*Episode #3

"Eh, aku rasa, mbak itu mau menikah dengan laki-laki yang tidak sepadan dengan wajah cantiknya pasti karena uang, kan? Laki-laki itu banyak uang, makanya dia mau menikah."

Ingin melabrak. Tapi tangannya segera tertahan saat ingin melangkah. Putri yang kesal, langsung menoleh ke arah samping di mana seseorang sedang menahan tangannya.

"Mas, Abian."

"Ayo pulang! Jangan bikin masalah lagi di sini. Aku sudah capek mendengar ucapan-ucapan yang tidak enak yang diucapkan oleh semua orang. Dan, ada yang ingin aku bicarakan dengan kamu. Bisa ikut mobil aku aja, kan?"

"Mm ... ya sudah. Kebetulan, mobil aku sedang di perbaiki oleh pak sopir ke bengkel. Jadi, aku bisa."

Tanpa berucap lagi, Abian langsung melepaskan tangan Putri. Lalu kemudian, langsung beranjak duluan berjalan cepat meninggalkan Putri yang masih diam kebingungan.

Sampai ke mobil, Abian sudah duduk di depan kemudian. Tanpa membukakan pintu buat Putri, juga tidak mempersilahkan Putri masuk terlebih dahulu. Abian langsung saja menghidupkan mesin mobil, hal itu langsung membuat Putri masuk dengan cepat.

"Mau bicara apa, Mas?" tanya Putri tak sabar lagi untuk menunggu setelah mereka diam lebih dari lima menit.

"Aku ingin tahu, apakah kamu masih bersedia melanjutkan pernikahan ini atau tidak?"

Putri tidak langsung menjawab. Dia menoleh ke samping untuk melihat wajah kusut Abian yang sedang fokus dengan jalan yang sedang mereka lewati.

"Tentu saja aku bersedia melanjutkan pernikahan kita, Mas Abian."

Ciiit ....

Abian yang kaget dengan jawaban itu langsung menginjak rem dengan kuat. Sangking kuatnya, mereka harus menabrak kepala mereka ke depan mobil.

"Aduh ... mas Abian ini kenapa sih? Kok malah ngerem mendadak. Sakit tahu," ucap Putri sambil menggosok-gosok jidatnya.

"Kau masih bersedia menikah dengan aku setelah apa yang baru saja kita lewati barusan, Putri? Apa kau tidak punya pikiran, ha?"

Dengan memasang wajah kaget sekaligus tak percaya dengan apa yabg Abian ucapkan barusan. Putri menatap lekat wajah kusut calon suaminya itu dengan seksama.

"Apa yang salah dengan aku, Mas? Apakah pernikahan yang aku sanggup kan itu salah menurut kamu? Bukankah yang menjalani hidup itu kita? Bukan mereka, kan? Jadi ... aku rasa tidak ada yang salah dengan semua itu."

Jawaban itu membuat Abian merasa tidak berdaya untuk membantah. Dia melepas napas kasar, kemudian kembali melanjutkan perjalanan.

"Katakan padaku apa alasan kamu ingin menikah dengan aku, Putri! Sementara kau tahu apa statusku sekarang, bukan?"

Abian kembali melanjutkan kata-katanya.

"Jika cinta, aku rasa itu tidak benar. Jika harta, itu lebih tidak tepat lagi."

'Jika bukan karena aku mencintai kamu? Lalu apa lagi yang bisa aku jawab untuk pertanyaan yang kamu berikan padaku, Mas? Aku tidak punya alasan selain cinta. Kau tahu? Aku mencintaimu sejak lama. Sejak pertama kita bertemu. Sayangnya, hanya aku yang jatuh cinta. Sedangkan kamu tidak.' Putri bicara dalam hati.

Karena tidak ingin mengutarakan perasaan secara langsung. Dia malah memilih diam. Karena sebenarnya, Putri cukup tahu siapa yang sangat Abian cintai. Dia tak lain adalah, mantan istri Abian yang sudah tiada.

"Putri!"

"Eh, mm."

"Kenapa diam saja? Kenapa tidak menjawab apa yang aku tanyakan?"

"Aku tidak perlu menjawabnya sekarang, Mas. Karena semua jawaban yang ingin aku ucapkan, telah kamu katakan tidak mungkin. Jadi, aku rasa, aku tidak perlu lagi menjawab. Namun, aku yakin, cepat atau lambat, kamu akan tahu apa alasan aku menerima kamu sebagai suamiku."

