Daffin

Hai perkenalkan namaku Daffin. Aku mahasiswa jurusan pendidikan. Hari ini adalah hari pertama aku masuk kampus setelah mengambil cuti selama setahun. Aku baru saja kembali ke Indonesia. Jadi, selama aku cuti aku berada di luar negri untuk mengikuti kelas bisnis yang di selenggarakan oleh perusahaan papaku.

Lah? Beda jurusan dong sama kuliahnya? Iya memang. Sekilas info ya. Aku dulu kekeh banget jadi seorang pendidik. Bagiku keren aja gitu jadi pendidik. Eh begitu aku terjun ke jurusan ini. Aku merasa bidangku bukan di sini.

Memang aku menikmati dunia pendidikan berbagi ilmu ke semua orang, hanya saja aku orangnya gak suka hal-hal yang menyangkut formal, seperti harus berpakaian rapi karena menjadi contoh teladan misalnya. Ini bukan gayaku. Aku suka kebebasan, berpakaian sesukaku, mix and match pakaian yang mungkin norak dan aneh. Tapi nyaman di pakai.

Oh iya, aku juga suka traveling, mencari inspirasi baru kemudian di kembangkan menjadi bisnis. Memang jauh buah tidak jatuh jauh dari pohonnya.

Kembali ke dunia kampus. Aku sengaja berangkat agak terlambat hari ini. Karena ini hari pertama, biasanya hanya perkenalan, kontrak kuliah, pembagian outline dan kelompok. Saat berjalan di lorong aku merasa ada  keanehan. Beberapa mahasiswi di sini menatapku dengan tatapan yang, aneh?. Mungkin ini akibat dari kakak tingkat yang ambil mata kuliah adik tingkat, auto jadi bahan ghibah kali ya.

“Bro! Udah balik.” Sapa teman seangkatanku Rey.

“Udah bro! Tumben ambil kelas pagi?”

“Iya, semua mata kuliah ini di jadwal pagi semua.”

“Mata kuliah apa emang?”

“Statistik.”

“Jiah, statistik kan bikin pusing. Pantes aja di taruh jadwal pagi.”

“Eh ntar abis kelas kita ngopi dulu ya. Aku duluan, nih udah sampai.”

Rey langsung masuk ke kelasnya. Sekilas aku melirik ke dalam. Yah aku jadi rindu dengan teman-teman seangkatanku. Tapi gak apa-apa lah, gak masalah lulus telat. Yang penting kita berusaha untuk cari pekerjaan dan selalu upgrade skill.

Aku berjalan menuju kelasku. Pemandangannya berbeda, hampir semua mata tertuju padaku. Aku mulai muak dengan tatapan mereka. Pasti mereka berpikir negatif karena aku mengambil mata kuliah semester bawah. Dasar bocah.

Tidak lama kemudian, kelas di mulai. Benar dugaanku, kelas ini hanya di isi dengan perkenalan, kontrak kuliah, pembagian outline dan kelompok. Pembagian kelompok adalah hal yang aku takuti. Aku gak kenal siapa-siapa di sini? Harus gimana coba? Ah di pikir nanti aja deh. Yang penting habis ini nongkrong dulu sama temen-temen kali aja ada yang punya gebetan adik tingkat buat cariin temen kelompok.

***

Akhirnya kelas ini selesai juga. Tanpa berpikir panjang aku langsung keluar dari kelas ini. Kelas ini sangat menyiksaku. Tatapan mereka itu yang membuatku tidak nyaman. Tapi, mungkin beberapa kelas lain akan seperti ini juga. Mungkin?

“Bro!” Sapa Rey yang sudah menungguku.

“Wih... gimana-gimana di luar negri. Banyak cewek cantik dong pastinya? Kenalin dong.” Ucap Burhan si playboy cap kadal yang ternyata juga sudah menungguku.

“Cewek mulu.”

“Udahlah, gass ngopi-ngopi.”

“Gass, tapi aku masih ada kelas lagi nanti di jam 5-6.” Ucap Burhan.

“Oh kasihan....” Ucapku dan Rey kompak.

Burhan hanya menunjukkan wajah datanya yang biasa di tunjukkan ke cewek-cewek waktu PDKT. Apa sih istimewa nya wajah datar itu? Kok bisa sih bikin cewek klepek-klepek? Kelihatan ganteng? Yah ganteng sih. Tapi tetep lebih ganteng aku dong. Heran deh sama cewek-cewek suka banget sama cowok cuek datar nan dingin?

Kami bertiga langsung meluncur ke kafe favorit kami. Di sana semua karyawan sudah hapal dengan kita saking seringnya ke sana. Belum lagi, nih si Burhan selalu melancarkan modusnya pas ketemu pelayan kafe yang menurutnya cantik.

