"Aku mau kita pisah, aku udah gak sanggup hidup sama kamu lagi." ucap Luna membuat Arkan berdiri menatap nya.
"Aku udah bilang sama kamu, kalau aku gak mau pisah sama kamu. Sampai kapan pun aku gak akan cerai kan kamu." jawab Arkan emosi
"Aku capek sama hubungan ini Mas, aku gak bisa seperti ini terus. Kamu tau setiap malam aku kesepian, kamu enak sama Windy jalan terus tiap hari, aku sama Lula kesepian di rumah ini. Kamu enggak pernah lagi ajak kita jalan, kamu juga gak pernah nanyain kabar aku. Kamu cuma kirimin aku uang tiap bulan hanya itu Mas. Kamu pikir dengan uang aku dan Lula bisa bahagia, enggak Mas. Kami kesepian kami butuh kamu ada di sini. Kalau kamu tidak mau pisah sama aku setidaknya kamu berlaku adil sama aku." ucap Luna dengan tangis pecah.
"Aku harus gimana di sisi lain Windy juga membutuh kan aku." jawab Arkan dengan nada emosi
"Kalau kamu tidak bisa berlaku adil, kenapa kamu menikah lagi Mas. Apa aku gak cukup buat kamu? Aku Mas yang menemani kamu dari nol sampai kamu seperti ini, tapi sekarang kamu melupakan aku dan memilih pelakor itu di banding aku. Aku capek seperti ini terus, aku akan segera urus surat perceraian kita dan hak asuh Lula." jawab Luna dengan tangis yang semakin pecah kemudian ia pergi meninggalkan Arkan.
Saat Luna tiba di kamar, perlahan ia menutup pintu. Dan bersandar di balik daun pintu. Dada nya terasa sesak sekuat apa pun ia mencoba untuk berusaha kuat pada akhirnya ia pun tumbang.
Setelah puas menangis Luna beranjak dari duduk nya dan naik ke atas ranjang dan ia pun tidur.
Keesokan pagi nya
Luna beranjak dari kasur nya dan pergi ke kamar mandi setelah itu dia keluar dan pergi ke kamar Lula. Di buka nya pintu dengan perlahan lalu ia masuk ke dalam, namun apa yang ia lihat Lula tidak ada di sana. Luna mencoba mencari ke kamar mandi namun Lula juga tidak ada di sana. Namun saat Luna ingin keluar dari kamar Lula, langkah nya terhenti karena melihat secarik kertas diatas meja Lula. Luna berjalan ke arah meja dan mengambil kertas tersebut.
Luna membuka nya dan di baca nya dalam hati.
Untuk Mama dan Papa
Maafin Lula ya Ma, Lula udah buat Mama sama Papa bertengkar. Mama gak usah khawatir Lula baik-baik aja. Mama gak usah cari-cari Lula, Lula pergi dari rumah. Buat Papa jagain Mama ya jangan bikin Mama sedih lagi.
Lula
Luna menangis setelah membaca surat dari Lula. Ia bergegas keluar sambil membawa surat tersebut dan menemui Arkan yang berada di ruang TV.
"Mas.... Mas.... " teriak Luna dengan panik
"Ada apa sih pagi-pagi udah berisik?" tanya Arkan
"Lula Mas, Lula pergi dari rumah." jawab Luna dengan wajah panik
"Pergi? bukan nya Lula ada di kamar nya?" tanya Arkan lagi
"Enggak Lula tidak ada di rumah, dia pergi dari rumah. Ini coba deh kamu baca." jawab Luna lalu memberi surat yang di tulis Lula.
Dengan seksama Arkan membaca surat tersebut. Apa yang di kata kan Luna benar Lula pergi dari rumah.
"Ini semua salah kamu, Lula pergi gara-gara kamu." ucap Arkan dengan menatap Luna emosi.
"Kenapa aku yang di salahin sih, Lula pergi gara-gara kamu. Gara-gara kamu lebih memilih pelakor itu di banding Lula." jawab Luna kemudian ia pergi keluar mencari Lula karena ia yakin Lula belum pergi jauh.
Luna mencari Lula ke depan rumah mereka, namun Lula tidak ada, karena khawatir dengan keadaan Lula, Luna mencari menggunakan mobil ke sekeliling komplek rumah nya.
...----------------...
"Mama Maafin Lula, Lula pergi dari rumah." ucap Lula sambil berjalan ke arah seberang jalan.
Tiba-tiba saat Lula menyebrang jalan sebuah mobil melaju dengan cepat dan Lula pun tertabrak mobil tersebut. Namun yang menabrak pergi begitu saja meninggalkan Lula yang terbaring di pinggir jalan. Tak berapa lama orang-orang mulai berdatangan dan menolong Lula.
Di saat itu juga Luna lewat ia memberhentikan mobil nya lalu turun dan berjalan ke arah orang-orang ramai tersebut. Dan betapa kaget nya Luna melihat Lula sudah terbaring dengan kening nya yang sudah bersimbuh darah.
"Lula?" ucap Luna kaget
"Pak, tolong saya, ini anak saya tolong bawa ke mobil saya." pinta Luna pada seseorang Bapak yang ada di samping nya dan Bapak tersebut menggendong Lula dan membawa nya ke mobil.
"Makasih Pak." ucap Luna pada Bapak yang membawa Lula ke mobil nya.
"Sama-sama Mbak." jawab Bapak tersebut
Luna segera melaju kan mobil nya menuju ke arah rumah sakit. Ia menyetir dengan cepat, ia sungguh khawatir dengan keadaan Lula apa lagi darah tak berhenti keluar dari kening Lula.
"Sayang, kamu yang kuat ya. Kamu harus bertahan demi Mama." ucap Luna sembari fokus menyetir mobil
Tak lama mereka pun sampai di rumah sakit. Luna segera turun dari mobil dengan segera ia membuka pintu mobil belakang dan menggendong Lula masuk ke dalam rumah sakit.
"Suster, tolong anak saya." ucap Luna panik
"Iya Buk, kami akan memeriksa anak Ibu. Ibu gak usah khawatir." jawab Suster kemudian membawa Lula masuk ke dalam ruang pemeriksaan.
"Iya Sus, tolong selamatkan anak saya." jawab luna dengan wajah khawatir.
Sementara Lula lagi di periksa di dalam, Luna menelpon Arkan, bagaimana pun Arkan harus tau tentang Lula. Walaupun sebenarnya Luna masih sakit hati dengan Arkan.
Tak berapa lama kemudian Arkan datang tapi ia tidak sendiri ia bersama Windy.
"Puas kamu udah bikin Lula seperti ini. Puas kamu udah bikin keluarga saya hancur. Dasar pelakor kamu. Pergi kamu dari sini, saya gak mau kamu ada di sini." ucap Luna emosi
"Mas, lihat itu istri kamu ngatain aku. Kamu kok diam aja sih dia bicara seperti itu sama aku?" protes Windy karena dari tadi Arkan hanya diam.
"Aku lagi pusing, Lula masih belum sadar bisa gak sih kalian diam." bentak Arkan pada kedua istri nya.
"Kalau kamu suruh aku diam kamu usir pelakor ini, aku gak mau lihat dia ada di sini." jawab Luna dengan emosi
"Win, sebaiknya kamu pulang aja dulu. Ini rumah sakit, aku gak mau ada pertengkaran di sini. Kamu pulang aja dulu nanti aku nyusul."
"Iya aku pulang. Tapi kamu janji ya sama aku, nanti kamu pulang." jawab Windy dengan wajah terpaksa. Sebenarnya dia tidak mau pulang karena dia tidak mau Arkan berduaan dengan Luna.
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments