01. Bukan Aku

INIKAH takdir seorang anak selingkuhan?

Jangankan mendapatkan kasih sayang dan diperhatikan bahkan keberadaanku saja tak pernah dianggap ada.

“Bu, Dira boleh ikut sarapan?”

“Udah gak ada makanan, makanya jadi cewek itu jangan malas” Jawab ibuku ketus

“Tapi Dira laper mah”

“Mah, papah berangkat dulu” Pamit ayahku

“Ema juga mah, udah gak nafsu makan” Tambah adikku Ema

“Ngerusak suasana aja” Gerutu ibuku

“Nih, buat lo baru gw minum dikit” Bang Dewa memberiku susu miliknya.

Untungnya aku masuk kelas tepat waktu, sebelum jam pelajaran dimulai aku sudah sampai.

“Dir, kerjain tugas gw” Salsa melempar buku tugasnya kearahku, aku tak memiliki keberanian untuk menolaknya karena itu Salsa semakin semena-mena terhadapku.

Dan tak ada satu pun anak di sekolah ini yang mau berteman denganku, jangan kan berteman mendekatiku saja tidak pernah. Mereka selalu memandangku aneh, cupu and bla bla bla.

Bel pulang sekolah berbunyi, aku bergegas mengemasi buku-buku ku kedalam tas.

"Mau kemana Lo cupu buru-buru amat" Sindir Salsa yang tak ku hiraukan.

"Lah nantangin"

"Mau kamu apa sih Sa, aku punya salah apa sama kamu"Tanpa sadar kata-kata itu lolos begitu saja dari mulutku. Dengan segera aku menunduk sembari menggigit bibir bawahku.

Salsa menarik kerah seragamku" Sini Lo cupu" Dan mendorong tubuh ku hingga jatuh kelantai.

"Apaan sih Lo Sa, Lo udah keterlaluan tau gak" Ucap Dani teman sekelas ku

"Cihhhh, Lo mau belain si cupu ini hahhh"

"Gw gak belain , sebagai cowok gw risih liat kelakuan Lo"

"Lo juga Ra, jadi cewek lemah amat" Setelah mengatakan itu Dani melenggang pergi keluar kelas.

***

Aku sudah mengganti seragam sekolahku dengan kaos dan juga jeans hitam panjang. Aku bekerja sampingan disalah satu cafe di dekat sekolahku.

Sebenarnya alasan utama ku bekerja karena aku memang membutuhkannya, setiap bulan ayah memberiku jatah uang jajan namun Ema selalu mengambilnya dariku bahkan tak menyisakan setikitpun untukku.

“Ra, lo gak mau istirahat dulu?” Itu satu-satunya temanku sekaligus rekan kerjaku Sami.

Aku menggeleng

“Yaudah, kalo Lo capek gak usah dipaksain” Terang Sami

“Ok” Jawabku

Bisa dibilang Sami adalah pria yang baik tampan pula. Kalau boleh jujur aku memang sedikit menyukainya tapi apa wanita sepertiku pantas untuknya.

Karena banyaknya pelanggan hari ini membuat pekerjaanku sangat sibuk sampai aku lupa jika sudah lewat jam sepuluh malam. Aku dengan segera membereskan pekerjaan ku. Bisa gawat jika orang rumah tau.

"Belum selesai Ra" Tanya Sami

"Sebentar lagi" Jawabku singkat yang masih sibuk menyelesaikan pekerjaanku.

"Gw bantu ya" Tawarnya

"Gak usah Sam, ini tinggal dikit lagi kok"

"Alhamdulillah akhirnya kelar juga" Ucapku sumringah melihat pekerjaanku sudah rapih. Aku pun bergegas ke loker untuk mengambil tas milikku.

Aku sudah berdiri di depan cafe menunggu ojek yang sudah ku pesan dari aplikasi online.

"Ra, masih disini" Aku mengangguk

"Masih nunggu ojek" Tanyanya lagi

"Iya" Jawabku

"Mau gw anter" Tawar Sami

Aku menggerakkan kedua tanganku "Enggak usah Sam, bentar lagi ojeknya sampe kok"

"Ohhhh" Aku menautkan alisku saat mendapati Sami masih berdiri di sampingku

"Kamu kenapa masih disini???gak pulang???"

Tanyaku heran

"Ntar nunggu ojek Lo datang"

"Lo yakin gak mau gw anter aja" Tawarnya lagi

Aku menghembuskan nafasku jengah" Enggak Sami, makasih ya" Ucapku

"Ehhh itu ojekku datang"

"Bye Sam, aku duluan ya" Aku segera berlari kearah Abang ojek

"Mbak Danira" Tanya Bapak ojeknya

"Iya pak" Lalu bapak ojeknya memberikan satu helmnya padaku yang segera kupasang di kepalaku.

"Aku duluan ya Sam" Pamitku

"Tapi besok mau ya Ra gw anter" Ucap Sami sedikit teriak karena bapak ojek sudah menjalankan motornya.

“DARI MANA KAMU DIRA!!!!” Pekik ayah dengan wajah penuh amarah, aku hanya menunduk tak ada nyali untuk menatap wajah ayah.

“JAWAB!!!!PLAKKKK” Sebuah tamparan mendarat di pipiku.

“Dasar anak gak tau diri, mau jadi apa kamu jam segini baru pulang” Itu suara ibu ku yang baru saja keluar dari kamar

“Yah, ma-maaf Di-Dira…”

“PLAKKKK” Lagi-lagi sebuah tamparan mendarat di pipiku.

“Paling dia habis foya-foya pakek uang mamah” Tuduh Ema padaku yang membuat ayah semakin marah padaku.

“Jawab Dira, apa yang kamu lakukan diluar sana sampai jam segini baru pulang"

"A-aku " Ayah menghempaskan tubuhku hingga jatuh kelantai

"SEJAK KAPAN KAMU LIAT KAYAK GINI, JAWAB DIRA DAN LAGI KAMU CURI UANG IBU KAMU HAHHH"

“Enggak yah Dira gak ngambil uang ibu” Bantahku yang mulai berderai air mata

“Mana ada maling mau ngaku" Ucap Ema lagi

“Ulurkan tanganmu” Perintah ibuku yang langsung kuturuti. Ibu memukul tanganku dengan gagang kemoceng.

Cetakkk cetakkk

Begitulah kira-kira bunyi gagang kemoceng yang bertubrukan dengan punggung tanganku.

“Bu, maafin Danira, Dira janji gak akan lakuin itu lagi" Ucapku memohon

"Jadi kamu sekarang ngaku kalo kamu malingnya" Aku hanya menunduk mendapatkan tuduhan itu, yang jelas-jelas bukan aku pelakunya

Ku tatap wajah ayah yang sama sekali tak bergeming melihat ibu menghukumku.

Author POV

Saat Danira hendak masuk kedalam kamarnya tiba-tiba saja Ema menarik tangan Danira dan membawanya masuk kedalam kamarnya.

Ema memojokkan tubuh Danira Kedinding, menatapnya sinis.

"Gw gak akan bikin Lo ngerasa nyaman dirumah ini" Ucapnya

"Salah aku apa Ema"

"Gw udah tau siapa Lo sebenarnya"

"Maksudnya?"

"Lo anak ****** yang udah ngancurin keluarga gw" Ema menjengut kasar rambut Danira membuat Danira meringis kesakitan

"E-ema"

"Harusnya dari dulu keluarga gw gak usah nampung Lo"

"Lo sama Lo sama, sama-sama suka ngerebut milik orang lain Dasar ****** sialan" Kata-kata Ema benar-benar membuat hati Danira tertusuk.

"Apa yang kamu omongin bener-bener jahat Ema"

"Jahat mana sama nyokap Lo yang murahan itu"

"Cukup Ema Lo boleh hina aku, tapi jangan pernah kamu ucap yang enggak-enggak soal ibuku" Ema mendorong tubuh Danira keluar dari kamarnya.

Danira masuk kedalam kamarnya, menumpahkan segala sesak di dadanya. Danira tidak menyangka jika adiknya Ema akan berbicara sebegitunya.

Berkali-kali Danira menguatkan dirinya sendiri, kalau bukan dirinya sendiri siapa lagi yang mau menguatkannya.

Danira mengambil bingkai foto ibunya di meja belajarnya. Ditatapnya dalam-dalam wajah orang yang sangat ia rindukan kehadirannya. Danira sangat ingin memeluknya saat ini.

Buk, Danira gak pernah benci sama ibu Danira yakin ibu orang baik Danira yakin ibu gak pernah menghancurkan keluarga ayah.

Danira memeluk bingkai foto ibu nya, menenggelamkan wajahnya di lipatan kedua tangannya. Ia tidak ingin Isakannya terdengar hingga ke luar.

Tapi rupanya didepan pintu kamar Danira sudah berdiri seseorang yang mendengar semua kesedihan yang dirasakan Danira saat ini. Ya orang itu adalah Dewa, Abang tiri Danira.

Reading continue.....

Please follow me😊

Share cerita ini ketemen-temen kalian,

Tinggalin komentar ya, biar kita saling kenal😁

Vote for continue reading 👍

See you❤️🙏

Terpopuler

Comments

💎hart👑

💎hart👑

masih nyimak

2022-10-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!