...Bab 02 \= Sebuah Ketakutan....
...\=\=\=...
“ ceklekk.. ceklekkk..!!! bukh bukh bukkhh...!!! ”
“ papa!! ”
“ tolong bukain pintunya pa! hiks.. Aliesha gamau ada disini. disini gelap banget, hiks.. Aliesha sesek pa! plis bukain pintunya pa! ” teriak Aliesha dengan isakannya yang sudah tersedu pilu.
Walaupun tangan Aliesha sudah begitu terluka. Darah segar tampak menapak dipermukaan pintunya. Itu sama sekali tidak membuat Aliesha menyerah sedikitpun. Aliesha tetap memukul-mukul pintu dihadapannya dengan sekuat tenaga. Seolah-olah pintu itu adalah hal yang paling dibencinya.
Luka ditangannya tidak terasa sakit sama sekali. Karena rasa takut Aliesha untuk berada disini yang semakin menjadi-jadi. Aliesha tetap berusaha dengan sisa tenaganya untuk membebaskan dirinya dari sini.
“ ceklekk ceklekkk bukkhh...!!! ”
“ paa..? aliesha mohon.. tolong buka pintunya ”
Entah sudah berapa lama Aliesha dikurung diruangan ini. Berjam-jam lamanya Aliesha berusaha ingin membebaskan diri, namun tetap saja hasilnya nihil. Tidak ada seorang pun yang bisa Aliesha rasakan keberadaannya. Meskipun sudah nampak kelelahan, Aliesha masih tetap memukul-mukul pintu dihadapannya. Diiringi dengan tangisannya yang sudah tidak bersuara. Berharap ada seseorang yang bisa membukakan pintu itu untuknya.
“ ceklek.. bukkhh!!! ”
“ papa.. plis buka paa.. Aliesha gamau disini ”
“ Aliesha! ”
“ Deg!! ”
“ ah?! papa?? PAPA!! ” kaget Aliesha.
Mendengar suara sang Ayah dari balik pintu, Aliesha merasa begitu senang dengan senyumnya yang terbentuk melebar. Berharap semoga sang Ayah membukakan pintu itu untuknya.
“ pa? papa tolong bu— ”
“ Aliesha! jangan pernah berharap kamu bisa keluar dari situ!! dan jangan pernah coba-coba buat kabur!! kalau kamu langgar, kamu tau akibatnya!!! ” ujarnya dengan nada penuh penekanan.
“ oh.. satu lagi. jangan berisik!! papa jadi ga bisa tidur gara-gara kamu Aliesha!!! ” sambungnya.
“ tapi pa... ”
“ papa? ”
“ plis papa tolong keluarin Aliesha dari sini! ”
“ Aliesha takut pa.. ”
“ papa tolong buka pintunyaaa!! ”
“ PAPAAA!!! ”
Mendengar langkah kaki sang Ayah yang semakin menjauh, hilang sudah harapan Aliesha untuk bisa keluar dari sini.
Aliesha menjatuhkan dirinya diatas lantai. Merasakan tubuhnya yang sudah begitu melemas letih. Masih dengan isakan tangisnya yang sudah menyakiti dadanya sendiri, bercampur aduk dengan rasa sakit hatinya yang kembali menusuk hati.
“ kenapa papa ngelakuin ini sama Aliesha?? ”
" Aliesha salah apa? ”
“ apa selayak itu Aliesha dikurung kayak gini?! ”
•
•
“ Degg!!! ”
- [ 07:23 ] -
“ tik.. tik.. tik.. ”
“ AAARRGGHHHH!!!! ”
“ kenapa si?! lagi tidur aja aku harus mimpiin kejadian itu?! gak bisa apa, biarin aku tidur nyenyak sehari aja?! ” ketus Aliesha mengacak-acak rambutnya frustrasi.
Lagi dan lagi, Aliesha harus terbangun dari tidurnya karena sebuah ingatan pilu yang datang dari masa lalunya sendiri.
Akhir-akhir ini pola tidur Aliesha sangatlah tidak teratur. Kadang kala terlalu malam, terkadang juga Aliesha tidak tidur semalam suntuk, atau bahkan tidur siang saja tidak bisa. Memang sesulit itu bagi Aliesha untuk tidur nyenyak walau hanya satu malam.
“ tok tok tok.. ”
“ sha..? ” panggilnya dari balik pintu.
Manusia yang satu ini panggil saja Naiya. Nama lengkapnya adalah Naiya Argina Fenya. Satu spesies manusia setengah Tasmanian Devil versi betina. Ya.. berbicara dengan urat itu adalah kebiasaannya. Meskipun seperti itu, Naiya adalah satu-satunya manusia yang Aliesha miliki sekarang. Dia sahabat sekaligus keluarga bagi Aliesha sejak kecil.
“ masuk ” suruh Aliesha pada Naiya.
Setelah mendapat izin dari penghuni kamar, Naiya pun membuka pintunya dengan perlahan. Berdiri terdiam diambang pintu, menatap intens ke arah Aliesha yang tengah terduduk mematung diatas kasurnya sendiri.
“ AHAH! lo kayak gembel sumpah! ” ledek Naiya terkekeh. Melihat kondisi visual sahabatnya dipagi ini mampu membuat perut Naiya tergoncang.
