Lenguhan Panjang

"Eh mas Bagus to mau beli apa?" Dengan lemah gemulai Merry menghampiri Bagus yang tengah berdiri di pintu warung. Kebetukan hari ini warung libur.

"Beli rokoknya satu bungkus dong neng..."Sembari mengedipkan satu mata.Langsung di balas kedipan mata oleh Merry si tetangga genit "Bentar ya tak ambilin dulu" Mengambilkan sebungkus rokok.

"Aduh mas duitnya ada yang kecil nggak? aku nggak ada kembalian nih" melihat uang pecahan lima puluh ribu di tangan Bagus.

"Udah nih ambil aja kembaliannya buat beli yang seger seger gitu" Seperti biasa Bagus akan memberikan segelanya pada orang lain meski hidupnya sedang tidak baik baik saja. Pernah suatu ketika putra sulungnya meminta uang untuk membayar buku, tapi dia tidak memberi sepeser pun. Dengan alasan tidak punya duit. Pada waktu itu Nara masih belum seperti sekarang, dia hanya seorang ibu rumah tangga yang terkadang buruh tani, itu saja kalau ada orang butuh tenaganya. Bekerja di ladang tidaklah mudah dengan bayaran tidak sebanding. Hasil kerja buruh hanya mampu untuk membeli sayur dan lauk pauk. Satu kata yang membuat Nara sakit hati adalah ketika kalimat (Minta sana sama ibu kamu, bapak nggak ada duit) Kata kata itu terus melukai hatinya. Betapa tidak? seorang ayah di mintai uang untuk membayar buku sekolah putranya tapi dengan entengnya bicara seperti tidak punya otak. Seharusnya seorang suami bisa mencukupi semua kebutuhan keluarga, termasuk biaya pendidikan putra putri mereka. Yang paling membuat Nara sakit lagi adalah ketika membuka ransel suaminya yang isinya pakaian baru. Harga di pakaian itu berkisaran ratusan ribu, Benar benar suami tidak punya hati, dia bisa membeli pakaian mahal untuk diri sendiri tapi tidak mampu membayar buku sekolah yang harganya hanya berkisar puluhan ribu saja.

Sejak saat itu akhirnya Nara bertekat untuk menghidupi diri sendiri, anak, dan ibu angkatnya dengan jerih payah sendiri. Beberapa tahun silam Nara hanya seorang ibu rumah tangga biasa yang mengandalkan kiriman dari pak suami. Tapi setiap kali pulang kampung, suaminya tidak membawa uang sepeser pun. Dia malah membawa banyak pakaian baru untuk dirinya sendiri. Semenjak itu Nara memutar otak, mencari tempat untuk berdagang. Setelah beberapa bulan Ayah kandung Nara memberitahu kalau ada sebuah kios tidak lama ini kosong di kota tempat ayahnya mengais rejeki. Beliau menawarkan pada Nara dan langsung di ambil olehnya. Beruntungnya nasib Nara mujur. Di kios itu dia membuka warung makan kecil kecilan seperti soto dan nasi rames. Lambat laun usahanya lancar sampai dia bisa membuka warung makan dengan fariasi menu. Setiap hari mengumpulkan pundi pundi uang untuk di tabung. Akhirnya usaha membuahkan hasil. Perlahan ekonomi keluar Nara mulai pulih. Dia bisa membayar semua hutang di desa, dan bahkan kedua putranya berkecukupan. Sudah tidak ada lagi rengekan anak anak minta jajan.

Brummmm....

Suara motor lewat membuat Bagus dan Merry melihat ke arah jalan. Ternyata suara motor milik anak sulungnya, dengan memakai helm dan membonceng sang ibu mereka melintas di depan keduanya.

"Loh itu dek Nara mau kemana?" Ucap Merry.

"Paling mereka mau pamitan sama mbak Tuti. Tadi siang nggak sempat ke sana soalnya si bungsu sedikit rewel...."

Melihat peluang emas segera Merry menarik lengan Bagus masuk ke dalam warung. Entah apa yang mereka perbuat di dalam sana, sampai ada seorang anak memanggil nama Merry beberapa kali tak kunjung di jawab.

"Tante, tante, tante Merry..." Tiba tiba saja salah satu keponakan Merry menelusup masuk ke dalam warung. Anak kecil berusia tujuh tahun itu membungkam mulut melihat tantenya tengah melakukan hal tidak senonoh. Anak berusia tujuh tahun itu langsung berlari.

"Ibu, ibu, ibu....." Dengan nafas tersengal dia menghampiri sang ibu yang kala itu tengah berbaring di depan tv.

"April kamu kenapa, nak? ada apa" melihat ke luar pintu dan tidak ada hal yang terjadi di sana. Lantas ibu Maimunah berjongkok di depan April "Sayang coba katakan pelan pelan, atur nafas dulu..."

"Itu....itu, tante sama om Bagus.....mereka, mereka" Berulang kali April bersusah payah mengatur nafas.

Ibu Maimunah semakin penasaran kala putrinya menunjuk warung Merry yang juga adalah adik ipar ibu Maimunah. Segera dia menggandeng April lalu berlari ke sana. Sesampainya di depan pintu warung mereka di kejutkan dengan suara lenguhan panjang. Sigap Ibu Maimunah menyeret April kembali ke rumah.

"Ssttttt....April diam di rumah sebentar ya"

"Bustomi masih belum pulang tapi istrinya berani mendesah dengan laki laki lain... dasar wanita tidak tau malu" Sengaja ibu Maimunah bersembunyi di balik semak semak. Tak berapa lama keluarlah Bagus sembari mengancingkan kemejanya.

"Ya Allah jadi mereka itu...."

Terpopuler

Comments

Wati_esha

Wati_esha

Ops .. Nara tak melihat Bagus di warungnya Merry Bustomi?

2022-08-20

0

Wati_esha

Wati_esha

Merry, kelakuanmu malah tertangkap tangan oleh kakak iparmu. Tunggulah waktumu.

2022-08-20

0

Edelweiss🍀

Edelweiss🍀

ampun dah sampai ketahuan begitu, memang lagi hasrat menggebu2 sampai2 gak denger anak kecil manggil.🤦🏻‍♀️

2022-08-16

0

lihat semua
Episodes
1 Awal Mula Timbulnya Kecurigaan
2 Kemeja Biru
3 Kisah Perselingkuha Bagus
4 Lenguhan Panjang
5 Desas Desus
6 Emak Jatuh Sakit
7 Kemarahan Aska
8 Kemarahan Mbok Sani
9 Akibat Terlalu Di Manja
10 Awal Kebencian Seorang Anak
11 Menguras Emosi
12 Kepergok Selingkuh
13 Tanda Merah
14 Emak Jatuh
15 Perselingkuhan Tiada Henti
16 Pertengkaran Sengit
17 Gubuk Asmara
18 Modus Semangkuk Bubur Kacang Hijau
19 Tanda Tanya
20 Bukti Mulai Terkuak
21 Pertengkaran Hebat
22 Lahan Cuan
23 Doa Seorang Istri
24 Tiga Wanita Satu Benih
25 Sampah Masyarakat
26 Mulut Berdusta Hati Terluka
27 Kecurigaan Bustomi
28 Gara Gara Kontrasepsi
29 Awal Dari Segalanya
30 Cemburu
31 Ketahuan Selingkuh
32 Kemurkaan Bustomi
33 Penyesalan Hanya Tinggal Penyesalan
34 Kedatangan Ibu Sani
35 Kekecewaan Seorang Ibu
36 Di Tolak Keluarga
37 Kebencian Andra
38 Ungkap
39 Terjawab Sudah
40 Jerit Derita
41 Murka
42 Kedatangan Petinggi Desa
43 Menuju Sidang
44 Sidang Pak Suami
45 Kalah Telak
46 Hujan Turun
47 Kisah Masa Lalu
48 Hitam Pekat
49 Nara Jatuh Sakit
50 Kehancuran Merry
51 Korban Keegoisan
52 Candu
53 Terbakar Api Cemburu
54 Air Mata Aska
55 Salah Langkah
56 Gejolak Api Cemburu
57 Derai Air Mata
58 Karma Lebih Kejam Dari Perbuatan
59 Depresi Berat
60 Akhir Sebuah Kisah
61 Perdana Baru
62 promosi
63 Perdana baru
Episodes

Updated 63 Episodes

1
Awal Mula Timbulnya Kecurigaan
2
Kemeja Biru
3
Kisah Perselingkuha Bagus
4
Lenguhan Panjang
5
Desas Desus
6
Emak Jatuh Sakit
7
Kemarahan Aska
8
Kemarahan Mbok Sani
9
Akibat Terlalu Di Manja
10
Awal Kebencian Seorang Anak
11
Menguras Emosi
12
Kepergok Selingkuh
13
Tanda Merah
14
Emak Jatuh
15
Perselingkuhan Tiada Henti
16
Pertengkaran Sengit
17
Gubuk Asmara
18
Modus Semangkuk Bubur Kacang Hijau
19
Tanda Tanya
20
Bukti Mulai Terkuak
21
Pertengkaran Hebat
22
Lahan Cuan
23
Doa Seorang Istri
24
Tiga Wanita Satu Benih
25
Sampah Masyarakat
26
Mulut Berdusta Hati Terluka
27
Kecurigaan Bustomi
28
Gara Gara Kontrasepsi
29
Awal Dari Segalanya
30
Cemburu
31
Ketahuan Selingkuh
32
Kemurkaan Bustomi
33
Penyesalan Hanya Tinggal Penyesalan
34
Kedatangan Ibu Sani
35
Kekecewaan Seorang Ibu
36
Di Tolak Keluarga
37
Kebencian Andra
38
Ungkap
39
Terjawab Sudah
40
Jerit Derita
41
Murka
42
Kedatangan Petinggi Desa
43
Menuju Sidang
44
Sidang Pak Suami
45
Kalah Telak
46
Hujan Turun
47
Kisah Masa Lalu
48
Hitam Pekat
49
Nara Jatuh Sakit
50
Kehancuran Merry
51
Korban Keegoisan
52
Candu
53
Terbakar Api Cemburu
54
Air Mata Aska
55
Salah Langkah
56
Gejolak Api Cemburu
57
Derai Air Mata
58
Karma Lebih Kejam Dari Perbuatan
59
Depresi Berat
60
Akhir Sebuah Kisah
61
Perdana Baru
62
promosi
63
Perdana baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!