Setelah berpikir panjang Luna memberanikan diri untuk berbicara perihal rumah dan Windy yang tinggal serumah dengan nya.
"Mas, bisa kita bicara sebentar ada hal penting yang aku mau bicarakan sama kamu." ucap Luna
Arkan yang lagi duduk bersama Windy menatap ke arah Luna. Begitu juga Windy.
"Ada apa, kalau kamu mau bicara, bicara kan saja disini." jawab Arkan
Luna menghela nafas nya pelan ia kemudian duduk menghadap Arkan.
"Ini soal rumah, rumah ini kan atas nama aku jadi, aku mau Windy pergi dari rumah ini." ucap Luna membuat Arkan kaget begitu juga dengan Windy.
"Maksudnya Mbak ngusir aku?" tanya Windy emosi
"Maksud kamu apa bicara seperti itu. Windy itu istri aku jadi dia berhak tinggal di rumah ini." jawab Arkan emosi
"Kamu kan tau rumah ini atas nama aku. Jadi aku yang berhak siapa saja yang boleh tinggal di rumah ini." jawab Luna membuat Windy semakin emosi di buat nya.
Arkan hanya diam, apa yang di katakan Luna ada benar nya juga. Rumah ini atas nama Luna jadi Luna yang berhak siapa saja yang tinggal di rumah ini.
''Ok! Kalau itu mau kamu. Windy akan pergi dari rumah ini." jawab Arkan membuat Luna bernafas lega karena ia tak lagi melihat kemesraan Arkan bersama Windy. Tapi tidak dengan Windy ia tak terima Luna mengusir nya dari rumah ini.
"Gak bisa gitu dong Mas, aku ini juga istri kamu seenaknya aja kamu ngusir aku. Aku gak mau pergi dari rumah ini." ucap Windy dengan wajah cemberut.
"Sayang, udah dong jangan cemberut gitu, kamu gak usah khawatir aku akan beli kan rumah yang lebih bagus dari ini untuk kamu." bujuk Arkan membuat Windy tersenyum bahagia mendengar nya.
"Kamu beneran Mas?" tanya Windy antusias
"Iya!" jawab Arkan dan Windy langsung memeluk Arkan dan menghunjam kan beberapa ciuman di pipi Arkan.
Luna yang melihat Windy memeluk Arkan segera pergi ia tidak bisa berlama-lama di sana. Hati nya sangat sakit, apalagi saat suaminya tersenyum bahagia. Sementara dengan nya mereka bertengkar terus.
...----------------...
Setelah Windy tidak lagi tinggal di rumah ini, rumah jadi terasa sepi apa lagi saat Ini Arkan juga ikut tinggal bersama Windy di rumah baru mereka. Arkan hanya ke sini saat ia ingin bertemu Lula saja. Arkan juga jarang tidur di rumah Luna walaupun Luna masih sah menjadi istri nya.
"Sayang, malam ini aku nginap di rumah Luna ya, kasian dia kesepian. Kamu gak apa-apa kan sendiri di rumah?" tanya Arkan
"Iya, tapi besok kamu pulang kan?" tanya Windy dengan wajah cemberut sebenarnya ia tak mengizinkan Arkan tidur di rumah Luna istri pertama nya. Tapi karena ia tak mau bertengkar sama Arkan jadi dia mengizinkan Arkan tidur di rumah Luna.
"Makasih ya sayang, aku berangkat kamu hati-hati di rumah." ucap Arkan kemudian mencium kening Windy sekilas lalu pergi ke rumah Luna.
...----------------...
"Papa?" panggil Lula dengan berlari ke arah Papa nya.
"Papa kok jarang ke sini, Lula kangen tau sama Papa." ucap Lula dengan wajah cemberut.
"Maafin Papa ya, Papa lagi sibuk kerja maka nya Papa jarang ke sini. Oh iya Mama mana kok Papa gak lihat?" jawab Arkan dan bertanya kepada Lula kemana Luna.
"Mama lagi di kamar. Oh iya Papa nginap di sini kan?" tanya Lula
"Iya, ya udah Lula ke kamar dulu. Papa mau ketemu sama Mama dulu."
"Iya Pa." jawab Lula kemudian ia pergi masuk ke kamar nya. Dan Arkan pergi ke kamar Luna.
Luna yang sudah tau Arkan akan masuk ke kamar mereka, memilih duduk di ranjang memainkan handphone nya.
"Luna aku ini suami kamu, kamu yang sopan dikit dong sama aku. Jangan main handphone terus, kamu gak lihat apa aku ada di sini." ucap Arkan karena Luna mengabaikan nya.
Luna meletakkan handphone nya di atas nakas dan duduk di tepi ranjang.
"Maksud kamu apa aku mengabaikan kamu, bukan nya kamu ya yang mengabaikan aku. Selama ini kamu kemana aja, kamu memilih si pelakor itu di banding aku dan Lula. Kamu tau Mas, di sini kami kesepian. Kamu ingat kan aku ini masih sah istri kamu. Jadi tolong berlaku adil, kalau kamu tidak bisa tinggal kan aku biarkan aku cari kebahagiaan aku sendiri." jawab Luna membuat Arkan terdiam beberapa menit.
"Oh, udah berani ya kamu melawan aku. Aku tidak akan pernah menceraikan kamu, karena aku masih mencintai kamu." ucap Arkan
"Egois kamu Mas, kamu lebih mementingkan kebahagiaan kamu di banding kebahagiaan aku dan Lula. Aku benci sama kamu Mas!" ucap Luna dengan air mata yang terus mengalir membasahi pipi nya dan kemudian ia keluar dari kamar meninggalkan Arkan yang masih terdiam karena ucapan nya.
Melihat Luna keluar dari kamar mereka Arkan pergi menyusul.
...----------------...
Di saat Arkan tidak di rumah, Windy ternyata sering mengajak Erwin ke rumah. Mereka sering menghabiskan waktu bersama. Erwin itu adalah mantan pacar Windy dulu mereka sempat pacaran lama, tapi setelah Erwin kuliah mereka putus dan kemarin mereka sempat bertemu lagi dan benih-benih cinta itu muncul lagi. Dan akhirnya mereka menjalin hubungan secara diam-diam.
''Emang suami kamu gak marah aku ada di sini?" tanya Erwin yang lagi fokus menonton bola di TV.
"Kalau Mas Arkan tau dia bakalan marah, tapi kan ini Mas Arkan tidak tau jadi tidak ada yang berani marah sama kita." jawab Windy
"Iya juga ya suami kamu kan tidak ada di rumah. Oh iya sebentar lagi aku pulang deh takut nya suami kamu pulang lagi."
"Suami aku gak akan pulang karena malam ini dia akan tidur di rumah istri pertama nya." jelas Windy membuat Erwin tersenyum bahagia karena ia bisa lebih lama berduaan dengan Windy.
...----------------...
"Mas, sakit tangan aku. Kamu kok kasar gitu sih sama aku." ucap Luna dengan berusaha melepas kan tangan nya dari cengkraman Arkan.
"Enggak! aku enggak akan lepas kan tangan kamu, aku gak izin kan kamu pergi bawa Lula dari rumah ini." jawab Arkan dengan tangan nya masih mencengkram tangan Luna.
Sementara itu Lula yang ada di kamar nya menangis, ia ketakutan melihat orang tuanya bertengkar.
Hiks hiks hiks
"Papa jahat Lula benci Papa!" ucap Lula di dalam kamar nya membuat Arkan langsung melepas kan tangan Luna dan masuk ke kamar Lula.
"Papa jahat, Papa gak sayang sama Mama dan Lula." ucap Lula lagi membuat Arkan geram dengan ucapan Lula.
"Stop Lula. Papa gak mau lagi kamu ngomong seperti itu. Papa gak pernah ya ngajarin kamu ngomong seperti itu." bentak Arkan membuat Lula takut di buat nya hingga ia bersembunyi di belakang Luna.
"Mas, bisa gak sih kamu ngomong nya pelan-pelan aja, kasian Lula dia jadi takut sama kamu. Lula itu masih kecil dia gak tau apa-apa. Dia hanya butuh Papa nya, hanya itu Mas yang Lula mau. Jadi tolong ngomong baik-baik sama Lula kalau kamu terus bentak dia, dia jadi semakin takut sama kamu." ucap Luna emosi
Arkan mengabaikan ucapan Luna ia langsung keluar dari kamar Lula. Sementara Lula masih di belakang Luna, ia masih ketakutan dengan Arkan.
"Lula sayang udah gak usah takut lagi, kan ada Mama di sini." bujuk Luna dan Lula menurut dan langsung memeluk Luna.
"Lula takut Ma, sama Papa. Papa kok bentak Lula sih, emang Lula salah apa?" tanya Lula kemudian ia melepaskan pelukan nya dan menatap Luna di depan nya.
"Lula jangan takut lagi kan ada Mama, Mama yang akan jaga Lula. Soal Papa nanti biar Mama yang bicara sama Papa biar Papa tidak bentak Lula lagi." jelas Luna dan Lula mengangguk mengerti.
"Sekarang Luna tidur ya, Mama mau bicara dulu sama Papa."
"Iya Ma." jawab Lula dan Luna pun keluar dari kamar Lula.
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments