Putri tersenyum menyeringai. Dia rangkul pinggang mamanya dengan penuh kasih sayang.
"Ayo sayangku, kita masuk sekarang juga!" Dia bicara dengan logat papanya.
Hal itu membuat si mama semakin merasa gemes akan tingkah anak kesayangannya.
Dia langsung mencubit besar pipi anaknya dengan cubitan penuh dengan kasih sayang.
"Anak nakal kamu ya. Mama aduin papa kamu baru tahu rasa."
Mereka terus bercanda sambil berjalan masuk ke dalam rumah. Sampai ke ruang tamu, mereka berhenti di sana. Lalu, menghempaskan bokong masing-masing pada kursi sofa yang ada di ruangan tersebut.
"Mm ... mama mau bicara soal apa sih, Ma? Kok kayak penting banget."
"Soal kamu dan masa depanmu, Put. Mama gak ingin anak mama salah langkah, Sayang. Coba deh kamu pikirkan lagi apa yang mama katakan sebelumnya pada kamu kemarin. Ingat aja dua poin penting ini jika kamu ingin mempertimbangkan semuanya. Yang pertama, Abian itu sudah duda, Nak. Dia sudah jadi bekas orang. Ya walaupun umurnya masih dua puluh lima tahun sekarang. Berjarak hanya dua tahu dari kamu. Tapi, mama gak suka kamu yang cantik ini, malah dapat bekas orang, sayang."
"Ma ... kita sudah bahas soal ini kemarin, bukan? Aku gak masalah kok kalau mas Abian itu duda. Selagi dia gak punya istri, juga istrinya gak akan kembali lagi bukan? Jadi, aku gak akan permasalahkan soal itu, mama."
"Ya ampun, Put. Mama gak tahu lagi harus ngomong apa kalo kamu masih kekeh seperti ini. Ingat lagi dengan poin yang kedua, Put. Dia gak cinta sama kamu. Mama gak suka kamu menikah dengan laki-laki yang tidak mencintai kamu, Nak. Mama gak mau hidup anak mama jadi sengsara. Kamu paham kan bagaimana perasaan mama padamu sekarang?"
"Mama. Putri sangat mengerti dengan apa yang mama rasakan terhadap Putri. Tapi, Putri ingin mencoba hidup dengan seseorang yang Putri cintai. Putri yakin kok, Ma. Kalau Putri bisa bikin mas Abian jatuh cinta."
Tias terdiam karena jawaban yang baru saja anaknya ucapkan. Seperti yang sudah dia bayangkan sebelumnya, Putri pasti akan menolak nasehatnya lagi.
Tias melepas napas berat dan kasar.
"Huh ... ya sudah kalo itu yang kamu katakan. Mama tidak tahu lagi harus bilang apa padamu. Tapi, ingat satu hal, Putri. Pernikahan ini bukan karena ada unsur bisnis. Melainkan, karena kamu ingin, karena kamu cinta pada laki-laki itu."
"Putri tahu, mama sayang. Putri tahu betul kalau kedua orang tua Putri tidak akan membiarkan Putri menikah hanya karena untuk mempertahankan perusahaan. Karena kalian, pasti akan mementingkan perasaan juga kebahagiaan Putri dibandingkan harta."
"Udah ya. Jangan bahas soal ini lagi. Putri yang pilih ini sendiri, mama sama papa tidak perlu cemas. Putri tahu mana yang Putri inginkan."
Selesai berucap, Putri langsung memeluk tubuh mamanya. "Jadi ... mama hanya perlu merestui dan selalu mendoakan Putri saja ya, Ma. Tidak perlu ada kata cemas lagi, oke."
"Itu pasti anak manjaku. Doa mama selalu menyertai kamu. Ingat, jangan pernah menyimpan masalah sendirian," ucap sang mama sambil membelai rambut anaknya.
Putri tidak menjawab. Dia hanya mengangguk sebagai tanda dia setuju dengan apa yang mamanya katakan.
_____
Satu minggu kemudian, pernikahan antara Putri Dewi Respati dengan Abian Hutama Sudirya pun akhirnya di gelar. Dua pewaris satu perusaan itu mengadakan pesta pernikahan yang tergolong sangat megah.
Acara pernikahan itu di adakan di hotel berbintang dengan tamu undangan yang cukup ramai. Satu hotel berbintang yang paling terkenal dan paling besar di kota tersebut, di booking habis oleh kedua keluarga sebagai tempat perayaan pernikahan anak mereka.
Para tamu undangan yang datang juga terlihat cukup elit. Mereka datang dari para orang kaya kelas atas dan kelas menengah. Semua itu adalah orang-orang terkenal juga rekan-rekan bisnis kedua keluarga.
Putri yang terlihat bak ratu kerajaan itu di puji habis-habisan oleh para tamu undangan. Tapi, ada sebagai dari mereka menyayangkan pernikahan itu. Karena mereka menganggap, kalau Putri yang cantik itu tidak sebanding dengan Abian yang terlihat sudah sangat dewasa dengan jengot dan kumis tebal yang menutupi wajah.
Tapi, ada juga yang mengatakan kalau Abian masih terlihat tampan dengan tampilan itu. Meski itu hanya beberapa dari tamu undangan saja yang mau mengatakan hal itu. Entah karena terpaksa, atau memang muncul dari hati. Yang jelas, ucapan itu sama sekali tidak ada artinya bagi sebagian orang yang tidak suka melihat Abian dengan tampang seperti itu.
Pas jam dua belas malam, resepsi pernikahan itu pun akhirnya usai. Mereka yang terhormat, ada yang menginap di hotel itu, dan ada juga yang pulang.
Sementara kedua keluarga, jelas saja masih tinggal di hotel tersebut. Kamar pengantin yang di dekor sedemikian rupa itupun dihimpit oleh kedua kamar orang tua mereka. Hal itu bertujuan agar bisa mengawasi kedua pengantin baru yang mungkin akan melakukan hubungan spesial di malam pertama mereka.
Tapi sayang. Harapan itu sebenarnya hanyalah sebuah harapan saja. Karena harapan itu tidak akan pernah jadi nyata.
"Mas Bian? Kamu kenapa?" Putri bertanya sambil ingin mendekat ke arah Abian yang sekarang sudah sah menjadi suaminya.
"Jangan mendekat, Putri!"
Abian sontak langsung menahan langkah Putri dengan nada tinggi. Hal itu membuat Putri sedikit kaget sebenarnya. Namun, dia segera bisa menguasai diri. Karena sekarang, Abian sepertinya sedang berusaha menahan sesuatu yang entah apa. Putri sungguh tidak memahami hal itu.
"Kenapa, Mas? Apa yang terjadi sebenarnya? Apa yang sedang kamu rasakan?"
"Panas, Putri. Panas. Tolong jangan mendekat, karena aku tidak ingin mengorbankan kamu sekarang."
"Apa maksud kamu, Mas Abian? Apa yang akan di korbankan? Aku sungguh sangat tidak mengerti dengan apa yang kamu katakan."
"Aku baru saja meminum obat perangsang yang papa berikan. Kau tahu bagaimana bahaya itu bukan? Jadi tolong menjauh lah dari aku. Aku sungguh tidak ingin mengorbankan kamu."
Putri tertegun mendengarkan penuturan itu. Bahaya? Mengorbankan? Dua kata itu berusaha dia cerna sebaik mungkin agar tidak salah mengartikan ucapan dari suaminya.
Namun, pada kenyataannya, dua kata itu masih saja tetap membuat hatinya merasa teriris yang mengakibatkan rasa perih. Perih yang sangat-sangat perih. Bukankah seharusnya, dia dan Abian memang melakukan hubungan luar biasa itu? Tapi ... Abian mengatakan itu bahaya.
Namun, Putri kembali memikirkan ulang ucapan Abian. 'Mungkin, Mas Abian memang tidak ingin menjadikan aku sebagai pelampiasan saja. Maka dari itu, dia tidak ingin melakukan hal itu karena sekarang, dia sedang berada dalam pengaruh obat.'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Akun Vivo
jenggot dan kumis ,kok egk d cukur kn hari pernikahan 💒 nampak tua dong
2022-12-13
0
Erna Fadhilah
malang bener nasib kamu putri
2022-10-04
0