Alice

Akhirnya hari ini tiba, seperti biasa aku menjadi mahasiswi paling rajin di kelas mata kuliah ini. Aku sudah sampai duluan, dan kelas masih sepi seperti kuburan. Aneh? Padahal kelas akan di mulai sepuluh menit lagi, tapi aku tidak menemukan tanda-tanda kehidupan di kampus. Lorong lantai tiga ini terlalu sepi untuk pagi ini.

Masa bodoh, aku tidak peduli. Lagi pula tidak ada pengumuman jika kelas ini libur. Aku mengeluarkan ponsel, ku sambungkan ke WIFI yang tersedia di kampus. Tidak lupa aku juga mengeluarkan headsetku. Kemudian, ku sambungkan kedua benda sakti ini yang bisa menghasilkan suara dan gambar untuk menghiburku sepuluh menit ke depan. Lalu, aku membuka suatu aplikasi di layar ponselku. Aku sibukkan diri untuk memilih video dari ratusan bahkan ribuan video yang muncul di sana.

“Ketemu.” Gumamku.

Aku memilih MV boyband ternama dari Korea selatan. Aku memasang headsetku dan mulai menikmati video berudurasi empat menit ini. Tidak terasa aku menghentakkan kakiku pelan sesuai dengan irama musik dari video ini.

Sreett.

Tiba-tiba terdengar suara keras menggema di ruangan ini. Seperti suara kursi yang di seret. Reflek aku mencari sumber dari suara itu. Aku masih bisa mendengar suara dari luar. Karena aku memutar dengan volume sedang. Agar nanti aku tidak keterusan asik dengan dunia ku.

“Oh ternyata ada yang datang.” Batinku.

“Eh tunggu dulu... itu kan si kakak tingkat yang populer itu. Kalau Nana di sini pasti dia heboh. Ngomong-ngomong kenapa dia rajin sekali hari ini. Kemarin, dia datang hampir berbarengan dengan dosen. Ah perasaanku kok semakin gak enak.” Batinku lagi.

Aku mencoba untuk menepis pikiran negatifku. Ku fokuskan pikiranku ke video streaming yang sedang berlangsung. Dan it’s work. Aku kembali tenggelam ke duniaku.

Empat menit berlalu begitu cepat. Aku mendongak kan kepalaku memeriksa keadaan kelas ini. Waw! Ternyata sudah hampir terisi penuh. Mungkin sebentar lagi dosen akan datang. Masih tersisa waktu sekitar lima menit. Cukuplah untuk memutar satu video musik lagi. Saat aku sibuk memilih tiba-tiba.

“Psst....”

Aku menoleh ke sumber suara. Oh ternyata ada Nana di sampingku. Dia sudah duduk rapih dengan tas di atas meja. Aku penasaran dengan kehadiran Nana di sini. Lalu, aku melepas headsetku dan mulai memulai sesi wawancara.

“Kenapa di sini? Katanya pindah kelas? Gak jadi? Apa di mulai bulan depan? Atau malah ganti hari dan jam lain?” Tanyaku beruntun.

“Jadi kok.” Jawab Nana singkat.

“Hla terus ngapain di sini?”

“Nanti aku konfirmasi ke pak Budi dulu, kalau aku pindah ke kelas bu Nety. Sekalian sama anak-anak lain.”

“Anak-anak lain? Ada berapa anak?”

“Sepuluh anak kayaknya.”

“Waw lumayan, ya.”

Aku mengangguk paham. Ingin sekali aku bertanya lagi, namun sepertinya akan sia-sia. Nana sedang sibuk sekarang. Iya, sibuk memperhatikan si idola kampus itu. Aku jadi ingin menggoda Nana dengan mengatakan aku bahwa... ah tidak. Nanti aku di kira naksir cowok itu. No no no.

Aku lihat jam tanganku, ah tidak ada waktu lagi untuk mendengarkan musik. Karena tersisa dua menit lagi. Sudahlah, ku simpan ponsel dan headsetku dan mulai bersiap mengikuti kelas. Pak Budi termasuk dosen yang disiplin terhadap waktu. Mungkin beliau sudah dalam perjalanan menuju kelas ini.

Dan, benar dugaanku. Baru saja selesai memasukkan dua benda ajaib tadi. Pak Budi sudah datang. Memang dosen ini, panutanku.

“Selamat pagi anak-anak.” Sapa pak Budi.

“Pagi pak.” Jawab kami serentak.

“Oh iya, saya sudah dengar. Katanya ada yang mau pindah kelas ya.” Ucap pak Budi langsung pada intinya.

Beberapa mahasiswa/mahasiswi serentak menjawab. Pak Budi langsung menyuruh mereka yang akan pindah kelas untuk maju ke depan dan memberi tanda siapa saja yang meninggalkan kelas ini.

“Duluan ya.” Ucap Nana.

Aku hanya tersenyum menatap kepergiannya. Drama sekali aku. Tapi memang di tinggal teman pindah kelas itu rasanya gak enak. Jadi berasa sendiri aja meski di tempat ramai gini. Mengingat aku hanyalah ‘mahasiswa kupu-kupu’ yang tidak memiliki banyak teman.

Tidak butuh waktu lama untuk mengurus perubahan mahasiswa yang pindah kelas. Begitu selesai pak Budi langsung mengabsen mahasiswa/mahasiswi yang tersisa. Pak Budi mengabsen sambil menayakan dan memberi nomor kelompok yang berisi dua orang. Hingga sampailah pada namaku.

“Alice Putri.”

“Saya pak.”

“Kamu satu kelompok sama siapa?”

“Belum tau pak.”

“Oke.”

Pak Budi langsung melanjutkan absennya. Yah ternyata bukan cuma aku yang gak punya teman untuk kelompok kali ini. Masih ada beberapa mahasiswa yang belum punya teman kelompok.

“Oke, yang belum ini langsung saya pilihkan ya.” Ucap pak Budi.

“Baik pak.”

Pak Budi menyebutkan satu persatu nama anak dan nomor kelompok mereka. Sepertinya pak Budi memilihnya secara acak. Hingga nama si idola kampus itu di panggil.

“Daffin.” Panggil pak Budi.

“Iya pak.”

“Kamu sama Alice ya. Mana yang namanya Alice?”

“Apa?! Aku ?! Kenapa?” Batinku.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!