"Ryan suami Raya?" tanya Aluna di dalam batinnya.
Ia tidak pernah menyangka jika ternyata Ryan adalah suami dari Raya. Ada rasa sesak di dalam dada Aluna ketika mendengar hal itu, tetapi ia berusaha untuk bersikap biasa saja ketika mendengarnya, meski tidak bisa dipungkiri jika Aluna terlihat begitu shock.
"Ryan, ini Aluna, di sahabatku," ucap Raya memperkenalkan Aluna kepada Ryan.
Ryan menganggukkan kepalanya mengerti. Kemudian, ia mengulurkan tangannya kepada Aluna. Seolah jika ia memang tidak mengenali wanita yang pernah ada di dalam hatinya itu.
"Ryan," ucapnya membuat Aluna semakin terkejut dengan tingkah Ryan.
Selama beberapa saat, Aluna hanya terdiam seraya memandangi tangan Ryan yang terulur untuknya itu. Ia tidak menyangka jika Ryan tidak mengenalinya. Tidak mengenali atau pura-pura tidak kenal, Aluna tidak tahu. Hanya saja kenapa Ryan bersikap seperti ini kepadanya. Aluna menarik napasnya dalam-dalam, lalu menghembuskan dengan kasar. Ia pun menjabat tangan Ryan dan mulai mengikuti permainan Ryan, karena pria itu berpura-pura tidak mengenalinya.
"Aluna," ucap Aluna dengan nada suara yang terdengar lirih.
Mereka berdua berjabat cukup lama. Aluna maupun Ryan saling memandang satu sama lain. Hingga pada akhirnya, Raya berdehem membuat mereka berdua langsung melepaskan jabatan tangan mereka.
"Selamat, ya, Raya. Kamu sudah menikah," ucap Aluna yang dijawab senyuman oleh Raya.
"Makasih, ya. Oh iya, Nenek Winda gimana keadaannya sehat?" tanya Raya kemudian yang penasaran dengan neneknya Aluna.
Memang, Raya cukup dekat dengan neneknya Aluna, Winda. Saat SMA dulu Raya sering main ke rumah Raya. Bahkan, Raya cukup dekat dengan Winda.
Raut wajah Aluna langsung berubah sedih mendengar Raya bertanya soal neneknya itu. "Nenek sudah meninggal dunia sekitar beberapa bulan yang lalu."
"Apa?" pekik Raya yang cukup terkejut dengan perkataan Aluna barusan. "Ya, ampun, Aluna. Maaf, aku nggak tahu kalau nenek udah nggak ada."
"Iya, nggak apa-apa, Raya."
"Terus sekarang kamu tinggal dimana?" tanya Raya lagi yang juga penasaran dimana sahabatnya itu tinggal sekarang.
Aluna menggelengkan kepalanya pelan. "Aku nggak tahu, Raya. Aku … nggak tahu harus tinggal dimana. Aku diusir dari kontrakan karena aku nggak bisa bayar. Aku dipecat dari kerjaanku. Sekarang, hidupku hancur Raya. Aku mungkin akan tinggal di jalanan."
Aluna tidak kuasa menahan air matanya. Aluna benar-benar tidak sanggup dengan beban yang harus ia jalani kedepannya. Aluna tentu saja tidak mau hidup di jalanan. Ia tidak mengerti kenapa takdir terus memberinya cobaan secara bertubi-tubi. Aluna tidak sanggup menghadapi semuanya. Ia hanya bisa menangis meratapi kesedihannya. Aluna benar-benar tidak sanggup jika harus hidup seperti ini. Ia tidak memiliki tujuan dan juga uang yang cukup. Aluna tidak tahu harus bagaimana lagi sekarang.
Melihat Aluna yang bersedih seperti itu, membuat Raya merasa sedih. Ia tidak mau melihat sahabatnya kesulitan seperti itu. Raya tentu saja ingin membantu Aluna sebagai seorang sahabat yang baik. Selama ini Aluna dan mendiang neneknya selalu memperlakukan Raya dengan baik. Kini saatnya bagi Raya memperlakukan Aluna dengan baik juga. Bagaimanapun Raya tidak bisa membiarkan Aluna hidup di jalanan. Beruntung Raya bertemu dengan Aluna dan bisa membantunya. Jika tidak, ia tidak tahu apa yang akan terjadi kepada sahabatnya itu.
