Disebuah caffe tak jauh dari Pranata’s Company duduk seorang wanita masih dengan setelan untuk wawancara kerja sedang bercengkrama dengan seorang wanita sebayanya.
“Gila Yur gilaaa, ini adalah hari yang paling membahagiakan di hidup gue” ucap Airin dengan sangat menggebu-gebu.
“Apaan si lo ga jelas banget, kesambet apaan lo” ucap Yuri sahabat Airin sejak kecil.
Mereka sudah bersahabat sejak mereka berumur 10 tahun, rumah mereka dulunya bersebelahan, tapi 5 tahun setelahnya Yuri pindah rumah. Tapi, meskipun begitu mereka tetap rutin bertemu dan bermain bersama, mereka juga satu kampus saat kuliah dulu. Saat ini Yuri bekerja di perusahaan fashion terbesar di Jakarta.
“Gue…. Di terima kerja…. Diiiiiii” ucap Airin putus-putus agar Yuri penasaran setengah mamp*s.
“Dimana? Jangan buat penasaran lah anjir, gua tabok juga lo” ucap Yuri jengkel.
“Coba tebak” ujar Airin sok misterius.
“Ribet banget si lo, dimana sih? Counter HP?” Yuri mencoba menebak.
“Ish… yang srius dong nebaknya” ucap Airin.
“Ya dimana, gue ngga tauu, buruan kasih tau” desak Yuri yang sudah penasaran dari tadi.
“Di PRANATA’S COMPANY!!!!” ucap Airin setengah berteriak dan melakukan gerakan heboh ala cewek-cewek pada umumnya sehingga banyak pengunjung caffe tersebut menoleh padanya.
Mendengar itu Yuri membulatkan matanya dan menutup mulutnya dengan terlapak tangan nya sendiri.
“OMG… serius lo? Lo ga lagi halukan ?” Tanya Yuri kaget dan setengah tidak percaya. Karena setahunya untuk masuk ke Perusahaan itu sangatlah sulit.
“Enggaklah gila ini beneran, sumpah gue seneng banget Yur, mimpi gue bener-bener jadi kenyataan” ucap Airin lagi-lagi dengan senyum bahagianya.
“Alhamdulillah deh kalo gitu, lo jadi ga nganggur lagi dan ga ngerecokin gue pas lagi kerja” Yuri sebal jika sahabatnya ini sudah memaksa untuk menemaninya pergi, sedangkan dia masih ada jam kantor.
“Kaga lagi deh Yur, lo bebas sekarang” ucap Airin.
“Yar Yur Yar Yur, masih aja ya lo manggil gua Yur, jijik gue dengernya. Panggil nama gue dengan lengkap, YURI” tegas Yuri karena dia sudah sangat muak mendengar Airin memanggil dirinya dengan menghilangkan satu huruf dari namanya.
“Yaelahhhhhh, biar cepet kali,” kilah Airin tak mau kalah.
“Pala gue yang cepet meledak ngadepin lo” ucap Yuri sudah benar-benar frustasi.
“Eh tapi Rin, lo udah tau belom gosip tentang CEO nya?” ucap Yuri setengah berbisik.
Airin mendekatkan wajahnya ke Yuri guna mempermudah perghibahan mereka yang sebentar lagi akan segera berlangsung.
“Gosip apaan?” Tanya Airin penasaran.
“Emang lo ga cari tau dulu soal CEO nya? Banyak kali di akun lambe lambean soal Pak Sena yang suka main gila sama cewek.” Yuri memberitahu apa yang dia lihat di media sosial mengenai Sena.
“Kaga, gue kaga tau. Lagian ni Yur gue ga peduli dia mau main gila sama cewek kek, main gila sama cowok kek, banci kek, gue kaga peduli. Yang penting gue dapet kerja, biar ga jadi beban keluarga lagi” jelas Airin yang sama sekali tidak perduli dengan gosip yang beredar, yang terpenting baginya dia sudah mendapatkan pekerjaan, ya walaupun masih dalam masa uji coba.
“Yakin lo? Nanti kalo lo yang di incer gimana? Kan masuk ke sono kaga gampang Rin, nah lo kok bisa mudah banget masuk ke sana” ujar Yuri yang masih meyakinkan Airin.
“Mudah pala lo empuk, gue kudu harus musti nangis dulu biar bisa masuk ke sono” kilah Airin tidak terima, karena dia selama ini sudah berusaha keras untuk melewati tahapan demi tahapan seleksi masuk ke perushaan itu, dia harus rela menghabiskan waktu weekand nya demi untuk belajar dan terakhir dia harus nangis karena kebodohannya sendiri sampai akhirnya dia diterima.
