Di dalam kamar yang cukup luas.
"Mas Arya hahaha." Nala menggeliat geli Arya suaminya terus saja menciumi tengkuk lehernya.
"Jangan rasakan gelinya dek, coba kamu tahan dan rasakan sensasi yang lain."
Nala menurut, membiarkan Arya terus bermain dengan kesukaannya. Sampai ketukan pintu menghentikan kegiatan.
"Dek, mas pamit ke kebun dulu ya ada urusan. apa kamu mau ikut sama Mas?"
"Aku di rumah saja, memangnya siapa mas yang ketuk pintu?"
"Itu pasti Yudis. Mas tidak akan lama, sebentar saja nanti Mas akan kembali lagi meneruskan kegiatan kita yang tertunda."
"Iya Mas aku selalu menunggumu."
Dalam gelapnya malam Arya dan orang kepercayaannya pergi ke kebun meninjau bau konspirasi yang terendus beberapa hari belakangan. Arya adalah orang muda sukses dengan kekayaan melimpah. Sangat tepat menjadi sasaran empuk untuk digulirkan oleh musuh, baik nyata maupun dalam selimut.
Tidak ada penerangan untuk menyusuri kebun. Sengaja mereka menggunakan insting semata untung mengelabui musih mengingat secara terang-terangan menyisir kebun tidak membuahkan hasil apapun. Lalu samar-samar terdengar suara tangisan wanita begitu pilu.
"Hiks...hiks...hiks.."
Semakin kesini semakin mengusik telinga. Arya memerintah bawahannya agar menyalakan penerangan. Malam semakin malam. Sunyinya malam mampu memperdengarkan patahan ranting kering tergerus langkah.
Selangkah demi selangkah kaki berpijak. Sampailah pada suara tangis yang semakin jelas. Disana, ditemukan wanita muda dengan kondisi wajah teramat sengsara.
"Sedang apa disini mbak malam-malam begini?" tanya Yudis, kaki tangan Arya Sena yang telah lama mengabdi sejak kecil.
Arya masih diam memperhatikan.
"Hiks..hiks.. tolong saya tuan, saya takut sekali." Jawab wanita muda itu.
Dengan kondisinya yang lemah dan mental yang sedang tidak baik. Arya memberi perintah pada Yudis untuk mengevakuasi wanita tersebut tanpa banyak bertanya. Namun Arya tetap waspada jika kejadian ini merupakan jebakan.
"Siapa namamu Mbak?" interogasi Yudis lagi.
"Gantari tuan."
"Kenapa bisa ada di area perkebunan malam-malam begini?"
"Saya habis dikejar-kejar orang penagih hutang orang tua saya." Jawab Gantari lemah, ia kembali terisak mengingat orang tuanya sudah tiada.
"Yudis, sebaiknya kau bawa saja wanita ini ke rumah kepala desa. Biar mereka yang mengurusnya lalu saya lanjut perjalanan bersama paman Guntur. Saya lihat dia tidak ada maksud jahat, hanya kemalangan lah yang menimpa." Bisik Arya pada Yudis.
"Baik juragan."
Perintah Arya dilaksanankan. Yudis pergi mengantar Gantari ke rumah kepala desa. Sedangkan Arya melanjutkan perburuan dengan paman Guntur yang tak lain adalah ayahanda Yudis. Orang kepercayaan mendiang orang tua Arya Sena.
Arya Sena tumbuh dengan cinta dan dukungan paman Guntur. Meskipun Paman Guntur bukanlah Paman kandung, melainkan hanya seseorang yang telah lama mengabdi pada keluarga Sena, ia mampu merawat Arya kecil yatim piatu dengan sepenuh hati. Bisa saja dia menjadi pengkhianat mengingat Arya masih begitu kecil untuk di kelabui. Tanpa adanya orang tua, tanpa adanya perlindungan dari siapa-siapa.
Kecil di didik, sudah besar di hormati. Begitulah kira-kira hubungan Paman Guntur dengan Arya Sena.
"Paman kita lanjutkan perjalanan berdua."
"Baik juragan."
..........
Nala masih setia menunggu Arya di rumah. Menanti kehadiran sang suami yang katanya pergi tidak akan lama. Matanya layu sudah, karena kantuk yang sudah merenggut kesegaran mata.
Nala memilih untuk menyambut Arya di depan rumah. Berbalut switer tebal Nala menyelinap keluar menerjang dinginnya malam.
"Non Nala mau kemana?" Mbok Darsih asisten rumah tangga khawatir melihat istri kesayangan juragan hendak melangkah keluar rumah.
"Saya mau ke depan saja mbok. Nyari angin segar biar tidak ngantuk selama menunggu Mas Arya. Hehe"
"Tapi non.." wajah mbok Darsih sudah pias. Kenapa demikian? sebab Arya melarang Nala keluar tanpa didampingi olehnya.
"Tidak usah keluar rumah, masuk lagi ke kamar Dek. Mas sudah kembali lagi padamu." Suara berat Arya mengagetkan Nala. Perempuan itu menoleh, disana ada senyuman manis Arya yang menggetarkan hati.
"Mas Arya." Nala menyambut suaminya lalu menyalami tangan penuh berkah. Tangan yang bekerja keras untuk menafkahi keluarga.
"Kangen ya sama Mas? kangen lah masa gak." Bertanya sendiri di jawab sendiri. Arya meraih tubuh mungil Nala, menggendongnya ala bridal style. Seperti biasa jika situasi sudah seperti ini para ajudan dan asisten rumah tangga pamit undur diri.
"Iya mas, aku selalu menunggumu dari tadi." Setiap kali mereka berdekatan, baik Arya maupun Nala sama-sama menyelami perasaan masing-masing. Jantung selalu berdegup kencang tiap kali mereka bertemu.
"Dek, selalu seperti ini ya. Jantung kamu berdegup kencang hanya untuk Mas. Jangan berhenti mencintai mas seperti ini."
"Mas Arya kalau bicara bikin aku merasa jadi wanita yang paling beruntung di dunia ini" Nala membenamkan wajah dengan detakan jantung yang masih bertalu-talu.
.
.
.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Sunmei
2 like hadir kak
semangat
mampir iya
2023-01-16
1
Alkenzie
udah aku faforite kak, jd baper liat arya sama nala
2022-10-21
3
Dewi Payang
Sekalian Favorite, hadiah bunga, dan vote..... supaya kak author tambah semangat.....😊🙏
2022-08-19
1