudah memastikan jika hewan itu masih hidup. "Jangan mati dulu, Kelinciku tersayang. Aku harus melakukan sesuatu padamu," bisiknya tersenyum misterius.
"Ini adalah ruangan Dokter Triton. Kebetulan beliau baru datang dan belum menerima pasien. Anda boleh konsultasi pada beliau sekarang," kata resepsionis yang tadi mengantar.
"Ah iya, terima kasih atas bantuanmu," balas Kode menatap kepergian si resepsionis dalam diam.
Setelah itu ia pun masuk ke ruangan yang dimaksud, tampak seorang pria berpakaian serba putih di sana. Pria itu adalah Triton, dokter genius dan sangat terkenal di Ertik. Kode sudah berteman dengan Triton sejak kecil hingga mereka sangat akrab.
"Tumben kau datang ke sini," kata Triton agak terkejut melihat temannya yang jarang keluar rumah. "Kau sedang sakit? Duduk di sini, biar aku periksa keadaanmu."
Alih-alih menjawab Kode malah bertanya, "Apa aku boleh membunuh resepsionis di rumah sakit ini?"
"Jangan buat keributan di rumah sakit milik keluargaku, Kode ...! Ucap Dokter Triton.
"Yah, sayang sekali. Padahal dia memiliki tangan dan kaki yang cantik. Pasti itu akan bagus dijadikan koleksi di rumahku." Kode mengulas senyum miring.
Triton memijat pelipisnya yang tak sakit. Ia sungguh pusing jika dihadapkan pada sikap gila Kode. Selama ini temannya itu bekerja sebagai pembunuh bayaran demi memuaskan nafsu membunuhnya. Namun, di luar pekerjaan tersebut Kode kadang menghabisi nyawa orang lain secara acak.
"Aku harap kau tidak membuat ulah. Jangan membunuh siapa pun, kalau tertangkap pasti akan masalah," saran Triton menunjukkan kepeduliannya.
Namun, Kode malah mengangkat bahu tak peduli dan menyodorkan kotak kaca yang dari tadi dipegangnya. "Ini adalah Kelinci peliharaanku. Saat tadi ku bunuh dia tiba-tiba berubah jadi manusia, tepatnya seorang gadis yang tela*njang."
"Apa kata tela*njang juga harus disebut?" Dokter Triton bertanya.
Kode menjawab, "Iya, harus."
"Pulanglah ke rumahmu." seruan Dokter Triton.
Kode mengerutkan dahi bingung karena diusir tanpa alasan. Dengan nada tak terima ia pun mengajukan protes, "Kenapa aku malah diusir? Aku kan tidak jadi membunuh resepsionis itu, aku tak membuat keributan di sini."
"Bukan itu. Sepertinya kau sedang mabuk. Tak ada hewan yang bisa berubah jadi manusia. Pulang saja sekarang dan tidur agar kau cepat sadar," jelas Triton mengibaskan tangannya.
Kode mengeraskan nada bicaranya, "Aku tidak mabuk! ... Kelinci ini sungguh berubah jadi manusia."
"Dugaanku ternyata benar. Kau memang sedang mabuk." Dokter Triton menimpali.
"Sudah kubilang aku ini tidak mabuk," bantah Kode kesal. "Dengar, Kelinci ini mungkin bisa membantu masalah di Dunia kita."
"Masalah apa?" tanya Triton tak mengerti.
Kode beralih menatap Kelinci di kotak kaca lalu menjawab, "Masalah populasi perempuan. Kau harus meneliti Kelinci ini, mungkin nanti bisa dimanfaatkan untuk mengatasi masalah tersebut. kelinci ku benar-benar bisa berubah jadi seorang gadis!"
Dokter Triton tak peduli dan berkata, "Aku sangat sibuk dan tak punya waktu untuk meladeni imajinasi liarmu. Pergi sekarang atau aku suruh penjaga untuk mengusirmu."
Karena tak ingin diseret paksa Kode pun memutuskan untuk keluar sendiri. Ia membanting pintu ruangan Triton dan pulang dengan perasaan dongkol. Padahal dirinya sudah berniat baik, tapi dokter itu malah menganggapnya berkhayal dan mabuk.
"Baiklah, aku akan meneliti kelinci ini sendiri. Kalau berhasil pasti aku bisa mendapat banyak uang," gumam Kode ketika menyetir mobil.
Pria itu melirik kotak kaca yang disimpan di sampingnya dan telah dipakaikan sabuk pengaman. Ia menyunggingkan senyum miring lalu berujar, "Aku tidak tahu kenapa kau masih hidup. Jelas-jelas aku sudah membunuhmu dalam wujud manusia, tapi tak masalah. Kau memang harus hidup agar bisa diteliti."
...****************...
...to be continue...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments