"Mas bangun, aku mau ngomong sama kamu" Menghuyung tubuh Bagus agar dia bangun.
"Emmmmm....apa sih buk, aku masih ngantuk banget. Nanti aja ya" Bukannya bangun tapi malah menutup telinga menggunakan bantal. Nara pun kesal, bantal itu lansung di tarik lalu di lempar ke lantai.
"Nara....kamu ini apa apaan sih, suami pulang ronda mau tidur malah di ganggu terus. Bisa nggak sih nunggu sampe aku bangun baru kita biacara" Hendak kembali berbaring namun Nara langsung menarik bantal di bawah kepala Bagus.
"Apa sih kamu ini, maunya apa?" Bentak Bagus. Mata yang tadinya lengket seketika melotot. Bagus adalah tipe suami pemarah. Sedikit saja kesal dia langsung melontarkan kalimat kasar. Berbanding terbalik dengan sifatnya kala di hadapan orang lain, sifat sok manis dan kepedulian yang tinggi membuat semua orang berdecak kagum. Mereka belum tau di balik kelembutan sifatnya ada sosok pemarah yang hanya di tunjukkan kala di rumah.
Dengan berani Nara berdiri melipat kedua tangan. "Sekarang aku mau kamu jawab dengan jujur mas.....Apa benar kamu dari semalam tidur di rumah Bustomi?"
"Jangan fitnah kamu, dari semalam aku itu jaga di pos ronda sama pak Eko. Kalau kamu nggak percaya tanya saja sama dia...." Mengambil telepon genggam lalu menghubungi teman dekatnya itu.
"Ko....sekarang lo jelasih sama bini gue kalau semalam gue tidur di pos sama Elo" Ujar Bagus.
"Tadi malem?(Suara terputus sejenak) Oh iya tadi malam kita tidur di pos ronda" Jelas Eko.
Dari percakapan itu Nara masih belum percaya sepenuhnya. Dari gelagat Pak Eko sudah jelas kalau mereka ada kong kalikong. Apa lagi Pak Eko ini orangnya juga tidak beres, suka main judi dan juga main wanita. Istri pak Eko saja sampai meninggalkan dia karena sifat buruknya.
"Oke, makasih ya ...." Telepon langsung di matikan. Bagus kembali naik ranjang "Udah jelas kan sekarang? jadi bini tu jangan cemburuan nanti cepet tua"
kedus tangan Nara mengepal erat.
"Kamu kira semudah itu aku percaya sama kamu, mas? Tidak. Aku akan mencari bukti supaya kamu tidak bisa berkelit lagi..." Nara lebih yakin akan ucapan ibu angkatnya di banding dengan suaminya itu.
Sembari meringkuk "Terserah"
Nara masih merasa ada hal yang di rencanakan suaminya di belakang.
"Oke, kali ini kamu menang. Tapi lain kali aku akan menggenggam bukti kuat untuk menyudutkan kamu mas" Gumamnya sembari keluar dari kamar.
"Aman...." Bagus lega melihat Nara kelaur kamar. Dia mengira kalau Nara tidak akan curiga lagi padanya.
"Makasih ya bos atas bantuannya...."mengirim pesan singkan pada pak Eko yang sudah menolongnya dari maut.
Para lelaki hidung belang saling kerja sama untuk menutupi dosa mereka.
"Gimana suamimu mau ngaku?" Saat ibu Suamiati menghampiri Nara, ternyata diam diam Bagus menguping di balik pintu.
"Oh jadi semua ini karena Emak....Kalau begitu kedepannya harus lebih hati hati sama orabg tua yang satu ini" Bagus tidak menyangka jika pergerakannya selalu di intai ibi mertua. Tapi siapa perduli, laki laki akan lebih tertantang apabila mereka sudah mengincar sesuatu. Meski ada bara api si depannya sekali pun akan tetap di lalui.
"Biasa lah Mak dia nggak mau ngaku...." Nara berjalan sembari di ikuti sang ibu. Keduanya berjalan menuju teras rumah. Dan betapa terkrjutnya Nara karena tidak sengaja melihat tetangga depan rumahnya itu mengintip di balik jendela.
(Ya Allah prasangkan macam apa ini) Guman Nara seraya duduk.
