Nando memarkirkan mobilnya setelah sampai pada pekarangan rumah. Seatbel miliknya ia lepas kemudian turun dari mobil, membuka pintu penumpang yang kini menunjukkan ekspresi pulas dari dua orang yang berarti dalam hidupnya. Melihat raut damai keduanya membuatnya tak tega untuk membangunkan. Lebih dulu tubuh anaknya ia raih, menggendong ke dalam rumah untuk menidurkan pada kamar pribadi sang anak.
Setelah ia kembali menghampiri tubuh sang istri, wajah cantik itu ditatap dengan lamat. Pandangannya menyendu mengingat sikap dingin yang ditunjukkan istrinya baru-baru ini. Ternyata menyesakkan tak dianggap oleh sosok yang biasanya bersikap ceria.
"Apa ingatanmu terhenti pada kejadian itu? Kamu lupa yang terjadi antara kita hingga akhirnya bisa menjadi suami istri lagi sayang?" tanyanya lembut.
"Kamu benar-benar gak ingat?"
Nando mengelus pipi itu dengan lembut, menikmati raut damai dari wajah sang istri yang kini terpejam pulas. Rambut yang menghalangi pandangannya ia sampirkan ke samping, seraya mendekatkan kepalanya untuk memberi kecupan pada dahi itu.
Cup.
"Kalau ingatanmu berhenti pada waktu itu aku minta maaf. Aku gak tau kejadian itu bisa berdampak sampai sekarang, aku kira semuanya sudah baik-baik saja, nyatanya aku kembali menghadapi sikapmu yang dingin setelah apa yang kulakukan terbongkar."
Perut rata istrinya ia elus, merasakan keberadaan sang anak yang baru berkembang didalam sana "tapi aku berjanji, jika dulu aku bisa mendapatkan maaf darimu, mungkin saja kali ini aku bisa meluluhkanmu lagi. Apalagi saat ini kamu hanya melupakan sebagian memori yang terjadi antara kita."
Kecupan ringan ia daratkan pada perut itu, memberinya jeda beberapa saat untuk menyalurkan rasa bahagia menunggu anak kedua hadir diantara keluarga kecilnya. Walaupun saat ini hubungannya dengan sang istri sedikit renggang, tapi ia tak mau kondisi calon anaknya terganggu.
"Sehat-sehat didalam nak."
Tubuh istrinya ia raih, membawanya ke dalam rumah dengan langkah hati-hati. Tak ingin tidur damai itu terusik. Apalagi melihat raut polos sang istri membuatnya tak tega, sekarang ia mengerti dimana wajah menggemaskan anaknya Axel berasal. Mereka sangat lucu jika tertidur.
Setelah membaringkan tubuh itu diatas ranjang, ia ikut menidurkan tubuhnya disamping sang istri. Memeluknya dari belakang dengan tangan yang setia mengelus perut Kayla yang masih rata. Ia berharap setelah membuka mata ingatan istrinya kembali, tak ada lagi perdebatan antara mereka, semoga saja.
...***...
Merasa Dejavu, Kayla menggerakkan pinggangnya untuk melepas lilitan tangan yang membelitnya saat ini. Tak tinggal diam tangannya ikut menyentak lengan itu untuk disingkirkan dari atas perutnya. Setelah merasa terbebas, ia turun dari kasur itu dengan pandangan tajam menatap tubuh seseorang yang masih tertidur pulas.
"Cih."
Sampai sekarang ia masih berfikir, apakah keputusannya untuk pulang ke rumah ini adalah pilihan yang tepat? Belum lagi mereka tak memiliki hubungan apapun, apa yang akan dikatakan semua orang jika mengetahui ini? Satu atap dengan orang yang bukan siapa-siapamu sendiri.
Tak ingin terus memikirkan hal yang belum terjadi akhirnya Kayla memilih masuk ke kamar mandi. Membersihkan diri yang tak sempat ia lakukan karena lebih dulu dilarikan ke rumah sakit.
Bathup yang masih kosong ia isi air dengan sabun untuk digunakan berendam. Hingga pandangannya terhenti pada cermin sedang yang tertempel ditembok. Alisnya mengernyit, menatap pantulan dirinya didalam sana.
"Rambutku sudah sepanjang ini."
Kayla terus menatap dirinya, bahkan tubuhnya lebih menonjol dengan lekukan yang terbentuk lebih jelas. Padahal ia yakin tubuhnya tak seindah ini, belum lagi kulitnya yang sudah putih bertambah halus dan lembut.
"Wajahku lebih dewasa dari pada sebelumnya, sebenernya barapa lama aku gak sadar setelah mencoba bunuh diri dijalan raya?"
Tok...tok...tok.
"Kayla, kamu ada didalam?"
Seruan dari pintu kamar mandi menyadarkan keterdiamannya. Bibirnya menghela nafas pelan kemudian menenggelamkan tubuhnya didalam bathup. Memilih abai pada teriakan yang masih terdengar diluar sana.
"Jangan lama-lama sayang, nanti kamu masuk angin. Kalau mandinya udah kamu turun ke bawah ya, kita ke luar buat cari makan. Kasian Axel belum makan dari tadi." teriaknya sekali lagi, sebelum terdengar langkah kaki yang perlahan pergi.
"Aku gak akan percaya dengan ucapanmu sampai kapanpun, aku gak mungkin menikah denganmu setelah penghianat itu terjadi Nando." ujar Kayla yang sibuk dengan fikirannya sendiri.
...***...
"Ayah Axel lapar..." bocah berpipi gembul itu merengek dengan tangan memeluk manja lengan sang Ayah.
"Iya sayang, tapi tunggu Bunda dulu baru kita keluar makan. Axel tega ninggalin Bunda sendiri dirumah?"
"Emang Bunda mandinya masih lama ya? Axel udah lapar, tapi gak mau pesan makanan, maunya makan diluar sama Bunda. Axel juga mau ke pasar malam."
Nando tersenyum gemas "yaudah, tapi kita tunggu Bunda dulu. Kasian Bunda sama adek bayi kalau ditinggal sendiri, Bunda juga baru ke luar rumah sakit."
"Iya deh." pasrah Axel, kaki kecilnya ia goyang-goyangkan untuk mengurangi rasa bosan. Kepalanya sesekali melirik tangga yang terhubung ke lantai dua, memastikan sang Bunda sudah terlihat atau tidak. Walaupun merasa lapar, ia juga tak mau meninggalkan Bundanya sendiri dirumah ini dengan adek bayi.
"Bunda kok lama Ayah."
"Yaudah Axel tunggu disini, Ayah mau lihat Bunda dulu." Nando mengelus surai itu kemudian melangkah ke lantai atas melihat kondisi sang istri. Ada rasa khawatir mengetahui Kayla masih belum turun padahal sudah dua jam perempuan itu membersihkan diri dikamar mandi.
"Cklek."
"Sa--Kayla." ucap Nando tak percaya, tak menyangka setelah dua jam menunggu justru pemandangan yang membuatnya kesal terpampang disana.
"Aku dan Axel menunggumu dibawah dua jam, dan kamu malah main HP disini? Kamu sadar gak kalau anak kita kelaparan karena menunggumu."
"...."
Nando menghela nafas pelan, berusaha meredam rasa kesal yang akan membuat istrinya tertekan "kamu gak dengar apa yang aku bilang tadi? Setelah mandi aku menyuruhmu turun ke bawah, kita makan malam diluar bertiga."
"Aku gak dengar, maaf."
"Pakai jaketmu, kita akan makan diluar bertiga. Udara malam sangat dingin malam ini." titah Nando, dengan rasa kesal yang masih ada.
"Kalian bisa pergi, aku gak lapar."
"Kamu belum makan sejak tadi, gak mungkin kamu gak lapar. Cepatlah, Kasian Axel menunggu dibawah."
Kayla meletakkan ponselnya "aku gak lapar, kalian bisa pergi makan diluar. Aku ngantuk mau tidur."
Nando lagi-lagi mengelus dada melihat tingkah istrinya yang sudah terlalu batu, bahkan wajah itu tak memiliki rasa bersalah setelah membuatnya menunggu dibawah. Andai saja itu hanya dirinya ia tak apa, tapi anaknya Axel merasakan juga lamanya menunggu sedangan orang yang ditunggu justru bermain ponsel didalam kamar.
"Apa hatimu juga membeku untuk darah dagingmu sendiri? Axel menunggu dibawah, dia ingin kita makan bertiga seperti biasa, apa sulit melakukan itu semua Kayla."
"Sudah aku bilang aku gak mau, aku juga gak larang kalian untuk makan diluar kan? Jadi stop merasa seperti orang yang paling tersakiti disini."
"Tapi Axel menunggumu, dia juga udah bilang lapar dari tadi. Tapi dia gak mau kalau Bundanya gak ikut."
"Bunda Bunda Bunda, muak tau gak. Sampai kapan kamu manfaatin anak kecil buat lanjutin drama murahanmu ini. Aku gak pernah jadi Bunda siapapun, aku gak pernah punya anak."
Nando memejamkan matanya "kamu keterlaluan Kayla..." lirihnya.
Bersambung
.
.
.
.
Tanggapannya dong BESTie
Instagram: siswantiputri3
Facebook: Tidak Tidak
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
gaby
Gw tebak abis kecelakaan itu Kayla ilang ingatan & akhirnya mau nikah sm Nando. Dan ketika dia jatuh lg, ingatan lamanys kembali & ingatan setelah dia kecelakaan dia lupa. Bener ga ka??
2023-06-04
0
Jami
aku nga ngerti cernya thor
2022-12-02
0
Siti Nurhamidah
Ini beneran sudah nikah apa lupa ingatan ya😁😁
2022-08-13
0