"Istriku baik-baik saja kan Dok?"
"Istri Bapak baik-baik saja, dia hanya sedikit kelelahan dan banyak fikiran. Untuk kedepannya jangan membuatnya stres, karena itu mempengaruhi janin yang ada didalam perutnya."
Kayla menulikan pendengarannya, terlalu enggan mendengar lebih lanjut ucapan yang menurutnya tak masuk akal. Sampai saat ini ia yakin kalau semuanya hanya rekayasa pria itu, tak ingin membuatnya tenang padahal pernikahan mereka sudah dia hancurkan.
"Saya mengerti, terimakasih sudah mengobati istriku."
"Itu memang tugas saya Pak, kalau begitu saya permisi dulu."
Setelah kepergian Dokter itu, Nando menghampiri istrinya yang masih terduduk diatas brankar. Wajah itu sudah memiliki rona dari pada sebelumnya. Tak lagi pucat seolah aliran darah terhenti, ia bersyukur Ibu dan calon bayinya selamat.
"Sayang..." panggilnya pelan.
"Berhenti memanggilku seperti itu."
"Baiklah, tapi aku mohon kamu ikut denganku pulang ya? Kalau bukan karena aku setidaknya demi Axel. Dia masih membutuhkan Ibunya---"
"Aku bukan Ibu siapapun, hanya karena aku baik padanya bukan berarti aku mengakui kalau dia anakku. Sikapku hanya tindakan wajar dari seseorang pada anak kecil."
"Axel akan sedih kalau dia mendengar ucapanmu." lirih Nando "aku mohon jangan berkata seperti itu, apalagi jika didepan Axel. Itu melukai hatinya."
Kayla malas menjawab, tak ingin terbuai dengan tatapan penuh muslihat yang pernah menjeratnya pada romansa yang berakhir menyedihkan. Saking terbuainya pada tatapan itu, ia sampai tak sadar pria yang masih menjadi kekasihnya ternyata melakukan perselingkuhan selama ini.
Cklek.
"Bunda udah boleh pulang?"
Nando menghampiri sang anak, menggendong tubuh itu sambil menghadiahi kecupan "Bunda udah sehat, jadi sekarang kita bisa pulang. Axel udah pipis kan?"
"Udah Ayah."
"Kalau gitu Axel ajak Bunda pulang ya? Bunda ngambek sama Ayah." bisiknya pelan, sang anak terkikik pelan kemudian turun dari gendongan itu. Menghampiri sang Bunda yang sudah siap untuk diajak pulang.
"Bunda pegang tangan Axel ya, Axel akan jaga Bunda sampai ke mobil."
Kayla terhenyak beberapa saat, uluran tangan kecil itu tersodor didepannya. Situasi ini membuatnya dilema, tak tau harus mengikuti isi fikiran atau isi hati yang terpana dengan bocah gembul itu. Jauh dilubuk hatinya, ada perasaan hangat saat melihat tubuh kecil itu.
"Ayo Bunda." ajak Axel.
"Iya." mungkin saat ini ia terpaksa ikut pada keduanya. Tak ingin melunturkan binar cerah yang terpatri pada wajah bulat anak itu. Tanpa ikatan darah pun rasa simpati akan ada pada diri seseorang, disamping apa yang terjadi antara dirinya dan Nando, Axel masih terlalu kecil untuk mengerti rekayasa yang ada pada kehidupan ini.
"Kamu mau ikut?" tanya Nando.
"Iya."
"Terimakasih sayang."
Kayla tak menjawab, bersikap abai dan lebih memilih berjalan dengan tangan Axel yang berada pada genggamannya. Mungkin tak mudah menerima kehidupan palsu yang dijalani, tapi kembali ke rumah itu bisa membuatnya mengetahui apa yang terjadi. Belum lagi tak adanya rasa sakit saat terbangun padahal tubuhnya terhantam keras oleh mobil truk karena percobaan bunuh diri yang ia lakukan pada hari itu.
"Kata Dokter Axel akan punya adek bayi, beneran ya Bunda?" tanya Axel.
"Bo---"
"Bener kok, Bunda kan sekarang hamil. Jadi Axel akan punya adek bayi, nanti Axel akan jadi kakak." potong Nando.
"Wah." wajah Axel tampak berseri, tangan kecilnya ia letakkan diperut sang Bunda dengan bibir tersenyum lebar "adek bayinya ada didalam sini?"
"Iya sayang." gemas Nando, netranya melirik nanar sang istri yang tampak diam dengan mulut terkatup rapat. Mata indah itu lebih memilih menatap ke luar jendela mobil, seolah apa yang ada diluar lebih penting dari pada keantusiasan sang anak membahas calon adiknya.
"Mobilnya bisa jalan sekarang? Aku mau pulang untuk beristirahat." titah Kayla.
Nando kembali menatap ke depan, selama istrinya merasa tenang ia tak masalah jika perempuan itu duduk dikursi penumpang. Mungkin istrinya belum terbiasa duduk didekatnya, apalagi ucapan dokter yang mengatakan kalau ada yang salah dengan ingatan Kayla.
Setelah melakukan pemeriksaan, benturan yang terjadi karena terjatuh dilantai toilet membuat ingatan istrinya sedikit bermasalah. Ia tak tau sampai kapan ini terjadi, yang jelas ia tak boleh memaksa Kayla untuk mengingat semuanya. Ia tak mau hal itu justru menambah beban fikiran pada sang istri.
"Bunda masih sakit?"
"Kamu sakit?" Nando tiba-tiba khawatir mendengar seruan dari anaknya, wajah Kayla ia lihat melalui kaca spion untuk memastikan kondisi sang istri.
"Aku baik." singkat Kayla.
"Axel jangan buat Ayah khawatir. Ayah kira Bunda kenapa-napa dengar ucapan Axel tadi." nasehat Nando.
"Axel minta maaf, biasanya kan Bunda cerewet. Tapi hari ini Bunda banyak diam, Axel minta maaf udah buat Ayah kaget. Maafin Axel ya Ayah."
"Iya gak apa-apa, mungkin Ayah aja yang terlalu khawatir sama Bunda."
Kayla menyandarkan kepalanya pada jendela mobil, menatap kosong pemandangan yang cukup indah memanjakan mata. Sampai saat ini ia merasa hidupnya bermasalah, memori dimana pernikahan itu batal membuat otaknya menolak keras keberadaan pria yang saat ini menyetir mobil.
Kilasan perselingkuhan itu masih ada, bahkan terekam jelas oleh otaknya. Seakan kejadian itu baru terjadi kemarin, lantas bagaimana ia bisa percaya jika dirinya dan Nando sudah menikah lima tahun yang lalu. Kalau memang benar, apa selama ini ia koma setelah mencoba melakukan tindakan bunuh diri?
Kalau benar dirinya koma, kenapa mantan kekasihnya mengatakan kalau anak disampingnya adalah anak mereka, lalu apa ia juga harus percaya kalau didalam dirinya ada makhluk hidup?
Ini terlalu mustahil.
"Axel ngantuk Bunda."
Kayla tanpa sengaja menuntun kepala itu untuk ditidurkan diatas pangkuannya. Surai lembut itu ia elus untuk memberikan rasa hangat pada bocah 4 tahun yang mendusel mencari posisi ternyaman. Ia tak tau kenapa secara naluri tangannya melakukan respon manis pada anak yang Nando akui sebagai anak mereka. Mau bagaimapun semua ini terasa mustahil diterima oleh akal sehat.
"Axel tidur ya?" tanya Nando dari kursi kemudi, Kayla melirik sekilas kemudian berdehem pelan sebagai jawaban. Entah kenapa ia tak bisa sedikit lunak pada pria itu, yang otak dan hatinya tanamkan hanya rasa marah dan kecewa pada pria itu. Rasanya sulit menerima keberadaan Nando disekitarnya.
"Kamu lapar? Kalau lapar kita bisa makan dulu direstoran sebelum pulang. Aku gak mau kamu lemas karena menahan lapar lebih lama, bagaimana---"
"Langsung pulang aja, Kasian Axel."
"Kalau gitu aku turun beliin kamu makanan, kamu bisa makan didalam mobil. Kamu mau?" tawarnya.
"Gak usah."
"Baiklah, tapi kalau kamu lapar kamu bisa memberitahuku. Jangan menahannya, kasian anak kita yang ada pe---"
"Kamu bisa diam kan?" potong Kayla.
Nando menghentikan ucapannya, ekspresinya menyendu mendengar nada acuh dari ucapan itu. Sangat sakit mendengar istrinya bersikap abai pada dirinya, ia tak tau ingatan apa yang ada pada memori sang istri. Tapi ia yakin, semua itu ada hubungannya dengan sikap dingin yang sekarang tercipta.
Jika perkiraannya benar, ingatan itu adalah ingatan tentang kejadian yang membuat hidupnya lemas ditempat. Tindakan salah karena fikiran pendek dan berakhir hubungan yang putus.
"Kayla, aku mencintaimu." tutur Nando, meyakinkan sang istri mengenai isi hatinya selama ini. Walaupun lagi-lagi sikap acuh yang didapat, mungkin ini waktunya mengambil hati Kayla lagi. Tentu tanpa mengecewakan perempuan itu seperti yang terjadi pada masa lalu.
"Walaupun kamu belum mengingat tentang pernikahan kita, tapi aku percaya ingatan kamu akan kembali. Selama kamu belum mengingatnya, aku berjanji akan membuatmu yakin kalau aku sangat mencintaimu. Disamping apa yang terjadi antara kita dimasa lalu aku benar-benar minta maaf."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Jami
aku nga ngerti ceritanya thor yng jelas thor biar aku baca nya semangat
2022-12-02
1
Jami
ko cernya ke keyla ilang ingata
2022-12-02
0