Awal kehidupan pernikahan Sari tampak biasa dan bahagia, setiap pagi Sari menyiapkan sarapan untuk keluarga barunya itu.
"Ya ampun nak, harusnya kamu gausah repot repot nyiapin sarapan, kan ada bibi. " Ibu Mertuanya tampak datang menghampiri Sari yang sedang sibuk menyiapkan sarapan di meja makan.
Sari dan Doni memang tinggal bersama Papa Sandi dan Mama Mirna. Mereka adalah orangtua Doni. Mereka menumpang dirumah Sari yang dibelikan khusus oleh Teguh sebagai hadiah pernikahan.
Alasannya karena mertuanya itu tidak bisa tinggal terpisah dengan anaknya itu. Sari yang memang sudah menganggap mereka seperti orangtua kandungnya dengan senang hati menampung mereka dan mengizinkan mereka tinggal dirumah itu.
"Gapapa kok mah. Aku seneng nyiapin sarapan buat keluarga. Biarin bibi ngerjain pekerjaan yang lain." Sari menjawab sembari meletakkan piring kosong di meja.
Doni dan Papah mertuanya pun turun dan ikut memotong obrolan ibu mertua dan menantu ini.
"Duh, pagi pagi kayaknya seru banget si.. ngomongin aku ya?" Doni tampak memotong obrolan diiringi langkah kaki yang menuju meja makan.
"Dih, anak mamah satu ini koq ya ge'er banget. " Mirna tampak menjawab sambil mencubit tangan putranya.
"Udah udah bercandanya, ayo kita sarapan aja.” Sandi tampak menyudahi obrolan mereka.
Merekapun sarapan pagi bersama.
...----------------...
Pagi itu Sari tampak duduk di ruangan kerja sambil mengecek banyak dokumen penting. Saat sedang serius membaca dokumen yang ada di meja, tiba tiba Doni datang dengan membawa map ditangannya.
"Sayang, tolong tanda tangani ini." Doni tampak menyodorkan sebuah map berisi beberapa lembar dokumen pekerjaan.
Seminggu sekali memang Sari datang ke kantornya untuk mengecek beberapa dokumen dan menandatangi nya.
Sehari hari Sari hanya sibuk menjalankan bisnis cafenya sedangkan bisnis properti semua di jalankan oleh Doni.
Sari sebagai pemilik masih harus menandatangani dokumen penting yang tidak bisa diwakilkan.
"Taruh dulu di meja sayang, nanti biar aku baca dulu. Aku mengecek dokumen ini dulu. " Jawab Sari sembari ia mengecek dokumen yang lain.
"Udah gausah dibaca, ini langsung tanda tangani aja. Ini udah urgent, gabisa nanti nanti." Doni tampak mendesak dan sedikit meninggikan suaranya.
"Iya, cuma sebentar aja koq sayang. Nanti langsung ditandatangani.” Jawab Sari lembut.
"Kamu itu ga percaya ya sama aku, tinggal tanda tangani aja apa susahnya si. Aku buru buru masih ada hal penting lainnya, ini urgent." Doni tampak kesal dan berteriak.
Pagi itu memang sikap Doni tampak aneh dan sedikit kasar. Mungkin dia kecapean, itu yang dipikirkan Sari. Karna itulah dia langsung menandatangani dokumen itu.
KRRIINNGGGG KKKRRRIIINGGG
Handphone Sari berbunyi, Sari yang sudah selesai menandatangani semua dokumen langsung mengangkat HP nya.
"Hallo kak, " Sari tampak sumringah mendapat telpon dari kakaknya.
" Hallo, dengan ibu Sari? "
Sari kaget mendengar suara dibalik telpon itu bukanlah suara kakaknya Teguh. Firasatnya mulai tidak enak, dan degupan jantungnya mulai tak beraturan.
"Ya benar, ini siapa? bukankah ini HP kak Teguh?"
" Iya bu, saya mau mengabarkan bahwa kakak anda mengalami kecelakaan dan sekarang beliau ada di Rumah Sakit Harapan. "
Deggg
Mendengar itu Sari tampak terkejut dan seketika itu menjatuhkan HPnya. Doni yang sedari tadi memang masih berada disitu langsung menangkap tubuh Sari yang terhuyung mendengar kabar mengejutkan itu.
Dari raut wajah Doni, ia tidak tampak terkejut ataupun sedih. Ia justru terlihat lega dan tersenyum tipis.
Sari dan Doni berlari menuju Rumah Sakit yang disebutkan di telpon.
”Dimana korban kecelakaan yang baru saja masuk rumah sakit ini.” Tanya Sari pada resepsionis dengan suara serak dan panik.
”Ibu siapanya?”
”Saya adiknya, tolong kasih tahu saya dimana kakakku.” tanya Sari panik.
”Beliau ada di ruangan ICU.”
Mendengar itu Sari dan Doni langsung berlari menuju ruangan ICU.
Mereka menunggu di depan ruangan ICU karena ruangan itu tertutup. Dokter sedang mengambil tindakan untuk kakaknya.
Sari hanya bisa mondar mandir sambil menangis karena ia merasa khawatir dengan keadaan kakaknya.
Doni hanya menghela napas dan merasa pusing melihat Sari yang terus mondar mandir di depannya, tapi ia juga tidak mungkin menegurnya karena ini Rumah Sakit. Akhirnya Doni mencoba menghindari Sari dengan alasan ingin mengurus administrasi. Padahal dia hanya malas melihat Sari yang mondar mandir terus.
”Aku ke resepsionis dulu ya? mau urus administrasi, kamu duduk dulu aja nunggunya. jangan mondar mandir terus, nanti kamu kelelahan malah jadi pingsan.” ucap Doni kepada Sari yang sedari tadi tidak berhenti untuk mondar mandir di depan ruangan ICU.
”Iya, tolong urusin administrasinya ya? aku mau nungguin kakakku disini.” ucap Sari dengan suara serak karena terus menangis.
Doni pergi ke resepsionis dan mengurus semua administrasinya.
Kali ini gue bayarin dulu deh, anggap aja ini kebaikan terakhir gue. Toh setelah ini semua harta mereka jadi milikku, jadi segini aja gak masalah.
Setelah berfikir seperti itu Doni langsung menulis data pasien wali dan juga membayar semua biayanya.
...----------------...
Hampir 3 jam mereka menunggu tapi belum ada satupun yang keluar dari ruang ICU.
Sari makin panik, dan terus bertanya pada Doni yang memuat Doni menjadi sedikit jengkel dalam hatinya.
”Kenapa dokternya lama banget, kakakku bagaimana ya sayang.” tanya Sari sambil menangis.
”Kamu udah puluhan kali nanya begitu, kamu sabar aja. Dokter kan sedang menangani kakak.” omel Teguh.
Hah, emang lama banget sih padahal mah gue yakin dia pasti mati. Pake dibawa ke rumah sakit aja jadi ngabisin ngabisin duit. Batin Doni.
Tak lama kemudian Dokter keluar dari ruangan ICU dengan wajah yang suram. Sari langsung menghampiri dokter dan bertanya padanya.
”Bagaimana keadaan kakakku dok?” tanya Sari dengan nada lantang.
Dokter menggeleng lalu meminta maaf.
”Maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi kakak anda tidak bisa di selamatkan. Kami turut berduka cita ya bu.” ucap Dokter kemudian ia pergi meninggalkan Sari yang tampak terpukul.
Sari jatuh tersungkur ke lantai dan airmatanya terus menetes.
”Gak mungkin, gak mungkin kak Teguh ninggalin aku.” ucap Sari sambil menggeleng geleng kan kepalanya.
Tak lama kemudian jenazah kakaknya keluar dari ICU dan melihat itu Sari langsung berdiri untuk melihat apakah benar itu jenazah kakaknya.
Namun betapa terpukul nya ia, ternyata jenazah yang di bawa suster itu keluar ruang ICU memang jenazah kak Teguh. Sari langsung menangis histeris dan memeluk jenazah kakaknya itu.
”Kak Teguh, bangun kak. Kenapa kakak ninggalin aku. Bangun kak.” Teriak Sari histeris.
Suster meminta Sari untuk menyingkir dulu karena jenazah akan dimandikan dulu sebelum dibawa ke rumah duka.
Melihat Sari yang terus menangis sama sekali tidak membuat Doni kasihan. Ia malah kesal karena menurutnya Sari sangat berisik dan lebay.
Kalau udah mati yaudah si, berisik banget sialan.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
mintil
sadar sariii. suamimu dajjal itu
2022-09-17
1