“Loh mas Daffin udah balik ya.” Sapa salah satu karyawati.

“Iya nih.”

Aku heran, kenapa si cewek ini masih aja kerja di sini? Ini udah satu tahun loh. Dia sepertinya lebih muda dari aku. Tapi, entahlah. Itu urusan dia. Gak kepo kalau dia gak ngomong ke aku.

Kami pun memesan kopi dan beberapa camilan. Waw, ternyata ada lima menu baru dalam satu tahun. Memang berkembang pesat ya kafe ini. Duh, jadi penasaran nih apa rahasia si owner. Lah kan, aku gagal fokus lagi.

“Gimana cewek di sana? Ceritain dong.” Ucap Burhan antusias setelah kami memesan.

Plak!

“Cewek mulu. Belajar setia.” Ucap Rey sambil menepuk punggung Burhan sekeras mungkin.

Dulu, kata Rey, dia mau ngeluarin setan playboy yang merasuki Burhan dengan cara menepuk-nepuk punggungnya keras-keras. Padahal aku tau, itu memang cara Rey cari kesempatan pukul si Burhan.

“Apa sih? Mumpung masih muda itu memperluas wawasan. Jadi besok kalau udah punya istri tau cara ngadepinya. Kan udah banyak pengalaman.” Sanggah Burhan.

Memang, burhan selalu punya alasan untuk membenarkan kelakuannya itu. Ngomong-ngomong rasanya aku senang sekali bisa melihat dua sahabat ku baku hantam di depanku. Memang ini adalah momen paling epik lah.

“Iya kan Daf.” Ucap Burhan mencari persetujuanku.

Aku hanya diam seribu kata. Tidak mau ikut campur urusan mereka. Dan terjadi lah baku hantam yang lebih di tambah adu mulut. Sekarang sudah mulai saling menonjok kecil. Dan sumpah serapah keluar dari mulut mereka.

“Udahlah.” Kesal Rey.

Lagi-lagi Burhan yang menang. Burhan memang tidak tertandingi dalam berdebat. Kelemahannya? Apa ya? kalian lihat nanti saja biar tau kelemahannya. Karena dia selalu terlihat sekuat baja di depanku.

“Eh bro. Gimana rasanya ambil kelas semester bawah?” Tanya Rey.

“Gak enak, di lihatin mulu sama mereka. Bahkan saat aku masih di lorong mereka sempet melirik aku.” Ucapku kesal.

“Hahah... kayaknya gosip itu bener deh.” Sahut Burhan.

“Apa?!”

“Kata gebetan ku, adik tingkat yang MABA. Kamu tuh terkenal. Gosipnya sih, kamu di nobatkan sebagai idola kampus yang bikin cewek-cewek klepek-klepek cuma dengan lihat wajahmu doang. Sampai-sampai aku dulu merasa kalah saing. Untung kamu ambil cuti.” Jelas Burhan.

Tunggu sebentar. Idola kampus? Aku? Aku habis cuti setahun. Terus lagi Burhan bilang ‘gebetannya yang masih MABA (Mahasiswa Baru). Ini benar-benar tidak masuk akal. Sangat tidak masuk akal.

“Masak Daffin terkenal sampai ke MABA?” Tanya Rey tidak percaya.

Burhan hanya mengangguk. Aku dan Rey saling menatap tidak percaya. Bagaimana bisa seorang mahasiswa seperti ku yang sudah ambil cuti satu tahun bisa menjadi idola kampus? Tidak masuk akal.

“Gimana ceritanya?” Tanyaku  dan Rey kompak.

Sebelum Burhan mulai bercerita, dia melirik sekilas seseorang di belakangku. Ternyata pesanan kami datang di antar oleh karyawati yang sama yang menerima pesanan kami tadi. Aku tersenyum tipis ke karyawan itu. Bukan genit, hanya menghargai pekerjaannya sebagai karyawati di kafe ini. Jujur, aku juga kagum dengan loyalitas bekerja nya.

“Silahkan kak kopi nya.”

“Terima kasih.” Jawab Burhan datar.

Lagi-lagi Burhan mencoba menebarkan pesonanya. Kalian tau rasanya saat melihat Burhan tebar pesona? Rasanya ingin melayangkan tinju ke mukanya yang sok ganteng itu.

“Jadi, gini kita kan udah semester lima nih. Nah selama Daffin kuliah di semester satu dan dua. Udah banyak mahasiswi bahkan kakak tingkat yang naksir diam-diam. Mereka sangat mengagumi ‘ketampanan yang misterius’ milik Daffin, katanya.” Ucap Burhan dengan menekan kata terakhir.

“Terus?” Tanyaku antusias.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!