Aku masuk kedalam kamar mandi kamar itu lalu menguncinya dengan gemetar. Rasa takut yang sangat dalam menjalar, aku coba buang air tidak bisa juga bikin aku tenang. Yang aku bayangkan semua akan baik-baik saja walau aku kehilangan virgin ku karena berkaca pada kedua sahabatku yang tetap menjalankan kehidupannya tanpa beban.
Kira-kira seperempat jam aku dengar ada suara sepatu yang masuk aku yakin orang itu datang. Lalu dia mengetuk pintu kamar mandi.
"Keluarlah gue udah datang! " suaranya terdengar samar.
Aku mendekati pintu, tapi masih takut membukanya hanya mondar-mandir tidak jelas.
Dia mengetuk lagi bahkan menggedor nya mungkin sudah tidak tahan lagi karena aku lama.
"Woi bukain! Enggak usah takut nggak bakalan sakit kok. Gue akan bermain lembut. " katanya yang sedikit terdengar menjijikan. Tapi aku malah fokus ke suaranya. Suaranya mirip dengan seseorang yang aku kenal dulu tapi tidak, mungkin cuma sedikit sama.
"Heh jadi apa tidak?" teriaknya lagi. "Oh apa lo ingin gue bayar dulu hah?"
Aku memang sudah memberikan nomer rekeningku kepada tante Meri aku yakin sudah sampai kepada pria ini.
Ting
Ada bunyi notifikasi dari M-banking di hp ku, oh tidak bagaimana ini? Dia sudah mengirim uang bahkan dia memberiku 300juta.
"Gue udah bayar jadi lo KELUAR SEKARANG!! " dia membentak, suara itu semakin jelas mirip dengannya.
Aku membuka pintu
Dan
Aku sangat dibuat terkejut, jantung ini mungkin terserang gagal jantung. Karena orang yang aku pikirkan tentang suara tadi benar dia orangnya hanya saja beda penampilannya.
"Mas Kalvin? "
"Aina? "
Kami sepertinya sama-sama terkejut hingga memanggil secara bersamaan.
*Kalvin orang yang (pernah)menempati hatiku hingga aku lupa karena kesibukanku selama ini.
Aku mengenalnya saat kelas 1 SMA, dia kakak kelasku kelas 3. Dia murid pindahan dari Jakarta yang tinggal dirumah pak lurah yang diakui keponakan dari pembantunya. Entahlah apa itu benar?
Pertama kali melihatnya saat itu aku berboncengan tiga dengan motor bersama temanku Bunga dan Tari. Dari arah belakang ada mobil jeep merah yang seorang akan menyerempet kami. Seketika aku yang mengemudikan motor langsung oleng karena takut akan ditabrak.
Kami bertiga jatuh,
Mobil itu berhenti, aku lihat ternyata ada Dito anak pak lurah yang ada didalam mobil itu dengan seseorang yang nampak dingin sedang duduk di kursi kemudi. Rambutnya acak-acakan bergelombang dan menggunakan kaca mata transparan.
"Maaf ya cewek-cewek pasti kalian kaget? soalnya supir aku baru. " Dito turun dan membantuku membetulkan motor agar berdiri kembali.
"Oh nggak apa-apa kok mas Dito" itu suara Bunga dengan centilnya.
"Gimana kalau bareng saja? "
Segera disetujui Bunga dan Tari, sedangkan aku menolak karena ada motorku.
Setiba diparkiran,setelah memarkir cantik motor metik ku itu. Aku memeriksa lututku yang terasa ngilu, ternyata ada sedikit luka.
Ketika berjongkong, ada kaki dihapanku. Lalu ada tangan mengeluarkan plaster luka, aku mendongak tidak menerimanya. Ternyata dia sang pengemudi tadi.
"Sorry, gue cuma gemes aja lihat cabe-cabean kaya kalian tadi. " bisa disimpulkan ternyata dia sengaja memang ingin mengagetkan aku tadi.
Aku hanya memasang muka masam.
"Lo paling menggemaskan. " dia menarik ku kesebuah bangku yang ada di taman sekolah.
Lalu dia berjongkok mengobati lutut ku yang tidak parah lukanya itu.
"Aina Saraswati" dia melihat dadaku membaca nametag ku. " Cantik"
Aku mendongak karena kali ini dia sudah berdiri, melihat kemejanya tidak ada nametag.
"Gue Kalvin"
Semenjak saat itu kami semakin dekat.
Walau kedua temanku melarang karena Kalvin terlihat miskin dan berantakan. Dia tidak pernah mengemudikan jeep waktu itu lagi, kalau ke sekolah hanya menggunakan motor astrea kuno. Jeep yang waktu itu dipakai Dito, yang menambah ketenarannya karena dia semakin terlihat kaya dan keren.
"Jangan mau kamu sama Kalvin, kere areke" itu yang selalu Bunga pesan. " nyari pacar itu yang kaya"
Aku tidak sepemikiran dengan temanku itu.
"Lo nggak malu bareng gue? " itu suara Kalvin, karena aku tidak membawa motor kali ini. Berhubung Kalvin searah dengan rumahku makanya aku tungguin dia hingga selesai kelas. Kelas 3 memang mendapatkan jam pelajaran lebih.
"Kenapa harus malu? kalau saja lek cilok ini searah rumahku aku mau kok bareng. " aku menjawab sambil mengunyah cilok yang dari tadi aku makan. Memang aku menunggu Kalvin didepan sekolah dekat tukang cilok sam No.
"Waa parah lo, lo mau naik diatas grobaknya? " Kalvin tertawa, dan sam No juga terkekeh.
"Yo encen ngono iku mbak Aina" sam No menggeleng-geleng kepala.
"Sama tukang cilok aja lo bisa akrab,"
Itu pernyataan yang bikin aku heran, apa masalahnya coba akrab dengan tukang cilok? siapa tahu dikasih diskon*?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments