Semua mahasiswa baru telah berkumpul di lapangan sesuai dengan instruksi yang telah diberikan.
"Selamat pagi adik-adik semua. Bagaimana kabarnya?" Tanya kakak tingkat yang berdiri di podium.
"Baik kak," Sahut mereka serentak.
"Selamat datang di Harvard University dan selamat bagi kalian yang telah berhasil diterima di universitas tercinta kali ini. Saya, Adamson Quirrel, selaku wakil ketua himpunan disini akan menyampaikan beberapa informasi penting untuk kalian mengenai kampus kita tercinta ini..." Adamson menjelaskan segalanya secara detail. Sekelompok orang datang ke tengah lapangan dan menarik semua kaum hawa yang ada disana, kecuali Karen. Gadis cilik itu sama sekali tak menggubris kedatangan sang idola kampus yang berjalan kearah podium. Dia baik-baik mencatat setiap ucapan yang dilontarkan oleh Adamson di depan sana.
Pria itu menepuk pundak Adamson untuk memberikan kesempatan berbicara kepadanya.
Heh wanita jelek, kita bertemu lagi.~Batin pria itu.
Pria yang dimaksudkan adalah Andrew Rivaldo, seorang pria tampan sang idola kampus. Andrew melihat Karen dengan sekilas di tengah-tengah kerumunan yang ada disana dan lebih parahnya lagi, hanya Karen yang tidak menyambut meriah kedatangannya. Hal itulah yang membuat rasa ingin menjahili wanita itu muncul dalam benak Andrew.
"Ahem. Selamat pagi untuk semua. Saya Andrew Rivaldo, Ketua himpunan International Relations, menginginkan untuk kalian memperkenalkan diri kalian masing-masing. Dimulai dari gadis berkacamata dengan rambut dikepang dua dipojok sana." Andrew menunjuk kearah Karen.
Karen yang sedari tadi fokus pada bukunya dan memperindah catatannya pun tetap tidak menggubris panggilan pria itu.
"Hey yang dipojok sana. Apa kamu tuli?" Tanya Andrew kasar dan lantang.
Semua orang menertawai Karen disana. Karen segera tersadar bila dirinya tidak dalam posisi yang baik-baik saja.
Apa? Pria ini lagi? Sial! Pasti dia sengaja menargetkanku!!!~Batin Karen geram.
Tapi kamu harus sabar Karen. Nanti setelah sepenuhnya lolos makets, aku akan memberinya pelajaran!!! ~ Sambungnya dalam hati. Karen mengelus dadanya pelan sebelum maju ke depan.
"Iya kak. Maaf saya sedang melakukan hal lain," ucap Karen sopan.
Heh, wanita yang pandai berpura-pura. Menarik!!~Gumam Andrew dalam hati sambil tersenyum licik.
"Tunggu apa lagi? Cepat maju sana!" Bentak Andrew.
"Ba-baik kak," jawab Karen terbata-bata. Ini adalah pertama kalinya dia dibentak oleh seseorang. Sebelumnya, dia begitu dipuja dan dimanja semua orang, bahkan dia adalah wanita idaman di sekolahnya dulu.
Benar kata temannya kala itu. Dunia kampus itu kejam. Jika kita tidak pintar dalam menyiasatinya, maka kitalah yang akan terbunuh di dalamnya. Karen dengan senyum terpaksa maju ke depan podium, berdiri sejajar dengan Andrew. Kulit putih mulusnya diterpa teriknya sinar mentari, membuatnya bak disorot oleh alam.
"Bocah cupu, perkenalkan diri lu dengan benar." Andrew mengancamnya dengan menunjuk kepadanya, membuatnya lebih bergetar ketakutan.
Tidak Karen. Kamu harus berani. Pria baj*ngan ini, semakin kamu turuti, dia akan semakin merajalela. ~Batin Karen.
"Ok, perkenalkan nama saya Karen Wi..." Karen teringat bila dia menyamar seperti sekarang dengan tujuan untuk menutupi identitasnya.