*
Pagi ini aku sudah bangun sebelum adzan subuh berkumandang. Aku tidak mau mengambil resiko terlambat lagi seperti kemarin. Setelah mandi dan sholat subuh aku langsung bersiap pergi ke kantor tempatku bekerja sekarang.
Aku sudah duduk dibonceng oleh abang ojol dan untungnya jalanan pagi ini tidak begitu padat seperti kemarin. Setelah sampai di kantor tidak lupa aku memberikan ongkos beserta helm kepada abangnya, takut nanti kejadian kemarin terulang kembali.
Setelah mengurus semua keperluan kontrak kerja di bagian HRD aku segera bergegas naik ke lantai 15 untuk menemui CEO Perusahaan ini.
Harus ku akui bahwa aku lumayan gugup untuk menjalani hari pertama kerja ku, seperti ada tangan yang mengetuk- ngetuk dadaku dari dalam.
Aku sudah sampai di depan pintu berukuran besar yang penuh dengan ukiran bernuasa emas, ku ketuk lalu ku dorong perlahan hingga terbuka sedikit, aku melongokkan kepalaku untuk melihat suasana di dalam.
“Silahkan masuk” ucap Pak Rey yang sedang berada di dalam ruangan tersebut, disana tentu saja dia bersama Pak Sena yang mukanya selalu saja datar seperti papan karambol.
‘Ya Allah kenapa muka Pak Sena serem amat ya’ gumam ku dalam hati karena tatapan Pak Sena begitu mengintimidasi.
“Selamat datang Airin, ayo aku tunjukkan ruang kerjamu” ajak Pak Rey menuju ke sudut ruangan besar ini. Akupun membungkukkan badanku guna meminta izin kepada pak Sena terlebih dahulu untuk mengikuti pak Rey.
Ruang CEO ini bisa di ibaratkan sebuah rumah berukuran 20x30, Ya luas sekali. Dan ruang kerjaku berada di ujung ruangan ini, sebuah ruangan mini yang di lapisi kaca bening sehingga saat aku mengupilpun dapat terlihat dari meja kerja Pak Sena.
“Nah kamu bisa menempati ruangan ini, segala keperluan sudah tersedia semua, jadi kamu tinggal menempati saja. Saya akan menjelaskan sedikit tentang pekerjaan kamu” ujar Pak Rey.
Aku mengguk dan sangat berkonsentrasi mendengarkan penjelasan beliau, agar tidak terjadi miskomunikasi nantinya. Untuk berjaga-saja saja, karna aku belum mengenal pasti seperti apa Pak Sena yang sebenarnya, mengingat sikapnya begitu dingin dan perkataannya sangat menusuk hati. Huft…. Sepertinya aku harus benar-benar menyiapkan mental untuk ini.
“Yang pertama, tugas kamu setiap pagi adalah memberi tahu kepada Pak Sena tentang apa saja jadwal beliau pada hari itu, lalu kedua buatkan kopi dengan takaran 1:1, ingat jangan lebih dan jangan kurang” ucap pak Rey mengigatkan yang ku jawab dengan anggukan saja.
“Ketiga jika ada meeting di luar kantor kamu harus menyiapkan segala keperluan yang akan di bawa, lalu siapkan makan siang pak Sena, dan ingat beliau tidak menyukai makanan yang ada daun seledrinya, jika kamu sampai lupa maka jangan salahkan saya jika pak Sena akan murka” aku meringis mendengar penuturan Pak Rey, apakah hanya karna daun seledri bisa membuat seseorang menjadi murka.
“Ba-baik pak, saya akan sebisa mungkin menjalankan semua tugas saya dengan baik” ucap ku terbata karena sudah lemas duluan mendengar wejangan pak Rey.
“Hmm bagus kalo kamu sudah mengerti, kamu hanya perlu nurut Airin maka hidupmu akan tenang saat bekerja disini” ucap pak Rey agak berbisik.
Aku mengerutkan dahi, tenang? Apa maksudnya. Memangnya aku akan merasakan guncangan seperti apa saat berada disini. Ya terlepas dari sikap Pak Sena yang dingin itu sih.
“Rey” suara berat menggema di penjuru ruangan, yaa itu suara pak Sena yang memanggil asistennya. Sepertinya kami sudah terlalu lama berbincang sehingga pak Sena lelah menunggu.
Pak Rey segera keluar menuju meja kerja pak Sena, aku tidak tau apa yang mereka bicarakan karena aku sibuk menata meja kerjaku dan menghidupkan tablet yang berisi jadwal-jadwal yang akan di jalankan oleh Pak Sena.
***
Maaf ya kalo kurang menarik, tetep dukung ceritaku ya.
Berkomentarlah dengan kata-kata positif❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments