Batin Seorang Ibu

Setelah keberangkatan mas Adam aku perencana membawa aisyah untuk pulang ke rumah Abah dan Umi. Sebelum pulang ke rumah Abah dan Umi, terlebih dahulu aku meminta izin kepada mas Adam, dengan cara mengirim pesan untuknya.

(Mas aku meminta izin untuk pulang ke rumah Abah dan Umi beberapa hari, untuk menenangkan hati dan pikiran ku, jangan susul aku mas. Berilah aku waktu beberapa hari di sana) tulis ku di dalam pesan tersebut.

Setelah mengemas pakaian ku dan juga Aisyah, tak berapa lama taksi pesanan ku datang. Aku langsung mengiringi Aisyah untuk naik ke dalam taksi tersebut.

"Bunda kita tidak menunggu ayah?" Aisyah melirik ke samping kiri dan kanan seperti mencari sesuatu. Aku tahu putriku sedang mencari ayahnya, karena tidak biasanya kami pulang ke rumah abah dan umi hanya berdua saja.

"Tidak sayang nanti ayah akan menyusul ke ke rumah nenek dan kakek, nanti Aisyah akan bermain di sana bersama mbak nurul."ujar ku

Nurul adalah anak pertama dari kakakku Faisal, usianya hanya 3 tahun lebih tua daripada Aisyah.

Aku tidak tahu apakah keputusanku dengan pulang ke rumah abah dan umi adalah keputusan yang benar atau salah. Tetapi setiap ada masalah rasanya ingin berdekatan dengan umi, yang selalu bisa memberikanku solusi untuk masalah yang ku hadapi.

Aku juga tidak ingin menceritakan aib permasalahan rumah tanggaku, aku hanya mencari ketenangan saja, jika berada di rumah Abah dan Umi rasanya sangat tenang.

Biarlah masalah ini ku hadapi sendiri,aku hanya ingin dekat dengan orang-orang yang ku sayang, biar aku kuat menghadapinya. Aku juga tidak tahu bagaimana kelanjutan surgaku rasanya benar-benar sakit sekali.

Dalam perjalanan tidak henti-hentinya aku beristighfar dan berdoa, agar diberikan ketabahan dan kesabaran, dalam menghadapi ujian ini, pikiran dan hatiku benar-benar terusik sekali.

{allahumma inni audzubika minal hammi wal huzni wal ajzi wal kasali wal bukhli wal jubni

wal dholaid Daini wa gholabatir rijali.}

" Ya Tuhanku aku berlindung kepadamu dari rasa sedih serta duka cita ataupun kecemasan, dari rasa lemah serta kelemahan,

dari kebakhilan serta sifat pengecut, dan beban utang serta tekanan orang jahat."

Tampa kusadari air mataku menetes dengan sendirinya, sesekali ku usap air mataku tanpa sepengetahuan Aisyah.

"Bunda kenapa menangis?" tanya Aisyah.

Aku sedikit terkejut mendengar pertanyaan Aisyah, tanpa kusadari Aisyah mengetahui kalau aku sedang menangis dalam diam. Ku peluk tubuh kecilnya itu sambil tersenyum.

"Bunda tidak menangis sayang, mata bunda lagi sakit sayang, makannya keluar air mata."

Tangan kecil Aisyah terjulur menghapus air mata ku.

Aisyah sosok putri kecilku yang selalu menguatkan aku ketika aku sedih. Aku sangat bahagia mendapatkan karunia dari Allah, permata indah yang selalu mendampingiku, ku cium bibinya dengan penuh kasih sayang.

"Sebentar lagi kita akan sampai rumah kakek dan nenek, Aisyah senang nggak?" tanya aku kepadanya

"Aisyah senang bunda.?" jawabnya.

Tak berapa lama kami sampai di rumah Abah dan Umi, kubuka pintu pagar rumah, di sana sudah ada mbok Imah yang sedang menyapu halaman.

"Assalamualaikum mbok." sapa ku kepada mbok Imah.

"Waalaikumsalam.. eh ada non Zahra sama non Aisyah," jawab mbok inan dengan senyum kegirangan melihat kedatangan ku dan Aisyah.

"Abah dan Umi ada di dalam mbok?"tanyaku kepada mbok Imah.

"Umi ada di dalam non, kalau Abah lagi di luar kota, ada jadwal ceramah di semarang ,udah dua hari di sana, sepertinya nanti sore baru pulang."ujar mbok Imah lagi.

Abah adalah seorang ustadz penceramah, Abah juga memiliki dua pesantren yang ada di kota ini dan juga semarang, walaupun bukan abah yang langsung memimpin.

Sesekali Abah akan turun Tangan sendiri untuk mengecek pesantren nya tersebut.

"Oh ya sudah kalau begitu mbok, saya langsung masuk ke dalam aja mbok."

"Iya silahkan non." ujar mbok Imah sambil membawa tas yang berisi pakaian ku dan Aisyah.

Aku mencari keberadaan umi dan juga penghuni lainnya, di dalam rumah ada suara di dapur, sepertinya Umi dan mbak Salwa sedang memasak.

Aku melangkahkan kakiku menuju dapur dan benar saja umi dan mbak Salwa sedang memasak bersama. "Umi." panggilku.

Aku menghampiri Umi kupeluk Umi dari belakang. "Zahra, ada apa Zahra."tanya Umi lembut kepadaku.

Aku hanya menggeleng di belakang punggung Umi. dan ku lepas pelukanku kepadanya.

"Kamu pulang sama siapa Zahra,?" tanya Umi.

"Zahra cuma sama Aisyah saja Umi, mas Adam lagi ada pekerjaan. Zahra dan Aisyah kangen sama Umi jadi langsung pulang aja, iya kan Aisyah,?" tanya ku kepada putriku.

"Iya nenek Aisyah kangen nenek.?"

"Cucu nenek kangen ya sama nenek?." tanya Umi tersenyum lalu menggendong Aisyah dan pergi.

"Mbak lagi masak apa.?" tanyaku menghampiri mbak Salwa istrinya mas Faisal

"lagi masak rendang sama tempe bacem Ra."jawab mbak Salwa.

" wahh itukan kesukaan aku, pas banget aku kesini."

"Iya umi yang suruh membuat rendang dan tempe bacem, sepertinya umi udah tau kalau kamu mau kesini, umi kangen sama kamu Ra, dari kemarin dia selalu nanya kamu sama mbak." jawab mbak Salwa tersenyum.

Aku hanya tersenyum menanggapi pernyataan dari mbak Salwa, mungkin Umi merasakan tentang perasaanku. Ikatan batin antara ibu dan anak memang sangat kuat.

"Mas Faisal kemana mbak, kok dari tadi nggak kelihatan.?" Tanya ku mengalihkan pembicaraan.

"Mas Faisal lagi ke semarang, nemenin Abah."

"Mbak hamil lagi ya?" kulihat perut kakak ipar ku yang mulai agak buncit. Sepertinya benar mbak Salwa sedang hamil, sudah beberapa bulan aku tidak pulang ke rumah Abah dan Umi, karena mas Adam yang sedang sibuk dan tidak mengizinkan aku dan Aisyah pergi berdua saja.

"Iya Ra udah mau masuk 3 bulan, emangnya kelihatannya ra perasaan perut mbak masih rata." ujar mbak Salwa sambil memegang perutnya.

"Lumayan Mbak, tapi aku tahu kalau mbak sedang hamil, walaupun perut mbak masih rata." jawab ku tersenyum ke arahnya.

"Kamu ada-ada aja ra".

"Nurul kemana mbak, kok nggak kelihatan?" tanyaku mencari keponakanku yang imut dan cerdas.

"Nurul belum pulang sekolah, sebentar lagi juga pulang dijemput sama pak Rohman."ucap mbak Salwa.

Setelah membantu mbak Salwa memasak aku langsung mencari keberadaan Aisyah dan Umi, mereka sedang berada di halaman belakang.

Terdengar suara ceria Aisyah, Nurul dan juga Umi, dari kejauhan aku memperhatikan mereka yang sedang bermain, aku benar-benar senang melihat Aisyah yang begitu bahagia bermain dengan nurul.

Apa jadinya jika keluargaku tidak lengkap tanpa kehadiran mas adam?, aku tidak ingin kebahagiaan aisyah berakhir begitu saja, bagaimana jika mas Adam nekat untuk menikah lagi, apakah aku dan Aisyah siap kehilangan dirinya.

Terpopuler

Comments

‼️n

‼️n

Alhamdulillah....masih ada support system yg masih solid yakni keluarga.

2023-07-10

0

Uneh Wee

Uneh Wee

jngn di pndam sendiri lah zahra ...

2023-03-03

0

cinta semu

cinta semu

curhat dikit lah ma keluarga siapa tau banyak manfaat ny ...biar g salah ambil keputusan

2022-12-01

2

lihat semua
Episodes
1 kecurigaan Zahra
2 Minta Izin
3 Janji yang diingkari
4 Doa Sepertiga Malam
5 Batin Seorang Ibu
6 Kepulangan Abah
7 Aisyah rindu ayah
8 Apa kamu baik-baik saja?
9 Aku baik-baik saja
10 Pahlawanku.
11 Kedatangan mas Adam
12 Tega sekali kamu mas
13 Amanah
14 Egois
15 Pulang
16 Dua Hati
17 Cemburu
18 Kecemburuan Adam
19 Aisyah Sakit
20 Disalahkan
21 Leukemia
22 Allah sedang mengujimu
23 Melupakan
24 Sahabat masa kecil
25 Membujuk Aisyah
26 Maafkan mama
27 Rahasia
28 Investasi
29 Larangan mama
30 Berteman
31 Calon madu
32 Ikrar kedua
33 Sebuah foto
34 Diabaikan
35 Dimana surga itu?
36 Bermain cantik
37 Memberi tahu orang tua
38 Membela diri
39 Aib
40 Bertamu
41 Rumah madu
42 Cinta
43 Ingin dicintai
44 Permintaan Zahra
45 kekhawatiran
46 tausiyah
47 Pertanyaan
48 Berbagi waktu
49 Dilema
50 Viral
51 Dia jauh di atas ku
52 Tidak lagi mencintai
53 Berusaha adil
54 Drama makan malam
55 Pesan untuk anak laki-lakiku
56 Dua ibu
57 Aku cemburu
58 Tidak dianggap
59 keinginan Jihan
60 Aisyah tidak baik-baik saja
61 Aisyah
62 Ikhlas
63 Terakhir kalinya
64 Ikhlas
65 Meledak
66 Pertengkaran
67 Hanya untukku
68 Terpuruk
69 Dipecat.
70 Secepatnya
71 Amukan ibu-ibu
72 Amplop Coklat
73 Pertemuan
74 Tak tahu malu
75 Hasutan Jihan
76 Resmi Berpisah
77 Sedih
78 Bingung
79 Faiz Mencintai Zahra
Episodes

Updated 79 Episodes

1
kecurigaan Zahra
2
Minta Izin
3
Janji yang diingkari
4
Doa Sepertiga Malam
5
Batin Seorang Ibu
6
Kepulangan Abah
7
Aisyah rindu ayah
8
Apa kamu baik-baik saja?
9
Aku baik-baik saja
10
Pahlawanku.
11
Kedatangan mas Adam
12
Tega sekali kamu mas
13
Amanah
14
Egois
15
Pulang
16
Dua Hati
17
Cemburu
18
Kecemburuan Adam
19
Aisyah Sakit
20
Disalahkan
21
Leukemia
22
Allah sedang mengujimu
23
Melupakan
24
Sahabat masa kecil
25
Membujuk Aisyah
26
Maafkan mama
27
Rahasia
28
Investasi
29
Larangan mama
30
Berteman
31
Calon madu
32
Ikrar kedua
33
Sebuah foto
34
Diabaikan
35
Dimana surga itu?
36
Bermain cantik
37
Memberi tahu orang tua
38
Membela diri
39
Aib
40
Bertamu
41
Rumah madu
42
Cinta
43
Ingin dicintai
44
Permintaan Zahra
45
kekhawatiran
46
tausiyah
47
Pertanyaan
48
Berbagi waktu
49
Dilema
50
Viral
51
Dia jauh di atas ku
52
Tidak lagi mencintai
53
Berusaha adil
54
Drama makan malam
55
Pesan untuk anak laki-lakiku
56
Dua ibu
57
Aku cemburu
58
Tidak dianggap
59
keinginan Jihan
60
Aisyah tidak baik-baik saja
61
Aisyah
62
Ikhlas
63
Terakhir kalinya
64
Ikhlas
65
Meledak
66
Pertengkaran
67
Hanya untukku
68
Terpuruk
69
Dipecat.
70
Secepatnya
71
Amukan ibu-ibu
72
Amplop Coklat
73
Pertemuan
74
Tak tahu malu
75
Hasutan Jihan
76
Resmi Berpisah
77
Sedih
78
Bingung
79
Faiz Mencintai Zahra

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!