Malam pengantin yang harusnya bahagia, tidur berdua di satu ranjang yang sama. Eh, malah hancur berantakan dengan Abian yang berdiam diri di dalam kamar mandi dengan air shower yang terus menyala.
Sementara Putri, dia hanya bisa berdiam diri di atas sofa karena tidak ingin merusak ranjang yang sudah dihiasi kelopak bunga itu sendirian. Karena lelah, Putri pun akhirnya terlelap di atas sofa tersebut.
Suara adzan tiba-tiba terdengar sayup-sayup, memaksa Putri untuk membuka matanya yang masih terasa cukup berat. Saat mata sudah terbuka, dia sedikit kaget ketika mendapati dirinya yang sedang tidur di atas ranjang.
Karena yang dia ingat, dia sedang tidur di atas sofa, bukan ranjang. Lalu, Putri pun menoleh ke arah sofa untuk memastikan kalau dia memang tidak sedang bermimpi.
Yah, dia memang tidak sedang bermimpi, karena yang ada di atas sofa sekarang adalah Abian. Abian yang sedang meringkuk tanpa selimut itu terlihat sangat kedinginan. Cukup membuat rasa dalam Putri tergetar dengan keadaan itu. Dia pun langsung bangun dari baringnya, lalu menghampiri Abian. Tentunya, dengan membawa selimut untuk Abian.
Ingin membangunkan Abian untuk diajak sholat bersama, tapi Putri merasa tak sampai hati. Karena dia tidak tahu, kapan Abian tidur tadi malam. Jika dilihat dari rambutnya yang masih basah, dapat Putri simpulkan, kalau Abian mungkin baru saja tidur beberapa menit yang lalu.
Akhirnya, Putri memutuskan untuk sholat sendirian. Lalu kemudian, dia ingin keluar kamar, tapi saat itu dia ingat, kalau sekarang, dia tidak sedang ada di rumah, melainkan, di hotel karena acara resepsi kemarin malam.
Tidak punya pilihan lain, Putri memilih menyibukkan diri dengan gawai yang dia miliki. Baru juga membaca beberapa bab novel dari penulis yang dia sukai, hari mulai terlihat terang. Dan Abian yang juga tidak biasa bangun kesiangan itupun ikut terbangun. Walaupun pun tadi malam dia sama sekali tidak bisa tidur.
"Mas Bian. Kok bangun?"
"Lah kamu ingin aku tidur sampai jam berapa, hm? Ini sudah pagi. Tentu saja aku bangun."
"Ya bukannya gitu, Mas. Aku pikir, kamu gak bisa tidur tadi malam, kan? Jadi, bangunnya agak kesiangan dikit gitu. Gak papa lho."
"Sudah pagi. Ini bukan rumah aku, jadi untuk apa aku tetap diam di sini. Cepat beres-beres, aku ingin segera pulang sekarang juga. Cukup risih aku berada di sini. Sumpek."
"Tapi ... mama papa gimana?"
"Biarkan saja mereka jika tidak ingin pulang bersama. Dan kamu juga, jika tidak ingin pulang bersamaku, maka kamu juga bisa tinggal di sini."
Terdiam sesaat sambil menatap laki-laki yang sedang sibuk membereskan pakaian basah bekas pakai tadi malam, Putri kembali dikagetkan dengan suara dari laki-laki itu.
"Kenapa masih diam? Jika kau diam lagi, maka aku anggap, kau tidak ingin pulang bersamaku."
"Eh, tidak-tidak. Aku ingin pulang. Pulang bersama mas Abian sekarang juga. Tapi ... aku ingin tahu, kita pulang ke mana sekarang. Ke rumah orang tuamu, atau rumah orang tuaku?" Putri bertanya dengan nada polos.
Abian yang sibuk dengan berberes itu langsung diam. Lalu kemudian, dia menoleh ke arah Putri yang ada di belakangnya.
"Kita pulang ke rumah aku."
"Rumah kamu? Apa boleh aku pulang ke rumah kamu, Mas?"
"Kenapa tidak boleh? Apa masalahnya? Mm ... tapi itu terserah kamu. Jika tidak ingin pulang, maka aku tidak akan memaksa. Kamu bisa tinggal di rumah orang tuamu. Aku juga tidak akan ke beratan."
"Aku ikut kamu pulang. Bukankah aku istrimu sekarang?"
"Iya, kau istriku. Tapi maaf, aku butuh waktu buat terima kamu sebagai istriku, Putri. Apa kamu tidak keberatan dengan hal itu?"
"Aku tidak keberatan, Mas. Karena sejak awal, aku tahu kalau pernikahan ini karena terpaksa. Tapi, itu tidak buat aku sebenarnya. Karena aku menerima pernikahan ini dengan sepenuh hatiku."
Sontak saja, kata-kata Putri barusan membuat Abian lagi-lagi terdiam. Dia sungguh tak habis pikir dengan apa yang baru saja dia dengar. Kenapa? Apa sebabnya? Kok bisa? Gadis secantik Putri ini malah mau menerima perjodohan dengan suka rela. Ada apa di balik semua ini.
Setidaknya, itulah yang ada dalam pikiran Abian sekarang. Gangguan pikiran dengan banyaknya pertanyaan itu sampai-sampai membuat dia yang awalnya sibuk dengan pekerjaannya, kini malah bangun untuk menghampiri Putri yang sedang berada di belakangnya.
"Apakah aku tidak salah dengar barusan, Putri? Kamu menerima perjodohan ini dengan suka rela? Yang benar saja. Apakah ada hal lain yang tersembunyi dari balik kata itu?"
Putri tersenyum.
"Tidak ada tujuan tersembunyi, Mas. Alasannya hanya satu. Aku .... "
Kata-kata itu harus tertahan karena seseorang tiba-tiba saja mengetuk pintu kamar mereka. Alhasil, perhatian keduanya teralihkan dengan bunyi ketukan tersebut.
Abian ingin beranjak menuju pintu, tapi Putri lebih cepat bergerak dari padanya.
"Biar aku saja, Mas. Kamu lanjutkan beres-beres kamu yang tadi tertunda."
Bukannya bergerak mengikuti apa yang Putri katakan, Abian malah terdiam sambil menatap punggung Putri yang berjalan menuju pintu dengan seksama.
'Gadis seperti apa Putri ini sebenarnya. Kenapa hatiku tidak bisa marah dengan dia? Benar-benar bikin aku kesal pada diriku sendiri sekarang.'
_____
Akhirnya, Putri tiba juga di rumah Abian. Rumah baru yang akan menjadi tempat tinggal yang baru buat Putri sekarang.
Rumah itu terlihat cukup mewah dengan dua lantai dan satu taman. Halaman rumah yang terbilang sangat luas, ada kolam lagi di sampingnya. Untuk sesaat, Putri terdiam karena mengangumi rumah yang termasuk indah nan asri itu.
"Ini rumah kamu, Mas?" tanya Putri sambil menyeimbangkan langkah besar Abian yang berjalan sedikit cepat dari pada Putri.
"Iya. Ini rumah aku. Emangnya, kamu pikir, ini rumah siapa? Rumah tetangga?"
"Ketus amat, Mas."
"Pertanyaan mu itu yang bikin orang kesal. Sudah tau ini rumah aku, eh ... malah nanya lagi. Kan pertanyaan yang mancing emosi itu namanya."
Bukannya merasa kesal dengan jawaban Abian barusan, Putri malahan tersenyum menyeringai penuh dengan rasa bahagia. Hal itu bikin hati Abian jadi agak bingung sekarang.
"Kenapa malah senyum? Adakah yang lucu dari apa yang aku katakan barusan?"
"Tentunya ada dong. Kalo nggak, mana mungkin aku bisa senyum."
"Terserah kamu. Mau mikir ada yang lucu atau tidak, itu urusan kamu. Yang jelas, kamu barusan bikin aku merasa jengkel tahu gak?"
Selesai berucap, Abian langsung beranjak melangkah kembali menuju pintu.
"Kenapa harus jengkel sih, Mas? Orang aku gak bikin kesalahan. Cuma tersenyum aja apa salahnya. Lagian, kamu itu jadi laki-laki jangan terlalu ketus amat. Nanti gantengnya hilang," ucap Putri dengan nada menggoda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
MochoLatTe
ada cinta di hatinya untukmu bian
2022-08-19
2
MochoLatTe
lembut sedikin lah bian walau tk cinta dya istrimu sekrg
setidaknya hargai perasaannya dan hormati statusnya sbg istrimu
2022-08-19
3