"Aluna, sebentar, ya," ucap Raya sambil menarik Ryan keluar dari ruangan itu membiarkan Aluna menangis sendirian.
"Ada apa, Raya?" tanya Ryan setelah mereka berada di luar ruangan.
"Mas, aku kasihan sama Aluna. Aku ngga mau dia kesulitan. Kamu tahu sendiri kan kalau Aluna itu sahabat aku," ucap Raya mencoba menjelaskan apa yang ia inginkan kepada Ryan. Tentu saja ia butuh izin dari suaminya jika ia akan membantu seseorang.
"Iya, aku tahu itu. Terus kamu mau bantu Aluna dengan cara apa?" tanya Ryan yang ternyata peka terhadap perkataan dari Raya barusan.
"Mas, boleh nggak kalau Aluna tinggal di rumah kita untuk sementara? Sampai Aluna punya kerjaan tetap dan tempat tinggal. Rumah kita kan besar, Mas, nggak apa-apa lah sekali-kali beramal dan membantu orang yang lagi kesulitan," pinta Raya kepada Ryan.
Ryan terdiam selama beberapa saat. Ia mencoba berpikir antara menyetujui permintaan dari Raya atau tidak. Tentu saja Ryan pun tidak mau melihat Aluna tinggal di jalanan dan tanpa tujuan yang jelas, tapi kalau Aluna tinggal di rumahnya, Ryan hanya takut ia tidak bisa mengendalikan perasaannya karena pastinya Ryan akan bertemu dengan Aluna setiap hari. Tidak bisa dipungkiri jika Ryan masih mencintai Aluna. Meskipun kini ia memiliki Raya dan juga mencintainya, tapi rasa cintanya untuk Aluna lebih besar dari apa Raya. Ia merasa bersalah kepada Raya karena masih mencintai wanita lain. Ryan sudah berjanji kepada dirinya sendiri jika setelah menikah ia akan melupakan Aluna, tapi ternyata takdir malah mempertemukan kembali Ryan dan Aluna begitu saja, membuat Ryan yang sedang berusaha mengubur perasaannya dalam-dalam langsung gagal dalam sekejap saja. Ryan memang sengaja berpura-pura tidak mengenali Aluna. Ia sengaja karena Ryan tidak mau Raya berpikir aneh-aneh terhadap Ryan dan Aluna. Ryan tidak mau Raya tahu bahwa dulu Ryan dan Aluna pernah memiliki sebuah hubungan yang sangat spesial. Itulah kenapa Ryan dengan sengaja berpura-pura tidak mengenali Aluna. Padahal ia sangat senang bisa bertemu lagi dengannya setelah bertahun-tahun tidak bertemu.
"Mas," ucap Raya karena Ryan hanya diam saja. "Gimana?"
Ryan menarik napasnya dalam-dalam, lalu menghembuskan dengan kasar. Kemudian, ia menganggukkan kepalanya. "Iya, terserah kamu saja. Selama itu baik menurut kamu, aku setuju-setuju saja."
Saat itu juga Raya langsung tersenyum setelah mendengar jawaban dari Ryan. "Makasih, ya, Mas. Sudah mau mengerti."
Raya memeluk Ryan sebentar. Setelah itu, ia masuk ke dalam ruangan Aluna lagi. Kini Aluna sudah berhenti menangis. Raya tersenyum kepada sahabatnya itu.
"Aluna, bagaimana kalau kamu tinggal di rumahku saja untuk sementara sampai kamu punya kerjaan dan juga tempat tinggal," ucap Raya dengan baik hati mengajak Aluna untuk tinggal bersamanya.
"Apa?" Aluna kembali terpekik mendengar ajakan dari Raya. Ia ternyata memiliki sahabat yang sebaik Raya. Pandangannya beralih kepada Ryan yang kini sedang berdiri di ambang pintu menatapnya. "Tapi—"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments