Bab 2

Aku berdiri di depan sebuah pintu berwarna coklat gelap tempat interview berlangsung. entah kenapa aku begitu gugup, rasanya lebih gugup daripada akan di lamar seseorang.

Cih… boro-boro di lamar, di putusin iya.

Aku segera mengetuk pintu itu dan mendorongnya perlahan, ku sembulkan kepalaku untuk melihat suasana di dalam ruangan itu terlebih dahulu.

“Silhkan masuk Airin” ucap seorang pria yang sedang berdiri di samping sebuah kursi single besar yang sedang si putar ke belakang, mungkin kursi tersebut ada yang mendudukinya, entahlah akupun tidak tahu karna kursi itu sangat besar dan tinggi.

“Eh” aku kaget melihat pria tersebut, pasalnya tadi sebelum masuk kesini kami sudah bertemu diluar dan ku putar kembali ingatanku ketika aku berdebat dengannya, ternyata dia adalah interviewer nya.

“Silahkan duduk” ucap pria itu lagi.

“Terimaksih pak” ucapku pelan karna nyaliku sudah ciut.

“Santai aja Airin tidak usah tegang, saya ga gigit kok” ucap pria itu, sepertinya dia orang yang ramah dan mudah bergaul dengan orang baru.

“I-ya pak, sebelumnya saya mau minta maaf atas kejadian yang di luar tadi, maaf karna saya sudah berbicara tidak sopan” ucap Airin tulus.

“Tidak masalah, hal tersebut sudah biasa apalagi sedang buru-buru” ucap pria itu.

“Perkenalkan nama saya Rey, Asisten pribadi CEO perusahaan ini” ucap pria tersebut akhirnya memperkenalkan diri.

“Jadi apa motivasi kamu melamar di perusahaan ini?” Pertanyaan klise yang selalu akan keluar dari interviwer.

Aku menjelaskan secara detail motivasi dan keinginanku bekerja di perusahaan Pranata’s Company ini. Ya sebenarnya simple saja, karna perusahaan ini selevel dengan perusahaan internasional, sehingga aku bisa merasa keren jika bekerja disini, apalagi posisi yang aku lamar sebagai Sekretaris CEO. Namun, tentu saja aku tidak mengatakan yang sebenarnya, nanti bukannya malah di terima tapi malah di lempar dari lantai 15 ini.

Kata demi kata aku rangkai sedemikian rupa dan berusaha berbicara dengan percaya diri yang penuh agar aku bisa lolos menjadi karyawan disini, tapi sebuah kalimat dengan satu tarikan nafas membuatku seketika tercekat.

“Baru interview saja sudah terlambat, bagaimana jika sudah bekerja disini, TIDAK DISIPLIN !” Ucap seseorang yang tiba-tiba memutar kursi single tadi sehingga menghadap tepat di depan wajahku.

“Tidak disiplin dan tidak sopan !” Lanjut pria tersebut dengan menekankan kata tidak sopan.

Wajahku seketika pias ketika melihat wajah pria yang sedang menatapku dengan tajam itu, dia adalah pria bermuka datar yg sempat beradu mulut dengan ku di luar tadi.

Apa dia CEO disini, lancang sekali aku sudah marah-marah kepadanya tadi, aduhhh bodoh sekali kau Airin.

“Ma-maaf pak, saya tadi terjebak macet dijalan dan mohon maaf atas kelancangan mulut saya pak, tadi saya benar-benar sedang terburu-buru menuju kesini” ucapku menyesal, hanya itu yang bisa ku katakan padanya, tidak ada bantahan-bantahan kecil yang bisa ku keluarkan karna semua ini murni kesalahanku.

“Kamu tidak di terima bekerja disini, silahkan keluar!” Ucap pria itu dengan lantang.

Aku diam mematung mendengar perkataan pria yang baru aku baca namanya di papan nama di atas meja “ARYA SENA PRANATA” seorang CEO muda di Pranata’s Company, laki-laki tegas dan dingin dengan semua orang tanpa pandang bulu, tak tergapai dan tak tersentuh. Sebenarnya aku pernah mendengar namanya dari orang di sekitarku, tapi aku tidak tau bagaimana wajahnya.

“Tolong kasih saya kesempatan pak, saya akan buktikan kalo saya layak bekerja disini” aku memohon pada pak Sena.

Bukannya aku sok kenal tiba-tiba menyebutnya pak Sena, itu karena aku pernah mendengar orang-orang menyebut nama Sena sebagai CEO sekaligus pewaris tunggal dari perusahaan ini, namun lagi-lagi aku tidak tau bagaimana bentuk wajahnya.

“Tidak, saya tidak suka karyawan yang tidak disiplin. Rey usir dia” ucap Pak Sena mutlak.

“Tapi pak apa tidak sebaiknya kita pertimbangkan dulu, mengingat kita belum mewawancarainya secara mendalam.” Ucap Pak Rey membelaku.

“Bawa dia keluar” ucap pak Sena.

Aku menunduk dan segera beranjak dari kursi menuju pintu keluar, “saya permisi pak” ucapku lemah.

Aku berjalan menelusuri lorong di lantai 15 itu tanpa terasa air mataku menetes, karena kebodohanku sendiri sengingga aku tidak bisa melanjutkan wawancaraku yang sudah ku nanti-nanti selama ini.

Aku memilih duduk terlebih dahulu di sebuah kursi tunggu di depan sebuah ruangan, aku terlalu lemah untuk turun kebawah dan mencari angkutan amum.

*sementara di sebuah ruangan*

“Sen lu coba dulu lah si bocah helm, siapa tau dia berkompeten kan kita kaga tau, lu maen suruh pegi aja tu bocah” ucap Rey pada sahabatnya Sena.

Rey dan Sena sudah bersahabat sejak mereka SMA, Rey adalah orang yang selalu ada di jatuh bangunnya perjalanan karir Sena. Jadi jika ada orang yang paling mengerti sifat Sena itu adalah Rey, bahkan kedua orang tua Sena pun tidak begitu paham dengan sikap dingin anak semata wayang mereka.

Hal tersebut karena kesibukan kedua orang tua Sena, Sena tidak begitu dekat dengan mereka karena sejak kecil Sena sering di tinggal untuk perjalanan bisnis ke luar negeri, sehingga Sena sering di tinggal bersama pengasuhnya saja.

“Gue gak suka sama orang yang kurang ajar” ucap Sena

“Yaelah, dia gitu karena buru-buru kali, lo aja kalo lagi buru-buru trus di tabrak pasti marah, iyekan?” Ucap Rey terus membela Airin.

“Potensi seperti apa yang harus kita gali lebih dalam dari perempuan bawel seperti itu” ucap Sena karena dia benar-benar tidak suka pada gadis itu.

“Ada satu hal penting yang belum gue sampaikan ke lo” ucap Rey menggantung.

“Apa” ucap Sena penasaran.

“Dia adalah kandidat terakhir yang berhasil sampai di tahap interview dengan CEO, jadi otomatis ga ada lagi yang dateng interview besok. Kita coba dulu lah, yang gue liat dari cara dia menjelaskan motivasinya tadi kayanya cocok jadi sekretaris lo, ngomong nya tegas, lugas dan kata demi katanya juga jelas. Ayolah gue cape nyariin sekretaris buat lo, mana kaga dapet-dapet lagi, mereka pada kabur setelah lo bentak mereka” jelas Rey yang sudah hampir frustasi mencarikan sekretaris yang cocok untuk bosnya itu.

Sena menimbang-nimbang apakah gadis bawel itu akan cocok untuk jadi sekretarisnya, tapi melihat dia sudah menjelaskan dengan sangat bersemangat dan langsung di patah kan oleh Sena tadi rasanya ada rasa sedikit kasian.

Memang benar Sena mengakui kelugasan Airin dalam menjawab semua pertanyaan Rey, saat dirinya belum memunculkan wajah datarnya tadi.

“Yasudah kita coba dulu 1 bulan, kalau kinerjanya tidak bagus langsung pecat dia” ucap Sena memutuskan.

Rey mengangguk lalu segera berlari keluar ruangan untuk mengejar gadis itu, sepertinya dia belum begitu jauh, atau bahkan masih di dalam lift.

Rey menyusuri lorong di lantai 15 mencari keberadaan Airin, langkahnya terhenti ketika melihat seorang gadis sedang duduk sambil menyapu air matanya.

“Airin” panggil Rey pada gadis itu.

Airin mendongakkan kepalanya melihat asal suara itu, “eh pak Rey maaf pak saya akan segera pergi, tadi saya cuma numpang duduk sebentar, permisi” ucap Airin seraya beranjak dari kursi tunggu itu.

“Tunggu” tangan Rey menahan pergelangan tangan Airin.

“Kamu di terima bekerja di perusahaan ini” ucap Rey yang membuat mata Airin berbinar.

“Hah, Yang bener pak? Tapi tadi kata Pak Sena saya tidak di terima” ucap Airin antara percaya dan tidak percaya.

“Beliau berubah pikiran, kamu dapat kesempatan untuk uji coba selama satu bulan, kalau kinerja kamu bagus kontraknya akan di perpanjang. Besok kamu sudah bisa mulai bekerja, datanglah tepat waktu” ucap Rey dan segera berlalu dari hadapan Airin.

Rey minggalkan Airin dalam keadaan mulut menganga untuk beberapa saat. Tanpa sadar Airin melompat kegirahan dan meninju angin kosong di hadapannya.

“Yes… yes… yesss…., ini beneran ni? Gue di terima kerja disini? Gue mimpi gak sihh?” Tanya Airin pada dirinya sendiri.

“Awww” Airin mencubit lengannya sendiri untuk memastikan dia tidak sedang bermimpi. “Sakit banget, Eh berarti ini beneran dong, Terimakasih Semesta. Uhuyyyyy” teriak Airin kegirangan seraya menadahkan tangannya setinggi kepalanya seperti sedang berdoa.

Sedangkan diruangan tempat Sena berada, dia sedang melihat ke monitor yang menampikan rekaman CCTV yang sedang berlangsung saat ini, dia memperhatikan semua pergerakan Airin di layar itu.

“Dasar orang aneh” cibir Sena dan segera mematikan komputernya.

***

Gimana guys kalian suka ga?

Maaf ya kalau agak aneh cerita nya atau kalian ga suka.

Berkomentarlah dengan kata-kata positif❤️

Terpopuler

Comments

Pipin Pipin Ujang murad

Pipin Pipin Ujang murad

lanjut Thor kayak bagus ini cerita nya..

2022-09-14

0

aisyah.sunar

aisyah.sunar

up thor🥳

2022-09-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!