Wajah ayu Nala sudah menghiasi perkebunan pagi ini. Seperti biasa, dia selalu menemani Arya jika dia mau dan sedang bosan dirumah. Kalau Nala sudah hadir, entah kenapa kebun mendadak bermekaran bunga-bunga. Konsep yang selalu menjadi acuan Arya kalau ada Nala disitu ada semangat. Konsep seperti ini nyatanya dirasakan juga oleh para pekerja. Kehadirannya selalu menjadi penghias perkebunan.
Tidak jarang Nala selalu mendapat pujian cantik. Bukan hanya paras yang mendefinisikan kata cantik itu sendiri, melainkan hatinya juga cantik jelita. Sifatnya yang tidak tega'an membuat banyak orang menjadi gemas. Perempuan itu kerap kali melampaui batas tidak tega yang seharusnya.
Apalagi dengan Arya, lelaki itu bahkan sudah tergila-gila dengan Nala. Sejak kapan? laki-laki itu juga tidak tahu. Yang pasti semua yang dilihat pada diri Nala seperti bongkahan berlian yang selalu membuat tersenyum di sepanjang hari. Sebaliknya, Arya melihat selain Nala bagai patahan kayu lapuk di makan usia.
Pada kesempatan hari ini, Nala secara tidak sengaja terpisah dengan Arya. Dimana mereka belum pernah terpisah satu sama lain semenjak awal menikah. Juragan perkebunan tersebut sedang bertemu dengan para petinggi kota untuk meraih apresiasi atas keberhasilan di usia muda serta kontribusi dalam pembangunan.
Awalnya bersama pada akhirnya terpisah. Nala terus mengoceh kalau dia bisa di tinggal sendiri telah di kabulkan Arya dengan berat hati.
Dalam kesendiriannya di tingal Arya, Nala memutuskan untuk tidak kembali ke rumah. Lebih baik dia menikmati suasana desa nan asri yang jauh dari kebisingan kota di temani mbok Darsih dan juga para ajudan.
"Non sekarang kita mau kemana?" tanya Mbok Darsih.
"Saya mau ke tempat istirahat para pekerja kebun Mbok. Boleh kan?" senyumnya secerah sinar mentari. Matanya yang teduh memandang penuh harap dan puja.
Mbok Darsih melempar pandangan pada para ajudan, meminta tanggapan atas permintaan nonanya. Mereka menggeleng tidak bisa memutuskan, sebab baru kali ini ada kisah majikan meminta persetujuan pada bawahannya.
Semuanya saling lempar tanggung jawab keputusan.
"Boleh Non, asal Non senang." Ragu, mbok Darsih berdo'a dalam hati agar keputusannya ini tidak membawa malapetaka nantinya.
Duh Gusti, kasihanilah orang tua ini. Semoga tidak terjadi yang tidak diinginkan kedepannya.
"Terimakasih ya mbok Darsih." Nala sumringah. Memeluk senang mbok Darsih yang dianggapnya sudah seperti ibu.
Wahai para ajudan dan si mbok, jika kalian lebih teliti bisa saja menghubungi Arya Sena sang juragan untuk mendapatkan ijin. Sebab Arya selalu melarang Nala berbaur dengan orang asing selain dirinya. Melihat sifat Nala yang kelewat baik rentan dimanfaatkan oleh oknum pencari untung.
Tibalah mereka pada tempat yang di tuju.
Sebuah semi bangunan terbuat dari bahan kayu kokoh dengan desain yang asri membuat para pekerja begitu nyaman saat beristirahat. Prasmanan makan siang pun begitu rapi dan tertib dengan menu makan sesuai standar gizi.
Nala kagum, suaminya adalah orang besar yang baik. Yang sebagaimana mestinya memperlakukan para pekerja secara manusia. Tutur kata manis perempuan itu menyapa. Lalu ketar-ketir para pekerja terkejut kemudian membeku.
Kesayangan juragan menapakkan kaki di tempat ini tanpa adanya penyambutan berarti. Kedatangannya menjadi trending topik dan rasa kekaguman yang mencuat ke permukaan.
Mayoritas para pekerja berumur diatas Nala. namun semuanya menunduk hormat pada istri sang juragan.
Nala tidak biasa, dia risih dengan perlakuan bak putri raja dari orang-orang. Inginnya berbaur seperti tidak ada dinding pembatas di antara mereka. Tapi semua itu tidak terjadi dan tidak akan pernah terjadi. Daripada memaksa ketidak mungkinan itu, Nala memutuskan untuk pamit undur diri. Meninggalkan tempat yang menjadi tujuan berbaur pada sesama.
Akhirnya, para ajudan dan mbok Darsih bisa bernafas lega berkat kepulangan mereka kembali ke rumah. Nonanya tidak berlama di khalayak umum merupakan angin segar bagi mereka. Yang mereka cemaskan telah sirna terbawa semilir angin yang membelai.
"Mbok, tahu tidak?"
"Apa itu Non?"
"Saya sampai sebesar ini belum pernah melihat wajah orang tua saya. Atau mungkin saya sudah melihat tapi lupa karena masih kecil. Hehe."
Deg.. hati mbok Darsih berdesir.
"Pas di tempat tadi, entah kenapa saya seperti mendapat energi. Begitu senang melihat senyum mereka." Nala tersenyum membayangkan betapa bahagia dirinya.
"Apalagi saya mendapat suami seorang pangeran yang sangat mencintai tuan putrinya. Mas Arya adalah sosok suami yang sempurna bagiku mbok."
"Iya non. Juragan sama non adalah pasangan yang sangat serasi. Mbok mendo'akan agar kalian selalu bahagia sampai akhir."
"Terimakasih mbok."
"Iya non, terimakasih juga sudah membiarkan saya berada di sisi non."
"Apaan sih mbok ini. Mbok Darsih sudah saya anggap seperti ibu saya sendiri."
"Non" matanya sudah berkaca-kaca.
"Iya mbok iya, sudah jangan menangis saya tidak kuat melihatnya. Saya jahat ya mbok? sampai bikin menangis."
"Tidak non, maafkan mbok ya. Mbok hanya terharu."
Di tengah perbincangan, terdengar suara langkah tergesa yang sedang menahan perasaan sedih. Para ajudan sudah antisipasi agar nonanya tidak terganggu dengan orang itu.
"Biarkan dia. jangan perlakukan wanita seperti itu." perintah Nala pada ajudan.
..........
Di seberang sana,
"Yudis, kita pulang sekarang. Perasaan saya tidak enak." ujar Arya Sena.
"Baik juragan."
.
.
.
.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Refnida Fitri
menikmati tulisan nya author
2022-11-25
1
Alkenzie
jangan2 gadis itu istri tua atau ank arya ya thor
2022-10-21
3
Dewi Payang
Wah..... ga terasa habis ni kak author....
Semangat upnya kak author.
Aku baru kenalan sama Nala dan Arya. Masih nyimak ceritanya.
2022-08-19
2