Anggrek

Suasana bandara yang ramai tak menyurutkan jari jemari seorang gadis cantik berambut kecoklatan untuk terus membalas chat beberapa teman kerjanya. Dia yang semula tidak enak hati karena tidak masuk kerja secara tiba-tiba hari itu menjadi lebih tenang saat membalas chat mereka yang bekerja satu shift dengannya.

"Mitha...sini." panggil seorang pria paruh baya yang serta merta merangkul bahunya dan mengajak mendekati pintu keluar.

Abimanyu sang papa masih mengedarkan pandangannya, meneliti satu persatu penumpang yang baru turun dari pesawat hingga tatapannya tertumbuk pada seorang pria bertubuh tinggi dalam balutan jaket biru tua.

"Elang." panggilnya membuat pria muda yang tadinya akan belok ke arah kanan menjadi berjalan lurus mendekati mereka. Pemuda bernama Elang itu menyeret koper besarnya dengan langkah panjang lalu memeluk sang papa erat.

"Bagaimana kabar papa?" tanyanya lembut. Abimanyu menepuk bahu putranya bangga. Sang anak malah berpostur melebihi dia sekarang.

"Papa baik. Hmmm...ini adikmu. Paramitha." Elang menatap Mitha yang jadi salah tingkah dan mengulurkan tangan kanannya dengan sedikit gemetar. Takut tak mendapat respon yang baik dari sang kakak yang terasa sangat asing dimatanya.

"Ha...hai kak..."

Sama seperti dugaanya, Elang tak menanggapi uluran tangan itu dan memilih memeluk pundak sang papa agar segera menuju pintu keluar tempat pak Jaya sopir keluarga mereka menunggu. Tiba-tiba hati Mitha menciut. Ya Tuhan, jangankan saling bersalaman, menjawab sapaannya saja tidak. Apa ini pria yang dipilih orang tuanya untuk menjadi pendampingnya? dingin..sama seperti saat dia masih belia dulu. Elang bahkan tak pernah mengacuhkannya. Tentu saja Elang bukan kriteria kakak yang baik saat itu, sama saat sekarang...dia bukan kriteria suami terbaik baginya seperti perkataan papa mamanya.

Jika sekarang Mitha cukup tau alasan Elang acuh padanya, bagaimana dengan yang dulu? sedangkan baik dulu ataupun sekarang dia merasa tak pernah berbuat salah pada kakaknya itu. Jangankan berbuat salah, mendekat saja dia tak pernah.

Siapapun pasti akan bersikap sama seperti yang Elang lakukan jika mereka berada diposisinya saat ini. Mana ada anak pria yang sudah matang dan mapan pula, mau dijodohkan dengan adik kandungnya sendiri? Ayolah ..ini bukan jaman para Fir'aun yang diharuskan menikahi saudarinya sendiri untuk mempertahankan darah keturunan. Jika kebiasaan itu terus lestari, berapa banyak bayi seperti fir'aun Tutankhamun yang menderita kelaianan genetik atau keturunan ratu Victoria yang menjadi carier penyakit hemofilia dan menurunkannya pada anak cucunya. Intinya pernikahan sedarah tidak boleh terjadi karena akan lebih banyak mudharatnya dari pada manfaatnya.

Mitha kembali tidak mengerti pada jalan pikiran kedua orang tuanya. Mereka adalah orang-orang terpelajar yang tentu tau apa akibat pernikahan sedarah yang mereka rencanakan. Tidakkah mereka takut jika nanti akan berimbas pada cucu-cucu mereka?

"Jalan pak." perintah Abi pada sang sopir saat mereka sudah masuk ke dalam mobil. Mitha berinisiatif duduk di depan menemani pak Jaya karena tak ingin kembali bersikap canggung saat ada diantara papa dan kakak dinginnya itu.

Sepanjang jalan pulang, Elang dan Abi tak henti-hentinya berbincang dan menunjukkan tempat-tempat baru pada putra tersayangnya itu. Sepuluh tahun bukan waktu yang singkat untuk Elang meninggalkan Jakarta. Selama kurun waktu itu, sudah banyak bangunan baru yang mengubah wajah sang ibu kota hingga dia sedikit lupa. Tak satupun mereka melibatkan Mitha dalam percakapan mereka. Anak bapak itu terasa seperti sesama teman pria yang sedang kongkow menghabiskan waktu dan menikmati dunianya sendiri.

"Ehm..pa, bisa kita berhenti sebentar di depan? ada sesuatu yang mau Mitha beli." Sela Mitha dengan wajah berbinar. Beberapa meter didepan mereka terlhat penjual bunga warna warni yang menarik mata.

"Baiklah. Tapi jangan lama-lama Mith. Kasihan kakakmu. Dia pasti sangat capek." ingat Abi pada Mitha karena tau pasti kebisaan putrinya juga istri tersayangnya saat bertandang ke toko bunga. Ibu dan anak itu akan lupa waktu karenanya. Segera Mitha melingkarkan telunjuk dan jempolnya membentuk kode oke sebelum turun dari mobil dan setengah berlari kesana. Abi hanya menggelengkan kepalanya, sedang Elang hanya menatap tajam kepergian sang adik dengan raut aneh.

"Adikmu memang begitu Lang."

"hmmmm." hanya itu yang keluar dari tenggorokan Elang. Selebihnya dia melihat kedepan, arah dimana Mitha sibuk memilih deretan anggrek cantik berwarna ungu yang berjajar rapi disana.

"Dia masih seperti yang dulu." gumamnya pelan, namun masih bisa di dengar sang papa.

"Dia tidak berubah Lang. Hanya wajah dan badannya saja yang berbeda. Tapi kau harus mengakui jika adikmu adalah gadis yang cantik. Mamamu tak salah pilih." sekilas Elang melihat wajah papanya yang juga memperhatikan Mitha dari kaca depan dengan senyum lebar.

"Tapi Elang tidak bisa mencintainya pa."

"Kan belum dicoba? nanti juga terbiasa. Tidak sulit mencintai Mitha Lang. Dia gadis yang baik dan tumbuh sesuai didikan mamamu. Selain cantik, dia juga rajin dan penurut. Boleh dibilang, Mitha tipe menantu idaman kami."

"Terserah kalian." hanya jawaban itu yang keluar dari bibir Elang. Setelahnya, pria blasreran Inggris itu memilih diam dan mengalihkan pandangannya pada tempat lain. Jengah dengan pembicaraan mengenai Mitha, calon menantu dan pernikahan.

Mitha masuk sambil menenteng sebuah anggrek ditangannya. Wajahnya sangat riang dengan senyum berseri.

"Buat mama lagi?" tanya Abi saat anak gadisnya sudah masuk sempurna ke dalam mobil. Abi tau pasti jika anggrek adalah bunga kesayangan istrinya karena varian bunga itu terpajang rapi ditaman rumah mereka. Mithalah yang merawatnya pasca Maria sakit.

Mitha hanya mengangguk.

"Mama pasti suka. Ini varian baru pa." ujarnya bersemangat seraya mengelus bunga itu penuh kelembutan.

"Buang-buang uang saja." sergah Elang dingin. Abi maupun Mitha terkejut melihat reaksinya yang terkesan berlebihan. Bukankah Mitha hanya membeli sebuah anggrek di kios pinggir jalan dan bukannya barang mahal di mall?

"Ini tidak mahal kak. Lagian mama suka." bela Mitha tak terima.

"Tetap saja kau membuang uang untuk sampah. Dasar anak manja. Taunya hanya menghabiskan uang orang tua."

"Elang!!!" bentak sang papa tidak suka. Sepertinya memang Elang sangat berlebihan.

"Sudahlah pa, maaf kalau Mitha membuat kakak marah. Lain kali Mitha tidak akan beli beginian lagi." Perasaan Abi menghangat. Mitha benar-benar sangat dewasa di usianya yang sekarang. Putri cantiknya itu selalu saja tak segan mengalah entah itu diposisi dia benar atau salah. Diapun juga tak enggan minta maaf duluan. Sikap yang sangat berbanding terbalik dengan Elang. Padahal baru semalam putrinya itu bilang tidak mau menikah dengan Elang, tapi justru sekarang dia bersikap lebih dewasa dari Elang.

"

Terpopuler

Comments

Ds Phone

Ds Phone

apa akan jadi dengan hidup nya

2025-02-25

0

lihat semua
Episodes
1 Mama
2 Siang itu
3 Anggrek
4 Rindu
5 Permintaan
6 Kamar Elang
7 Sekamar
8 Ditinggal
9 Diusir
10 Zahra
11 Kak Bian
12 Kurir
13 Bertemu
14 Pertemuan Kedua
15 Uang
16 Lagi
17 Pulang
18 Banyak bicara
19 Salah peluk
20 Diberhentikan
21 Bertengkar
22 Tak biasanya
23 Dilema
24 Janji
25 Bertanya
26 Tau
27 Di kamarku!
28 phobia
29 kenapa?
30 Mengantar
31 Menjemput Zahra
32 Pertanyaan
33 Pijat
34 Satu frame
35 Opa
36 Sindy lagi
37 Kucing
38 Tanpa ijinku
39 Tepat
40 kenapa
41 Hari menyebalkan
42 Siapa dia?
43 Suara lembut
44 First
45 Gugusan bintang
46 Kesiangan
47 Lulus
48 Pergi
49 Tidak
50 Leo
51 Penjelasan
52 Ketiga
53 S&M
54 Honey
55 Second kiss
56 Kesal
57 Training
58 Udin
59 Suzanna
60 Bertengkar lagi
61 Dek
62 Siapa dia?
63 Istri??
64 Dialog pagi
65 Surprise
66 Terkilir
67 Kamar Mandi
68 Pijat
69 Pagi
70 Tak tau malu
71 Sama saja
72 Masih berlanjut
73 Salah paham
74 Ingin tau
75 Memastikan
76 Pulang
77 Kau
78 Bintang
79 Intens
80 Sore itu
81 Kecewa
82 Semangat
83 Pintu keluar
84 Profesional
85 Check in
86 Lagi
87 Duka
88 Aunty
89 Sebenarnya
90 Tersadar
91 Isu hamil
92 Tak butuh
93 Kembali berjanji
94 Tak ada dia
95 Syarat
96 Tepi kolam
97 Dari awal
98 Pesan
99 Tiba di rumah
100 Permintaan
101 Manja
102 Partner
103 Tugas
104 Hiburan
105 Tak sengaja
106 Bersyukur
107 Rok pendek
108 Syarat
109 Tegang
110 Tantangan
111 Ehmm
112 Restoran Padang
113 Minum
114 Baju Hangat
115 Menjaga
116 Alasan
117 Tak ingin diganggu
118 Maaf
119 Tak tertarik
120 Pendarahan
121 Adopsi
122 Dugaan
123 Kekanakan
124 Dimana
125 Bantu saya
126 Kedua kalinya
127 Dia lagi
128 mandi Bersama
129 Sarah
130 Siapa?
131 Tak Sendiri
132 Berdebat
133 Sindiran
134 Doa
135 Nyatanya
136 Pemilih
137 Draft
138 Sebelum sah
139 Raja Onta
140 Selamat
141 Soal Rasa
142 Resto
143 Kompak
144 Mahar
145 Tak Membantah
146 Resign
147 Lelah
148 Berkaca
149 Esoknya
150 Siap
151 Baju Ganti
152 Lupa
153 Entahlah
154 Terserah
155 Berusaha
156 Telepon
157 Last
Episodes

Updated 157 Episodes

1
Mama
2
Siang itu
3
Anggrek
4
Rindu
5
Permintaan
6
Kamar Elang
7
Sekamar
8
Ditinggal
9
Diusir
10
Zahra
11
Kak Bian
12
Kurir
13
Bertemu
14
Pertemuan Kedua
15
Uang
16
Lagi
17
Pulang
18
Banyak bicara
19
Salah peluk
20
Diberhentikan
21
Bertengkar
22
Tak biasanya
23
Dilema
24
Janji
25
Bertanya
26
Tau
27
Di kamarku!
28
phobia
29
kenapa?
30
Mengantar
31
Menjemput Zahra
32
Pertanyaan
33
Pijat
34
Satu frame
35
Opa
36
Sindy lagi
37
Kucing
38
Tanpa ijinku
39
Tepat
40
kenapa
41
Hari menyebalkan
42
Siapa dia?
43
Suara lembut
44
First
45
Gugusan bintang
46
Kesiangan
47
Lulus
48
Pergi
49
Tidak
50
Leo
51
Penjelasan
52
Ketiga
53
S&M
54
Honey
55
Second kiss
56
Kesal
57
Training
58
Udin
59
Suzanna
60
Bertengkar lagi
61
Dek
62
Siapa dia?
63
Istri??
64
Dialog pagi
65
Surprise
66
Terkilir
67
Kamar Mandi
68
Pijat
69
Pagi
70
Tak tau malu
71
Sama saja
72
Masih berlanjut
73
Salah paham
74
Ingin tau
75
Memastikan
76
Pulang
77
Kau
78
Bintang
79
Intens
80
Sore itu
81
Kecewa
82
Semangat
83
Pintu keluar
84
Profesional
85
Check in
86
Lagi
87
Duka
88
Aunty
89
Sebenarnya
90
Tersadar
91
Isu hamil
92
Tak butuh
93
Kembali berjanji
94
Tak ada dia
95
Syarat
96
Tepi kolam
97
Dari awal
98
Pesan
99
Tiba di rumah
100
Permintaan
101
Manja
102
Partner
103
Tugas
104
Hiburan
105
Tak sengaja
106
Bersyukur
107
Rok pendek
108
Syarat
109
Tegang
110
Tantangan
111
Ehmm
112
Restoran Padang
113
Minum
114
Baju Hangat
115
Menjaga
116
Alasan
117
Tak ingin diganggu
118
Maaf
119
Tak tertarik
120
Pendarahan
121
Adopsi
122
Dugaan
123
Kekanakan
124
Dimana
125
Bantu saya
126
Kedua kalinya
127
Dia lagi
128
mandi Bersama
129
Sarah
130
Siapa?
131
Tak Sendiri
132
Berdebat
133
Sindiran
134
Doa
135
Nyatanya
136
Pemilih
137
Draft
138
Sebelum sah
139
Raja Onta
140
Selamat
141
Soal Rasa
142
Resto
143
Kompak
144
Mahar
145
Tak Membantah
146
Resign
147
Lelah
148
Berkaca
149
Esoknya
150
Siap
151
Baju Ganti
152
Lupa
153
Entahlah
154
Terserah
155
Berusaha
156
Telepon
157
Last

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!