Rindu

Tangis bahagia bergema diruang tamu keluarga Abimanyu. Maria memeluk erat putranya dengan air mata berderai. Sepuluh tahun berpisah membuat kerinduannya akan sang putra membuncah. Elang yang dibesarkan opanya di London selalu membuatnya rindu tumbuh kembang sang anak.

Sebenarnya hampir tiap tahun baik Maria ataupun Abi selalu menyempatkan diri terbang ke London untuk menengok keberadaan sang putra yang tidak juga ingin pulang ke Indonesia, sekalian menghabiskan liburan dirumah papa Maria, Hans yang masih tampak bugar walau telah berusia 75nan tahun. Pria tua itu walau telah berpisah dari mamanya yang sudah dipanggil yang maha kuasa masih sangat rajin bekerja dikantornya dan mengajarkan banyak hal pada Elang maupun Bima, cucu keduanya.

Bima adalah anak dari adik Maria. Pemuda yang baru lulus kuliah itulah yang kini menemani opa mereka. Mamanya, Emilia adalah adik semata wayang Maria yang memilih menekuni dunia arsitek bersama suaminya dari pada mengurus perusahaan. Pada akhirnya, Bian adalah harapan Hans satu-satunya untuk meneruskan usahanya karena Elang sudah diminta pulang kembali ke Indonesia karena kondisi Maria, putri sulungnya yang makin memburuk, belum lagi Abi menantunya yang juga menderita jantung. Elang juga satu-satunya harapan mereka untuk meneruskan perusahaan Abimanyu.

Maria memegang kedua pipi putranya yang bersimpuh dalam pelukannya. Ada kerinduan dan kebahagiaan mendalam dalam diri wanita itu. Elang yang juga sangat terharu melihat mamanya yang berubah kurus kering dengan wajah pucat dan fisik lemah meraba leher Maria yang membengkak cukup besar.

"Mama kau harus operasi secepatnya." lirih Elang terbata. Maria menggeleng lemah membuat Elang makin berlinang air mata. Bayangan masa kecilnya mulai meraja.

"Tidak sebelum kalian menikah." tegas Maria diantara tangisnya.

" Jangan keras kepala ma, ingat papa, Elang, opa ...."

"Mama tau. Tapi mama hanya ingin kau cepat menikah Lang." jemari Elang mengepal kuat. Rasa tidak tega lebih menguasai dirinya. Mamanya adalah wanita yang lembut dan penyayang. Tak ada yang bisa dia jadikan alasan untuk membencinya. Apalagi melihat kondisi ibundanya yang menyedihkan.

"Baik, besok Elang akan menikah, sekaligus mengantar mama operasi." tegasnya. Semua orang menahan nafas, tak terkecuali Paramitha yang dibuat sesak nafas karenanya. Belum lagi tatapan mata tajam Elang yang seakan menusuk jantungnya. Mata yang penuh permusuhan.

"Ya Tuhan...apa salahku pada kak Elang." batin Mitha dengan kaki bergetar.

"Tapi dokter sudah menjadwalkannya akhir bulan Lang." kata Abi lirih seraya memegang bahu anaknya dan menyuruh berdiri dan duduk disamping mamanya.

"Jangan terlalu lama menunda pa. Kita lakukan apa yang bisa dilakukan. Kasihan mama. Belum tentu beliau bisa bertahan selama itu. Elang tidak bisa membayangkan betapa sakitnya mama, pa." ujar Elang berapi-api membuat mata Maria dan Abi berbinar. Mereka benar, London tidak merubah Elang sama sekali. Bakti dan kasih sayangnya pada keluarga masih sebesar dahulu. Terkecuali pada Mitha, dia masih saja belum bisa menerima kehadirannya walau sudah sepuluh tahun berlalu.

"Berikan nomer ponsel dokternya, pa. Aku yang akan menghubunginya." pinta Elang sekali lagi. Abi segera membuka ponselnya, mencari kontak dokter Sam dan mengirimnya pada Elang. Tak lama, putra sulungnya itu menghubungi dokter itu. Sungguh, Elang tidak ingin Maria kembali berubah pikiran.

Tak berapa lama Elang selesai bernegosiasi dengan dokter Sam yang akhirnya setuju memajukan jadwal operasi Maria lusa karena besok masih akan mengobservasi mamanya itu. Keberatan dan terlalu lama bagi Elang, namun dokter Sam tak ingin melanggar kode etik kedokterannya.

Sepanjang menelepon dokter Sam, baik Abi, Maria ataupun Mitha hanya bisa menyaksikan betapa tenangnya pria tampan itu membuat dokter Sam yang terkenal disiplin untuk mendengarkannya dan menyetujui permintaannya walau harus dengan prosedur lompat hari. Ketegasan Elang membuat semua tau, betapa Hans sudah sangat mengubahnya beberapa tahun ini.

"Lang, kau serius mau menikah besok?" tanya Abi meyakinkan. Pria itu menoleh dan mengamati wajah papanya.

"Bukannya itu yang papa inginkan? agar aku menikahi anak papa ini?" desisnya pelan. Sontak Abi melotot padanya, demikian pula Maria. Mata wanita itu begitu terluka.

"Mama dan papa tidak pernah memaksamu Lang. Jangan lakukan jika kau tak mau." kata Maria lemah, air mata kembali jatuh di pipinya. Mitha yang tak tega melihat mamanya menangis langsung menghampiri dan memeluk tubuh ringkihnya.

"Dengan membiarkan mama terus menderita? tidak mama. Aku tidak akan membiarkan mama menderita terlalu lama."

"Perkataanmu membuat mama terluka Lang." Elang terdiam. Dia sama sekali tak berniat membuat mamanya bersedih hati. Cukup sudah dirinya merasa nelangsa melihat tubuh ringkih itu berusaha tegar dan tetap tersenyum padanya. Dia tau mamanya sakit..sangat sakit bahkan.

"Maafkan Elang, ma." balasnya kemudian dengan nada rendah. Matanya terlihat sayu.

"Sudahlah. Sebaiknya kau bersih-bersih lalu segera makan Lang. Nanti kita bicara lagi." kata Abi mencairkan suasana. Sebentar lagi maghrib, mereka harus sholat jamaah dan makan malam.

Elang hanya menurut, mencium pipi mamanya lalu naik ke kamarnya. Kamar yang sudah bertahun lalu dia tinggalkan. Langkah tegapnya menjadi lemah saat masuk kesana dan mengunci pintunya. Semua furniture memang baru, tapi tak ada barang-barangnya yang hilang sama sekali. Sepatu, tas sekolah, hingga seragam basketnya masih tertata rapi disana. Sentuhan sang mama masih sangat kental disana. Sungguh mamanya sangat menyayangi dirinya. Segera dia beranjak membersihkan diri, takut membuat semua orang menunggunya nanti.

Ketukan pintu terdengar, setengah berteriak dari kamar mandi dia menyuruh masuk sambil membenahi jubah mandinya dan beranjak keluar. Mata coklatnya membola saat melihat Mitha masuk.

"Kenapa kemari? keluar!" hardiknya keras. Gadis cantik itu hanya berjingkit kaget.

"Kakak ditunggu papa di bawah, mau diajak ke mushola." Elang bersikap tak peduli dan memilih menyibukkan diri membongkar kopernya. Mitha yang merasa diacuhkan segera menutup pintu dan pergi dari sana.

"Sudah kau suruh Elang turun Mith?" Abi yang sudah siap dengan baju koko dan kopyahnya mengadang Mitha di ujung tangga.

"Sudah pa, tapi kayaknya kak Elang masih sibuk."

"Siapa bilang aku sibuk!" hampir saja jantung Mitha copot karenanya. Suara tegas itu seakan mengintimidasi dirinya. Langkah teratur pria itu menuruni tanggapun bagai palu godam yang siap memukul tengkuknya. Hingga pria itu sampai disampingnya dan menabrak pundaknya keras. Hampir saja dia jatuh tersungkur jika tidak berpegangan. Mitha sampai mengigit bibir bawahnya karena menahan nyeri di pundaknya apalagi nyeri hatinya karena Elang yang langsung pergi tanpa minta maaf padanya. Apa pria ini benar-benar yang terbaik untuknya? apa Elang tak terlalu angkuh untuknya? tapi sungguh, diatas segalanya dia hanya ingin berbakti pada kedua orang tuanya.

Terpopuler

Comments

Ds Phone

Ds Phone

payah kelaki kasar

2025-02-25

0

Kartika Dewi

Kartika Dewi

nyimak dulu thor

2023-02-28

0

lihat semua
Episodes
1 Mama
2 Siang itu
3 Anggrek
4 Rindu
5 Permintaan
6 Kamar Elang
7 Sekamar
8 Ditinggal
9 Diusir
10 Zahra
11 Kak Bian
12 Kurir
13 Bertemu
14 Pertemuan Kedua
15 Uang
16 Lagi
17 Pulang
18 Banyak bicara
19 Salah peluk
20 Diberhentikan
21 Bertengkar
22 Tak biasanya
23 Dilema
24 Janji
25 Bertanya
26 Tau
27 Di kamarku!
28 phobia
29 kenapa?
30 Mengantar
31 Menjemput Zahra
32 Pertanyaan
33 Pijat
34 Satu frame
35 Opa
36 Sindy lagi
37 Kucing
38 Tanpa ijinku
39 Tepat
40 kenapa
41 Hari menyebalkan
42 Siapa dia?
43 Suara lembut
44 First
45 Gugusan bintang
46 Kesiangan
47 Lulus
48 Pergi
49 Tidak
50 Leo
51 Penjelasan
52 Ketiga
53 S&M
54 Honey
55 Second kiss
56 Kesal
57 Training
58 Udin
59 Suzanna
60 Bertengkar lagi
61 Dek
62 Siapa dia?
63 Istri??
64 Dialog pagi
65 Surprise
66 Terkilir
67 Kamar Mandi
68 Pijat
69 Pagi
70 Tak tau malu
71 Sama saja
72 Masih berlanjut
73 Salah paham
74 Ingin tau
75 Memastikan
76 Pulang
77 Kau
78 Bintang
79 Intens
80 Sore itu
81 Kecewa
82 Semangat
83 Pintu keluar
84 Profesional
85 Check in
86 Lagi
87 Duka
88 Aunty
89 Sebenarnya
90 Tersadar
91 Isu hamil
92 Tak butuh
93 Kembali berjanji
94 Tak ada dia
95 Syarat
96 Tepi kolam
97 Dari awal
98 Pesan
99 Tiba di rumah
100 Permintaan
101 Manja
102 Partner
103 Tugas
104 Hiburan
105 Tak sengaja
106 Bersyukur
107 Rok pendek
108 Syarat
109 Tegang
110 Tantangan
111 Ehmm
112 Restoran Padang
113 Minum
114 Baju Hangat
115 Menjaga
116 Alasan
117 Tak ingin diganggu
118 Maaf
119 Tak tertarik
120 Pendarahan
121 Adopsi
122 Dugaan
123 Kekanakan
124 Dimana
125 Bantu saya
126 Kedua kalinya
127 Dia lagi
128 mandi Bersama
129 Sarah
130 Siapa?
131 Tak Sendiri
132 Berdebat
133 Sindiran
134 Doa
135 Nyatanya
136 Pemilih
137 Draft
138 Sebelum sah
139 Raja Onta
140 Selamat
141 Soal Rasa
142 Resto
143 Kompak
144 Mahar
145 Tak Membantah
146 Resign
147 Lelah
148 Berkaca
149 Esoknya
150 Siap
151 Baju Ganti
152 Lupa
153 Entahlah
154 Terserah
155 Berusaha
156 Telepon
157 Last
Episodes

Updated 157 Episodes

1
Mama
2
Siang itu
3
Anggrek
4
Rindu
5
Permintaan
6
Kamar Elang
7
Sekamar
8
Ditinggal
9
Diusir
10
Zahra
11
Kak Bian
12
Kurir
13
Bertemu
14
Pertemuan Kedua
15
Uang
16
Lagi
17
Pulang
18
Banyak bicara
19
Salah peluk
20
Diberhentikan
21
Bertengkar
22
Tak biasanya
23
Dilema
24
Janji
25
Bertanya
26
Tau
27
Di kamarku!
28
phobia
29
kenapa?
30
Mengantar
31
Menjemput Zahra
32
Pertanyaan
33
Pijat
34
Satu frame
35
Opa
36
Sindy lagi
37
Kucing
38
Tanpa ijinku
39
Tepat
40
kenapa
41
Hari menyebalkan
42
Siapa dia?
43
Suara lembut
44
First
45
Gugusan bintang
46
Kesiangan
47
Lulus
48
Pergi
49
Tidak
50
Leo
51
Penjelasan
52
Ketiga
53
S&M
54
Honey
55
Second kiss
56
Kesal
57
Training
58
Udin
59
Suzanna
60
Bertengkar lagi
61
Dek
62
Siapa dia?
63
Istri??
64
Dialog pagi
65
Surprise
66
Terkilir
67
Kamar Mandi
68
Pijat
69
Pagi
70
Tak tau malu
71
Sama saja
72
Masih berlanjut
73
Salah paham
74
Ingin tau
75
Memastikan
76
Pulang
77
Kau
78
Bintang
79
Intens
80
Sore itu
81
Kecewa
82
Semangat
83
Pintu keluar
84
Profesional
85
Check in
86
Lagi
87
Duka
88
Aunty
89
Sebenarnya
90
Tersadar
91
Isu hamil
92
Tak butuh
93
Kembali berjanji
94
Tak ada dia
95
Syarat
96
Tepi kolam
97
Dari awal
98
Pesan
99
Tiba di rumah
100
Permintaan
101
Manja
102
Partner
103
Tugas
104
Hiburan
105
Tak sengaja
106
Bersyukur
107
Rok pendek
108
Syarat
109
Tegang
110
Tantangan
111
Ehmm
112
Restoran Padang
113
Minum
114
Baju Hangat
115
Menjaga
116
Alasan
117
Tak ingin diganggu
118
Maaf
119
Tak tertarik
120
Pendarahan
121
Adopsi
122
Dugaan
123
Kekanakan
124
Dimana
125
Bantu saya
126
Kedua kalinya
127
Dia lagi
128
mandi Bersama
129
Sarah
130
Siapa?
131
Tak Sendiri
132
Berdebat
133
Sindiran
134
Doa
135
Nyatanya
136
Pemilih
137
Draft
138
Sebelum sah
139
Raja Onta
140
Selamat
141
Soal Rasa
142
Resto
143
Kompak
144
Mahar
145
Tak Membantah
146
Resign
147
Lelah
148
Berkaca
149
Esoknya
150
Siap
151
Baju Ganti
152
Lupa
153
Entahlah
154
Terserah
155
Berusaha
156
Telepon
157
Last

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!