Suara cicit burung yang bertengger di atas dahan membuat kedua mata Erica terbuka. Wanita itu mencoba bangun dari berbaring nya lalu merubah posisinya menjadi duduk.
Saat melihat jam dinding waktu sudah menunjukkan pukul 07.00 pagi. Ia mengernyitkan kening bingung, tumben suaminya tidak membangunkannya untuk membuat sarapan?
Masih dengan menggunakan pakaiannya yang tadi malam, Erica turun dari tempat tidur dan keluar kamar, rasa haus membuatnya berjalan menuju dapur. Tampaknya wanita cantik ini belum menyadari keadaan di sekitarnya.
"Mau ke mana, Nona?" seorang wanita tampak menyapanya.
"Dapur, aku haus …"
"Maaf. Tapi, dapurnya bukan ke arah situ."
Erica memperhatikan sekelilingnya, akhirnya ia sadar kalau ini bukan rumahnya. Wajah cantik itu berubah menjadi sendu. Ia akhirnya ingat kalau sekarang dirinya tidak lagi tinggal di rumahnya melainkan kediaman pria penolongnya.
"Dapurnya ke arah sini, Nona. Mari saya antar," kata wanita itu lagi.
Sesampainya di dapur, Erica disambut oleh beberapa pelayan yang berbaris rapi. Mereka menunduk hormat padanya saat ia memasuki dapur tersebut. Dan hal itu membuat ia merasa tidak nyaman. Karena seumur-umur baru kali ini dirinya di perlakukan seistimewa ini oleh orang lain.
"Selamat pagi, Nona." Keempat pelayan tersebut memberi salam.
"Ya, selamat pagi." Balasnya kaku.
Erica merasa jika dirinya sudah seperti nyonya besar karena di layani dan di perlakukan seistimewa ini. Wanita yang pertama kali menyapanya tadi mengambil tempat di samping Erica dan memperkenalkan dirinya.
"Nona, perkenalkan nama saya Via, saya adalah kepala pelayan di mansion ini. Saya yang akan bertugas melayani, Nona. Seperti permintaan tuan muda."
Erica hanya tersenyum menyikapi ucapan kepala pelayan itu. Entah dia harus merasa senang atau malah sebaliknya. Rasanya begitu aneh dan tak masuk akal, jika dirinya yang hanya orang asing tiba-tiba di perlakukan seistimewa ini.
"Tidak perlu sampai seperti ini, Via. Lagipula aku tidak terbiasa mendapatkan perlakuan seistimewa ini." Ucapnya.
"Tidak perlu merasa sungkan, Nona. Dan anggap saja jika Anda berada di rumah sendiri."
Erica menggaruk tengkuknya yang tidak gatal."Ya, baiklah."
Seorang pelayan menghampiri mereka berdua untuk memberitahu jika sarapan untuk Erica telah siap.
Setelah mandi dan sarapan, Erica memutuskan untuk berjalan-jalan di taman belakang Mansion yang di tumbuhi oleh berbagai bunga yang sangat cantik dan indah.
Tentu tidak hanya sendiri, ada beberapa pelayan yang menemaninya. Erica benar-benar merasa sangat tidak nyaman tapi juga terkesan. Ternyata masih ada orang yang bisa bersikap baik padanya.
Mansion keluarga Nero. Adalah sebuah mansion mewah yang terletak jauh dari keramaian kota. Mansion itu berdiri di atas sebuah lahan yang sangat luas. Erica sangat penasaran dengan sosok tuan muda yang memiliki mansion itu. Apalah lelaki muda yang sangat tampan atau malah sebaliknya.
Sosoknya begitu misterius, bahkan Erica tak menemukan satu pun fotonya yang tergantung di dinding Mansion, selain satu foto yang tubuhnya menghadap ke belakang dengan posisi wajah menoleh ke samping.
Pria itu memiliki tinggi sekitar 178 cm. Tidak hanya terlihat tampan, tapi juga cantik. Erica ingin tau apa alasan pria misterius itu menolong dirinya, apakah karena ada maksud terselubung atau karena rasa bersalah, dan Erica harus tetap waspada. Bagaimana pun juga dia adalah pria asing dan mereka tak saling mengenal sebelumnya.
-
-
"Bagaimana dengan wanita itu? Apa kau sudah menyelidiki tentang latar belakangnya?"
Kevin Nero melemparkan dokumen yang ada di tangannya ke atas meja kerjanya. Tatapan dingin dan tajam yang mengintimidasi membuat nyali pria yang berdiri di depannya langsung menciut.
"Sudah, Tuan Muda. Namanya Erica Song. Dia adalah putri tunggal, ibunya meninggal ketika dia berusia 10 tahun, kemudian ayahnya menikah lagi dengan seorang janda beranak satu. Dia baru saja di cerai oleh suaminya yang menjalin hubungan gelap dengan kakak tirinya. Dan mantan suaminya adalah putra dari keluarga Martadinata."
Kevin menyeringai. "Bagus sekali. Ini sungguh kebetulan yang sangat manis. Urus kepulanganku hari ini juga, dan sisa pekerjaan di sini aku serahkan padamu!!"
Pria itu membungkuk dan mengangguk pasrah."Baik, Tuan Muda."
-
-
Sarah menghampiri Dion yang sedang duduk termenung di ruang keluarga. Wanita itu mendengus berat. Dengan kasar Sarah menarik pakaian Dion hingga mau tidak mau dia mengangkat wajahnya.
Dengan kasar Dion menyentak tangan Sarah dan balas menatapnya tajam. "Berhentilah bersikap kurang ajar," geram Dion setengah kesal.
Sarah yang merasa geram langsung menampar Dion dengan sangat keras. "YAKK!! APA YANG KAU LAKUKAN?!" bentaknya marah.
"Sampai kapan kau akan diam saja seperti orang bodoh? Kau pikir dengan kau diam dan bermalas-malasan seperti ini bisa membuat wanita itu kembali? Tidak!! Dia menghilang, seharusnya kau terus mencarinya!!"
"Kenapa tidak kau sendiri saja yang mencarinya? Kau pikir mudah menemukannya? Bagaimana jika dia bunuh diri dan mati? Apa aku harus mencari dan menyusulnya ke neraka?! Pergilah, aku muak melihatmu disini."
"DION MARTADINATA!!"
Dengan emosi, Sarah pergi meninggalkan kediaman kekasihnya. Dia benar-benar tidak habis pikir dengan sikap Dion. Tapi Sarah mencoba untuk memakluminya. Sarah mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang ditengah langkahnya.
"Aku ingin kau mencari seseorang untukku, aku akan segera mengirimkan fotonya padamu."
-
-
Erica beranjak dari duduknya saat mendengar deru suara pesawat mengudara di atas mansion mewah tersebut. Erica berlari ke arah balkon dan melihat sebuah jet pribadi landing di sebuah lahan kosong yang sangat luas di belakang mansion.
Dari tempatnya berdiri, Erica dapat melihat seorang pria keluar dari pesawat itu. Tapi wajahnya tidak terlihat jelas karena memang jaraknya yang cukup jauh. Tapi dia yakin jika pria itu adalah tuan muda di mansion ini.
"Nona, tuan muda telah tiba. Sebaiknya Anda bersiap-siap, beliau akan menemui Anda tiga puluh menit lagi. Kami telah menyiapkan pakaian yang akan Anda kenakan dan beberapa pelayan akan membantu Anda ber make up." Ujar seorang pelayan.
"Memangnya harus ya?" pelayan itu mengangguk. Erica mendesah berat. "Baiklah, aku akan bersiap sekarang."
.
.
Erica menuruni tangga melingkar menuju ruangan di mana si tuan muda telah menunggunya. Tubuh rampingnya dalam balutan gaun panjang berwarna merah berlengan yang terbuka di bagian bahu dan punggungnya.
Rambut panjangnya di biarkan tergerai dan di tata sedikit bergelombang, wajah cantiknya dalam polesan make up tipis dan tak ada lagi kaca mata tebal yang bertengger di hidung mancungnya. Erica benar-benar terlihat berbeda.
Pintu ruangan itu di buka oleh seorang pria yang berdiri di depan pintu. Erica di persilahkan untuk masuk ke dalam ruangan tersebut. Jantung Erica berdegup kencang hanya dengan melihat punggung pria bermarga Nero tersebut.
Pria itu masih berdiri dalam posisi memunggungi. Dan berbalik ketika dia menyadari kedatangannya. Dan sekarang Erica bisa melihat seperti apa rupa pria penolongnya. Pria tampan namun juga terlihat cantik, berwajah dingin namun penuh pesona.
Erica menghampiri pria bermarga Nero tersebut yang langsung mempersilahkannya untuk duduk.
"Langsung saja pada intinya. Menikahlah denganku, dan aku akan membantumu membalas dendam pada dua sampah itu!!"
-
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Maria Magdalena Indarti
wow....... penolong beneran nih
2023-08-31
0
Puspa Trimulyani
waduh gercep nih si babang.....😄😄tunggu pembalasan yg menyakitkan dari yg sdh kamu aniaya ,Dion pecundang dan Sarah jalang, pasangan lucknut 😡
2023-04-11
0
Puspa Trimulyani
rasakan tuh Dion, membuang wanita yang lembut hanya untuk wanita yg kasar dan tidak sopan pada suami
2023-04-11
0