"Winona. Saya Karen Winona, umur 15 tahun. Saya berasal dari Staten Island Technical High School, terimakasih," ucap Karen di depan semua orang berusaha untuk percaya diri.
"Wo wo. Ga nyangka ya, lu ternyata bisa berubah secepat itu ya. Hey bung, tadi lu nyimpen itu semua dimana?" Tanya Andrew membuat Karen semakin kesal.
"Maaf ya kakak senior, saya adalah mahasiswa baru dan tidak kenal anda sama sekali. Jadi, tolong jangan persulit saya dengan hal konyol yang kakak katakan." Karen melihatnya hingga matanya terasa hampir lepas dari tempatnya. Wanita itu dengan beraninya menunjuk Andrew di depan semua orang.
Samar-samar mereka terdengar beberapa kalimat yang mengarahkan kepada Karen.
"Siapa ya wanita itu? Berani sekali dia membentak kakak tingkat, apalagi kak Andrew adalah kahim. Benar-benar deh," Gumam seorang gadis di tengah-tengah mahasiswa baru yang berdiri disana.
Wanita ini... Dia bahkan benar-benar tidak menghiraukanku?! Lihat saja nanti.~Batin Andrew.
"Apakah kamu tahu siapa dia?" Tanya anak buah Andrew.
Karen menatapnya dengan acuh.
"Dia adalah ketua himpunan disini. Aku jamin, kamu tidak akan lolos makets jika kau menentangnya sekali lagi," Sambungnya.
Karen menggertakkan giginya kesal dengan apa yang terjadi pada dirinya.
Sial! Bisa-bisanya aku menyinggung ketua himpunan? Oh god, ini benar-benar tidak adil. ~Batin Karen.
"Sudah tahu takut? Sekarang cepat minta maaf." Andrew menunjuk kakinya seakan menunjukkan kepada Karen untuk bersujud memohon kepadanya.
Karen yang mengerti maksudnya pun hanya dapat menggertakkan giginya dan dia pun mulai membungkukkan badannya.
"Ma-maaf kakak. Sa-saya tidak bermaksud untuk memarahi kakak," ucap Karen yang akhirnya mengalah.
Andrew berdecit seraya berkata
"Hanya begitu saja?"
"Lalu, kakak menginginkan saya melakukan apa?" Tanya Karen pasrah.
"Menarilah untukku. Jika aku merasa puas, maka aku akan memaafkanmu," ucap Andrew mulai menampakkan aslinya.
"Kamu!!" Pekik Karen.
"Kenapa? Ga terima? Ya udah kalau begitu, kamu out aja dari sini," ucap Andrew mengancam.
"Guys, aku beritahu ke kalian ya. Jika sampai ada yang memberinya satu kata informasi pun kepadanya, aku akan menghukum kalian..." Kata-kata Andrew tertahan saat Karen memotongnya tiba-tiba.
"Baiklah, aku akan menuruti keinginanmu," ucap Karen.
"Good" Andrew terduduk santai bak raja dengan menyilangkan kedua tangannya.
Dasar pria baj*ngan!!! Aku ga bakal sudi punya suami kayak kamu. Amit- amit.~Umpat Karen dalam hati.
...*....*...
Pukul 15.30...
Sekarang adalah waktunya bagi seluruh siswa untuk pulang ke rumahnya, terutama Staten Island Technical High School, New York, Amerika Serikat.
Clarissa pulang dengan riang gembira hingga saatnya tiba dia memperoleh pesan dari ayahandanya.
"Sasa, kamu setelah pulang langsung ke rumah sakit. Mama tiba-tiba ngedrop." Pesan Wisnu itu membuat dunia Clarissa terasa berhenti untuk sesaat.
"Sa, ada apa?" Tanya Jasmine setelah menangkap ekspresi Clarissa berubah.
"Mama... mama masuk rumah sakit lagi. Kata papa, mama ngedrop," jawab Clarissa yang telah tak dapat membendung air matanya lagi.
"Kamu ke rumah sakit sekarang,ok? Masalah ulang tahunmu besok, aku akan membantumu menyiapkannya. Kau hanya perlu tenang," ucap Jasmine menenangkan.
"Thank u," jawab Clarissa lembut.
"Kalau kau membutuhkan bantuan, hubungi mereka maka mereka akan membantumu." Clarissa memberikan kartu nama Karen dan Lauren disana.
"Lauren William... Karen William...," eja Jasmine pelan.
"A-apa kau ya-yakin ingin aku menghubungi mereka?" Tanya Jasmine ragu-ragu.
"Iya," jawab Clarissa mantap.
"Kalau begitu, aku pergi dulu. Maaf sudah merepotkanmu." Clarissa berlalu pergi meninggalkan Jasmine yang masih mematung disana. Bagaimana mungkin dia memiliki keberanian untuk menghubungi kedua putra dan putri dari keluarga William disana.
Tunggu, aku pernah mendengarkan tentang Lauren William. Dia sangat tampan dan berbakat, namun siapa Karen William? Bukankah tuan Lauren tidak pernah mengatakan dia memiliki adik sebelumnya?~Batin Jasmine.
...*....*...
Clarissa telah tiba di rumah sakit tempat ibundanya di rawat. Clara terlihat semakin memprihatinkan. Wanita itu hanya terbaring lemah tak berdaya di ranjangnya dengan dilakukannya beberapa tindakan oleh sang dokter.
"Ma... ma..." Clarissa memanggil namanya lirih meratapinya dari luar ruangan, namun gadis itu tidak menemukan sosok ayahnya disana.
Dia tidak memedulikan itu. Dia hanya menginginkan untuk memeluk mamanya saat ini dan menghiburnya seperti sedia kala.
"Hei, anak papa sudah datang," sapa Wisnu masih dengan senyumnya yang merekah.
Wisnu mendekati Clarissa dengan memberikan sebuah botol air minum ditangannya.
"Minumlah," ucap wisnu.
"Jangan menangis dong jagoannya papa. Gimana sama sekolahan hari ini? Semuanya lancar?" Tanya Wisnu mengalihkan perhatian Clarissa.
"Lancar. Tapi, aku salah berucap. Aku tidak sengaja berbicara lancang dan mengundang semua orang..." Clarissa menunduk malu atas perbuatannya sendiri. Badannya sedikit bergetar ketakutan, dia takut Wisnu akan sangat marah besar kepadanya yang bahkan tidak dewasa itu.
Namun, Wisnu tidak marah atas perbuatannya. Pria itu mendekati anaknya yang sudah hampir mati ketakutan.
"Tak apa. Ayah tahu ayah bukanlah ayah yang baik dan membiarkanmu tidak merasakan bagaimana rasanya ulang tahun yang dirayakan dengan meriah. Biarkan kali ini mereka membungkam mulut mereka dengan kemegahan pestamu. Tanggal 15 masih satu minggu lagi, kurasa cukup untuk mempersiapkan segalanya," ucap Wisnu dengan tenang sambil mengelus lembut rambut anaknya.
"Benarkah?" Tanya Clarissa dengan mata berbinar.
"Iya. Tapi, Sasa harus terus berdoa supaya mama cepat bangun," ucap Wisnu.
Clarissa mengembangkan senyumnya lagi. Dia terus berdoa tanpa henti sesuai dengan permintaan Ayahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
nafisahh❤️❤️❤️
oh yg Adrew ... Andrew jgn terlalu tega nanti' jatuh cinta loh
2022-09-04
2
@༄㉿ᶻ⋆ ♕Bᵤₗₐₙ ⱼᵢₙggₐ❤💚⚞ል☈⚟
ya ampun andrew tega kali kmu memperlakukan karen kaya gitu awas aj ntar jatuh cinta 😤😤
2022-09-04
0
༄༅⃟𝐐Vee_hiatus☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
sabar karen sabar masih permulaan harus banyak" stok sabar setelah hari ini
2022-09-04
0