Namun, Aliesha tetap duduk terdiam dengan ekspresinya yang begitu datar. Tidak terdapat respon apapun dari Aliesha untuk Naiya.
Melihat wajah Aliesha yang seperti itu, Naiya pun segera menghentikan tawanya. Kemudian berjalan masuk dan duduk ditepi kasur tepat dihadapan Aliesha.
“ flat amat muka lo kayak triplek lima ribu.. ” ucap Naiya menatap wajah Aliesha dengan begitu lekat.
“ ada apa? lo kenapa sha? pagi pagi udah bikin alarm alami.. udah cukup alarm iphone aja yang kayak toa masjid. lo gak usah ikut ikutan, yah? ” gumam Naiya.
Melihat Aliesha yang masih terdiam dengan ekspresi datarnya. Naiya pun sudah mengerti, bahwa sapaan paginya itu hanya bisa membuat Aliesha semakin frustrasi.
“ haahhh.. ” Naiya menghela nafas berat. Merasa hatinya begitu terasa pilu melihat kondisi Aliesha.
“ lagi? ” tanya Naiya.
Naiya menatap Aliesha dengan tatapan sendu. Seolah-olah Naiya sudah tahu, apa yang tengah terjadi dengan sahabatnya itu.
Aliesha pun menundukkan kepalanya. Menutupi wajah dengan kedua tangan miliknya. Merespon pertanyaan Naiya hanya dengan anggukkan kecil dari kepalanya.
Naiya yang sudah menduga itu, tidak habis pikir. Bagaimana tidak, melihat sahabatnya yang masih saja terbelenggu dengan masa lalunya sendiri. Selama bertahun-tahun lamanya hingga detik ini.
Itu sebabnya mengapa Naiya selalu merasa takut jika Aliesha akan kembali depresi, atau bahkan gangguan mentalnya kembali kambuh. Rasa khawatir Naiya terhadap Aliesha selalu ada disetiap menitnya.
Naiya kebingungan. Entah apa yang harus Naiya lakukan. Naiya hanya bisa mengusap lembut pundaknya Aliesha.
“ oiya, sha... sekarang kan weekend, gimana kalau kita jalan-jalan? kita nongki-nongki ditaman pinus gitu.. lo mau kan? ” ajak Naiya. Mencoba untuk menghibur Aliesha.
Mendengar itu Aliesha pun mengangkat pandangannya, mengangguk mantap tanda setuju dengan ajakkan Naiya.
Aliesha memang sudah berkeinginan untuk pergi keluar rumah, mau kemanapun itu tujuannya Aliesha tidak peduli. Asalkan Aliesha bisa terbebas dari semua rasa stres yang kerap mengganggunya.
“ yaudah.. sekarang, lo cepet mandi ” suruh Naiya.
Aliesha pun merespon itu hanya dengan anggukkan kecil dari kepalanya, sembari beranjak turun dari kasur miliknya dengan tubuh yang masih terlunglai lesu.
Namun, langkah Aliesha berhenti begitu saja. Aliesha kembali menatap lekat Naiya yang masih terduduk ditepi kasurnya.
“ kenapa? ” tanya Naiya bingung.
“ kamu... udah mandi? ” tanya Aliesha menatap Naiya dengan begitu intens.
“ eh? gue... belum si, ehe.. ” jawab Naiya terkekeh.
“ idih.. gembel! ” ucap Aliesha bergilir mengejek.
“ ooohhh.. jadi lo balas dendam, gitu? hah?? waahh.. kurang ajar! sini lo! baku hantam kita! ” ketus Naiya berdiri dari duduknya.
“ giliran diejek aja gak terima, huh! pergi sana!! cuci badan biar bersih. muka kayak keset kamar mandi. ” ejek Aliesha sembari beranjak pergi menuju kamar mandi.
“ halah bicit lu nyet!! udah gausah ngejek!!! sama sama kayak gembel ini! ” ketus Naiya berjalan pergi dari kamarnya Aliesha.
Percakapan mereka pun berakhir dengan tawa terkekeh dari mulut Aliesha yang begitu lantang.
Seperti inilah keseharian Aliesha dan Naiya. Tiada hari tanpa mendebatkan satu hal disetiap menit hidupnya.
Semenjak Aliesha lulus SMA, Aliesha memutuskan untuk beranjak pergi mencari rumah baru, dengan jarak yang cukup menjauh dari wilayah rumahnya dulu.
Begitu pula dengan Naiya. Dengan sepenuh hatinya, Naiya berkeinginan untuk ikut bersama satu sahabatnya itu. Kedua orangtuanya pun mengizinkan Naiya untuk pergi memulai hidup mandiri bersama Aliesha.
Mereka berdua pun menyewa satu rumah untuk mereka ditinggali, dengan biaya sewa yang dibagi sama rata.
Karena sudah terlalu banyak luka yang diterima, mengingat setiap kali kejadian pilu diwilayah rumahnya dulu. Itu adalah alasan mengapa Aliesha ingin sekali pindah rumah. Dan disisi lain, Aliesha juga ingin sekali pergi menjauh dari dua makhluk yang Aliesha anggap sebagai iblis berkedok manusia. Yang dimaksudnya itu adalah sang Ayah dan Pamannya sendiri.
...\=\=\=...
...To be continued... »...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments