Dua bulan bukanlah hal yang lama, Mas Rayyan juga sudah mengirimkan seserahan dan uang maharku agar keluarga kami bisa menyiapkan pernikahan mereka dengan tenang. Mas Rayyan memang laki-laki yang baik, aku sangat beruntung akan memiliki suami sepertinya. Bahkan lelaki itu juga mengatakan jika setelah menikah aku tidak perlu mencari pekerjaan lagi.
Jam berputar, detik berjalan hingga kini semua rencana berjalan dengan baik. Di halaman rumah Bapak yang cukup luas, kami akan menjalankan proses pernikahan. Aku menyiapkan segalanya bahkan acaranya sesuai dengan keinginan dan mimpiku selama ini. Dekorasi yang unik di tempat outdoor seperti inilah yang akan menjadi saksi pernikahan kami.
"Saya terima nikah dan kawinnya Adhira Ulya binti Abdullah Wisnu dengan maskawin tersebut, tunai."
'Klentang!
Lamunanku buyar ketika mendengar suara panci terjatuh, tiba-tiba aku juga mendengar seseorang memanggil namaku. "Dhira! Adhira!" Teriaknya berulang kali.
"Iya, Ma ..." Dengan gelagapan aku pun menghampiri mertuaku.
"Masak apa kamu? Mama lapar!"
Aku kebingungan mendengarnya, padahal posisi mertuaku berada di meja makan saat ini. "Dhira masak ikan asin dan sambal terasi, Ma."
"Hah? Apa nggak ada makanan lain?"
Aku menggelengkan kepalaku, "Dhira lagi pengen makan sambal terasi, memangnya Mama mau makan apa? Biar Dhira masakin!"
"Kamu itu lagi hamil, nggak boleh makan pedas! Harus banyak makan kuah dan sayuran, ini malah masak yang kering."
"Maaf, Ma. Tapi Dhira memang pengen makan sambal terasi," lirihku. Entah kenapa semenjak hamil aku lebih sensitif sekarang, aku paling nggak bisa di bentak seperti itu dan jika itu terjadi maka loloslah air mataku terjatuh ke bawah.
"Kalau lagi hamil jangan egois, jangan mikirin mulutmu aja! Tuh, pikirin yang di perut." Mama masih saja marah-marah sekarang. Tak ku sahuti lagi, ku biarkan Mama ngomel-ngomel dari pada aku kepancing emosi, pikirku.
Sekarang Mama pergi ke depan, tentunya ia melanjutkan gosipnya dengan IIKK alias Ibu-Ibu Kurang Kerjaan tersebut. Kebetulan sekali aku melanjutkan rutinitasku di sore hari yaitu menyapu halaman. Samar-samar ku dengar mereka masih membicarakanku dan aku memilih untuk diam. "Dhira sudah hamil berapa bulan, Mak Ray?"
"Sudah tujuh bulan, Mak Jaka."
"Jangan dibiarin ngurung diri terus, Nanti susah lahirannya. Ponakan aku dulu kerjaannya baring terus di kamar, ujungnya malah lahirannya di operasi karena jarang gerak!"
"Nanti aku bilang sama anakku!" Ibu mertuaku menimpalinya.
***
Hari menjadi sore, Mas Rayyan sebentar lagi akan pulang. Sementara aku belum juga mandi. Punggungku sakit sekali, aku memilih untuk merebahkan diriku sebentar. "Dhira!" Teriakan Mama mertuaku.
"Iya, Ma." Aku hanya menyahutinya tanpa mendatanginya karena punggungku terasa amat sakit saat ini.
Tak lama kemudian, wanita paruh baya itu masuk ke kamarku. "Astaga! Di cariin malah baring disini."
"Punggung Dhira sakit sekali, Ma." Lirihku.
"Alasan saja kamu. Pergi mandi sana, sudah sore! Ibu hamil dilarang mandi kesorean."
Ku lirik jam dinding yang berada di kamarku, ini baru jam 4 sore tapi kenapa Mama menyuruhku seperti sudah mau maghrib?
"Iya, Ma." Ku jawab dengan sabar.
Bertepatan saat aku selesai mandi, Mas Rayyan suamiku pulang. Aku menyambutnya, semenjak hamil aku senang sekali mengendus-endus dadanya. Mas Rayyan hanya bisa tersenyum geli melihat tingkahku yang aneh ini.
"Sudah ya, Mas mau mandi." Mas Rayyan membelai lembut rambutku.
Aku mengangguk, kusadari kini sudah mau maghrib. "Biar Dhira siapkan bajunya ya," sambil tersenyum.
"Pintar banget sih, istri siapa ini?" goda Mas Rayyan padaku.
*****
Note: Semangat pagi semuanya ....
walaupun sudah sore tetap semangatnya pagi ya!
Author mau rekomendasi novel yang nggak kalah seru nih punya teman Author ...
blurb:
Janji hati Raditya dan Andhini, sampai pada kebahagiaan pernikahan, paska Andhini di wisuda mereka melangsungkan pernikahan mewah yang di cita-citakan.
Berjalannya waktu tak ada yang lain selain kebahagiaan dan kedua orangtua mereka yang bangga dengan keharmonisan rumah tangga anaknya, Tahun berganti, Andhini mulai gelisah dengan keadaan dirinya yang belum menunjukkan adanya perubahan di tubuhnya, Andhini menginginkan anak dan semua itu membuatnya begitu cemas hingga jatuh sakit.
Dalam keadaan sakit Andhini dirawat seorang perawat yang di ambil dari yayasan yatim-piatu bernama Karina. Dari kedekatan mereka timbul niat Andhini menjodohkan suaminya dengan Karina, dan menghasilkan satu kesepakatan diatas kertas.
Terkadang cinta memang tak ada logika, sanggup melawan arus dan menerjang rintangan apapun, apalah artinya kekayaan kalau tak memberinya kenyaman.
Apa Karina juga mau menerima tawaran untuk mengubah kehidupannya?
~ Andhini : 'terkadang atas nama cinta seseorang harus rela berkorban, walaupun itu sesuatu yang sangat dicintainya.'
~ Raditya : sanggupkah aku menjalani apa yang diminta istri tercintanya? walaupun itu di luar kewajaran.'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Enis Sudrajat
Kereeen ... semoga sukses maju terus! ❤️🙏
2022-09-01
2