"Perempuan aneh."

Putri langsung menoleh.

'Biarlah aku aneh, Mas. Karena rasa cinta ini juga cukup aneh menurut aku. Walau kau sudah duda, berantakan tak karuan seperti sekarang. Namun hati ini tetap saja suka padamu. Tidak ingin melepaskan kamu. Dan yang paling tidak aku mengerti, aku bahkan sangat bahagia berada di sisi kamu, walau dengan keadaan kamu yang sekarang. Hadeh ... virus cinta yang kau punya ternyata luar biasa, Mas Abian. Tak mampu aku menolaknya.'

Akhirnya, setelah diam dengan pikiran masing-masing, mobil itu sampai juga ke tempat yang dituju. Itu kediaman keluarga Respati. Kediaman keluarga Putri.

"Mampir dulu, Mas." Putri berucap sebelum dia turun.

"Gak usah. Aku ada kerjaan kantor yang cukup penting sebenarnya. Karena paksaan papa dan mama, aku harus meninggalkan pekerjaanku demi menemani kamu."

Ada sedikit goresan yang tepat mengenai ke hati Putri. Namun, dia berusaha mengabaikan goresan itu di depan Abian.

"Aku minta maaf karena sudah menjadi penyebab terganggunya pekerjaanmu, Mas. Tapi, aku gak bermaksud ganggu kamu kok."

"Sudahlah. Semua sudah terjadi. Aku harus kembali ke kantor sekarang."

"Iya deh. Hati-hati di jalan. Jangan ngebut-ngebut. Jangan .... "

"Tidak perlu mengingatkan aku. Karena yang bawa mobil itu aku sendiri. Bukan ada kamu di dalamnya."

"Ya karena aku gak ada, makanya aku ingatkan kamu biar hati-hati, Mas Abi."

"Tidak perlu. Karena aku tidak suka diingatkan. Permisi."

Abian langsung menjalankan mobil setelah Putri turun. Dia langsung tancap gas dengan cepat meninggalkan tempat tersebut. Putri yang melihat hal itu hanya bisa mendengus pelan saja. Dia tidak ingin memikirkan semua itu, karena semakin dia pikirkan, maka hatinya akan semakin merasa tidak nyaman.

"Kenapa diam di situ, sayang? Kenapa gak langsung masuk aja?"

Tias, mama Putri yang sedari tadi melihat anaknya diam mematung sambil melihat jalanan langsung menghampiri si anak. Dia tahu apa yang sedang anaknya pikirkan.

Semua itu karena perjodohan dengan laki-laki yang tidak mencintai anaknya. Sedari awal, Tias tidak pernah merestui perjodohan itu. Tapi sayangnya, dia kalah karena si anak juga sangat menyambut baik perjodohan tersebut.

Tidak bisa berbuat apa-apa. Tias hanya bisa mendukung semua keputusan yang anak juga suaminya ambil. Dengan hati yang penuh harap, Tias selalu berdoa, kalau apa yang anak dan suaminya ambil itu adalah keputusan terbaik buat anaknya.

"Mama .... " Putri langsung sadar dengan apa yang dia lakukan barusan. Termenung sambil memikirkan Abian, itu bukanlah jalan yang tepat. Karena jika mamanya tahu apa yang hatinya rasakan sekarang. Maka sang mama pasti akan kembali meminta dia membatalkan pernikahannya yang hanya tinggal selangkah saja lagi.

"Kenapa melamun di sini, Sayang? Kenapa gak langsung masuk aja, hm?"

"Putri gak melamun kok, Ma. Putri hanya melihat mobil mas Abian pergi saja."

"Hm ... sekarang, udah melihatnya, bukan? Ayo masuk! Ada yang ingin mama bicarakan dengan kamu."

"Mau bicara apa lagi, Ma? Bukankah kita sering bicara berdua, mamaku sayang."

"Anak mama semakin dewasa, tapi kok semakin manja ya. Ayo aja masuk dulu, nanti kamu tahu apa yang ingin mamamu ini katakan."

"Penting gak?" tanya Putri dengan nada yang semakin manja.

"Ya jelas penting lah. Kalo gak penting, mana mungkin mama ajak kamu masuk secepatnya. Kan bisa bicara kapan-kapan, Putri."

Terpopuler

Comments

мєσωzα

мєσωzα

ko sedih ya 🥺

2022-12-16

0

MochoLatTe

MochoLatTe

nyessek nih hati

2022-08-19

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!