Tidak lama kemudian si tetangga tadi kekuar dengan membawa sapu "Eh dek Nara sudah bangun" Sapa Merry (Istri Bustomi)
"Iya, mbak. Tumben jam segini masih bawa sapu"
Merry menghampiri Nara yang tengah duduk depan teras rumah. Jarak rumah mereka tidak begiti jauh hanya berjarak bebetapa meter saja. Di sdepan rumah terasnya ada jalan yang hanya bisa di muat satu mobil saja, semacam jalan setapak biasa.
"Ngapain baik baikin dia, udah jelas suamimu itu...." belum sempat bicara lebih Nara lebih dulu mencubit paha sang ibu.
"Silahkan duduk" Dengan ramah Nara mempersilahkan Merry duduk.
"Emak masuk dulu ya..."
Nara dan Merry duduk bersama. Namun, mata Merry terus saja jelalatan kesana kemari. Kadang melihat samping rumah kadang melihat dalam rumah, sudah seperti pencuri hendak beraksi.
"Cari siapa, mas Bagus?"
"B......bukan, bukan. Aku dari tadi nggak ada liat anak anak kamu, mereka pada kemana ya"
Dengan ssntainya Nara menyunggingkan senyum "Oh kirain cari mas Bagus dia masih tidur. Kalau anak anak sih biasa paling main di rumah sebelah...." Sengaja Nara memancing reaksi Merry supaya dia tau kebenaran apa yang mereka sembunyikan.
"Emmmm.....kalau begitu aku pulang ya dek belum masak soalnya" Merry bangkit dan lagi lagi kedua matanya melihat ke dalam rumah.
"Loh kok buru buru sih Mbak, sarapan dulu kek"
"Ah nggak usah lah dek banyak ngerepotin dek Nara sama mas Bagus. Aku tak pulang aja ya nanti bapaknya anak anak pulang belum ada masakan"
Nara ikut bangkit "Oke, silahkan kalau begitu"
Merry pun langsung buru buru meninggalkan runah Nara sampai sapu yang tadi di bawa tertinggal di rumah Nara. Nara hendak mengembalikan sapu itu, tapi tiba tiba ada telepon masuk.
Selesai menerima telepon Nara langsung berjalan ke rumah Merry. Ketika sampai di depan pintu ia terkejut melihat Merry tengah memegang kemeja warna biru muda "Kemeja itu bukannya milik mas Bagus.." Nara tidak berani langsung tuduh, dia pura pura tenang meski dalam hati sempat memanas
"Ehem..."
Seketika Merry yang tengah trrdenyum senyum sembari melihat kemeja itu langsung menjatuhkan kemejanya "Dek Nara...." mimik wajahnya terlihat gugup seketika melihat Nara yang kini berdiri tegak di depan pintu.
Nara langsung menghampirinya dan mengambil kemeja itu "Wah kemeja Pak Bustomi bagus juga ya Mbak, beli di mana?"
Tangan Merry gemetaran "Emmmm.....itu, beli di, em di mana ya aku juga lupa dek" Segera ia meraih kembali kemeja di tangan Nara.
"Silahkan duduk dek"
"Nggak usah mbak saya hanya mau ngembaliin sapu aja kok" Ujar Nara dengan masih mengamati kemaja biru di tangan Merry.
"Astaga....dasar aku pelupa" menepuk kening sendiri.
"Ya sidah mbak aku mau pukang dulu ya soalnya nanti sore langsung balik"
"Lho kok pulang kampunh cuma sehari mbok ya seminggu gitu biar Emak ada temennya"
(Enak aja dia kira aku bodoh kali ya) Tatapan Nara tiba tiba penuh selidik.
"Nggak lah mbak warung siapa yang jaga. Lagian senin anak anak harus sekolah. Ya sudah mbak aku pulang ya"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Wati_esha
Merry sudah ketangkap basah sedang mdmegangi kemejanya Bagus, suami Nara. Eng ing eng..
2022-08-20
0
Wati_esha
Oaaalaaah .. tetangga dean rumah to itu. Hadeuh, nggak beres ya.
2022-08-20
0
@C͜͡R7🍾⃝ᴀͩnᷞnͧiᷠsͣa✰͜͡w⃠࿈⃟ࣧ
wah bagus main nya sama Tante" ya,kayak nya mba Mery kurang sentuhan dari pak Bustomi ya🤭
2022-08-16
0