Stella mematut dirinya di depan cermin. Hari ini dia akan menghadiri pesta pernikahan teman suaminya.
Kemarin dia bersama Kevin terbang menuju London, dan sekarang mereka berada di salah satu kamar di sebuah hotel yang sengaja mereka sewa untuk bermalam selama berada di sana.
Awalnya Stella menolak untuk ikut. Dia memiliki phobia pada ketinggian dan kenangan buruk dengan pesawat terbang. Stella memiliki kenangan yang sangat-sangat buruk dengan burung besi itu. Boleh di bilang dia masih merasa trauma untuk kembali menaiki pesawat.
Namun dia juga tak ingin melewatkan kesempatan untuk pergi ke kota yang ingin sekali dia datangi sejak lama. Selagi ada kesempatan kenapa tidak, begitulah yang wanita itu pikirkan.
Sekali lagi Stella memastikan penampilannya. Sederhana tapi sempurna, itulah kata yang tepat untuknya saat ini. Maxi dress hitam berlengan panjang dengan belahan panjang di bagian kanannya. Gaun itu sedikit terbuka di bagian bahunya.
Sebenarnya gaun ini di pilihkan oleh Kevin. Gaun itu sedikit terbuka karena memperlihatkan kaki jenjangnya, bentuk gaun yang melebar ke bawah membuat kakinya yang berbalut stiletto setinggi 10 senti, tetap bisa bergerak dengan nyaman.
Stella memilih hiasan natural untuk wajahnya. Tapi justru dengan begitu kecantikan alaminya terpancar dengan sempurna.
Rambutnya di gulung memperlihatkan leher jenjangnya. Namun seketika rambutnya tergerai ketika tusuk konde yang menjadi penguat gelungannya itu tercabut. Pelakunya siapa lagi, jika bukan sang suami yang sekarang berdiri di belakangnya
"Kau lebih cantik jika rambutmu di biarkan tergerai seperti ini,"
Kevin menyisir rambut Stella dengan tangannya, menghaluskan kembali rambut yang tadi sempat berantakan karena ulahnya yang mencabut tiba-tiba konde yang menempel di rambut istrinya itu.
"Tapi... bukankah jika begini aku malah terlihat seperti ... "
"Bidadari" Potong Kevin dan membuat wajah Stella bersemu merah.
Sebenarnya Stella ingin mengatakan hantu. Bagaimana tidak, penampilannya dengan gaun hitam yang hampir menutupi seluruh bagian tubuhnya kecuali muka, leher, bahu dan kaki kanannya karena belahannya yang terlalu tinggi hingga di atas lututnya.
Tadinya dia memang sengaja menggelung rambutnya agar tidak terlalu suram. Namun jika suaminya memang tidak suka dan lebih memilih seperti ini, dia oke oke saja. Bagi Stella tidak masalah.
Kevin sendiri mengenakan setelan tuksedo hitam dengan kemeja berwarna hitam pula, tentu saja pria itu selalu terlihat gagah.
Melihat kesempurnaan pria itu membuat Stella jadi minder sendiri. Membuat dirinya sekali lagi memandang cermin, memastikan penampilannya. Apakah sudah sempurna atau belum.
"Apakah masih ada yang kurang pada penampilanku?" tanya Stella memastikan.
Kevin memperhatikan penampilan istrinya dari ujung rambut sampai ujung kaki dan menggeleng. Meyakinkan padanya jika penampilannya sudah sempurna.
"Dan kalung ini akan membuatmu terlihat semakin sempurna." Kevin menuntun Stella dan membawanya berdiri di depan cermin.
"Apakah wanita sepertiku layak memakai perhiasan semewah ini?"
"Tentu saja, karena kau sekarang adalah Nyonya Muda keluarga Nero. Dan sebagai Nyonya Muda, kau harus selalu terlihat sempurna. Dan ada satu lagi, aku baru saja mendapatkan kabar jika mantan suamimu juga akan hadir di acara itu bersama kakak tiri mu. Kau bisa membuat pertunjukkan di sana jika kau mau."
"Aku akan memikirkannya."
"Ayo kita berangkat, sebentar lagi pestanya akan segera di mulai" Stella tersenyum tipis dan kemudian menerima uluran tangan suaminya. Mereka berjalan menuju basemen kemudian meluncur ke tempat pesta di adakan.
-
Dion mengeram kesal. Dia sangat-sangat kesal dengan dasi yang dari tadi tak berhasil di pakainya. Dia melirik ke arah sang istri yang terlihat cuek dengan polesan make up tebalnya.
'Ya tuhan berapa lapis lagi kosmetik yang akan di poleskan itu,' ujarnya membatin.
Dia heran dengan para wanita yang selalu heboh jika menghadiri pesta. Saat di tanya mereka akan menjawab aku harus terlihat sempurna. Karena bagi para wanita, kesempurnaan adalah harga mati.
Dan apakah memangnya kesempurnaan itu di hasilkan dari makeup yang tebal? Entahlah, hanya wanita yang bisa menjawabnya.
Dion masa bodoh dengan teori konyol ity. Yang penting dia harus segera memakai dasinya agar bisa cepat berangkat ke pesta pernikahan rekan bisnisnya.
Meskipun tak ingin datang, tapi dia tetap saja datang. Dion tidak ingin nama baiknya menjadi buruk di mata rekan bisnisnya dari luar negeri. Liburannya untuk sementara dia tunda dulu.
Dia cukup kecewa teman lamanya menolak ajakannya untuk berlibur bersama. Dion mendengar jika juniornya itu baru saja menikah, itulah kenapa dia ingin mengajaknya berlibur bersama.
Pria itu mengatakan kalau istrinya kurang suka pergi ke luar negri karena alasan tertentu.
Hm ... dia cukup penasaran dengan istri teman lamanya itu. Dia memang tak pernah bicara banyak tentang istrinya itu saat mereka mengadakan rapat tentang proyek mereka.
Tapi meskipun begitu, Dion tahu jika si rusa China itu sangat mencintai wanitanya itu, begitulah yang dia pikirkan. Jika tidak, tidak mungkin mereka menikah mengingat jika dia bukanlah tipe pria yang mudah untuk dekat dengan wanita.
-
Kevin memberi pelukan hangat terhadap teman lamanya yang sekarang sedang melaksanakan pesta pernikahannya. Dia sama sekali tak menyangka bahwa si pria yang senantiasa penuh semangat itu akhirnya menemukan pasangan hidup.
Padahal dia sama sekali tak mendengar Rico pernah membicarakan masalah wanita saat mereka sedang berkumpul. Dan dia pun baru sekali pernah bertemu dengan calon yang sekarang menjadi istri dari teman lama sahabatnya itu.
Tidak banyak yang dia ketahui dari wanita itu. sepertinya Mark pun tak terlalu lama mengenal istrinya itu. tapi itu tak jadi masalah bagi Kevin, yang terpenting Mark bahagia.
"Kau memiliki istri yang sangat cantik, sobat. Kau tahu, aku tak menyangka kau mendahuluiku." Mark melepas pelukannya.
"Padahal aku rasa, aku lebih dulu merencanakan pernikahanku. Siapa sangka kau menyalip lebih dulu. Tapi selamat, Semoga kau hidup bahagia dengan..." Mark tidak tau nama istri dari temannya.
"Stella Nero," wanita itu memotong cepat.
"Ahhh, nama yang sangat bagus. Kalian benar-benar sangat serasi, cantik dan tampan. Sungguh perpaduan yang sempurna."
"Anda terlalu memuji, Tuan Mark."
"Dia memang seperti itu ketika melihat wanita cantik. Di mana mempelai mu?" tanya Kevin penasaran.
"Dia ada di...sana..." Stella dan Kevin mengikuti arah tunjuk Mark. Mata Stella membelalak setelah melihat siapa wanita yang akan di nikahi oleh teman suaminya itu."Lea?"
"Kau mengenalnya?"
Stella mengangguk. "Dia satu kampus denganku dulu, tapi kami tidak terlalu dekat apalagi akrab. Dia seniorku, ada kemungkinan jika dia tidak mengenaliku sekarang." Ujarnya setengah berbisik.
"Aku akan memanggilnya untuk kalian." Mark tersenyum dan kemudian menghampiri mempelainya.
Stella tersenyum tipis ketika si mempelai wanita sudah ada di hadapannya. Mereka saling berjabat tangan dan Stella mengucapkan selamat padanya. Di saat mereka sedang asik mengobrol. Tiba-tiba seseorang datang dan menginterupsi obrolan mereka.
Sontak Stella menoleh dan raut wajahnya berubah dingin saat melihat dua sosok di depannya.
"Dion, Sarah..."
-
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Puspa Trimulyani
posesif🤭🤭🤭🤭
2023-04-18
0
vieta_pramono
akhirnya nya author bisa baca lagi setelah kena macet jaringan
🤣🤣🤣🤣
2022-08-10
1
Franda Frans
ho ho ho ho ho Stella saatnya buat pertunjukan
heeemmm tapi aku belum ngerti tentang tujuan Kevin dan balas dendamnya entah kepada siapa Kevin mau balas dendam dan melibatkan Stella di dalamnya
2022-08-09
3