Setiba di sekolah Olin langsung menuju kelas, disana sudah menunggu kedua sahabatnya.
"Ngapa Lo senyum-senyum sendiri ?" Tanya Indri yang heran dengan sikap Olin pagi ini.
"Iya nih, mana datangnya telat. Untung sekarang jam kosong karena gurunya sedang berhalangan. Kalau enggak siap-siap Lo di jemur di lapangan" sahut Bela
Namun Olin nampak tak peduli, ia duduk di kursi masih dengan senyum menawan. Membuat Bela dan Indri saling pandang dan bergidik ngeri.
"Lo beneran Olin kan ?" Ucap Bela seraya menempelkan punggung tangannya di kening Olin.
"Apa sih" Olin buru-buru menepis tangan Bela "ya gue Olin lah"
"Lo beda banget Lin, datang-datang langsung senyum kek gitu. Kita berdua takut kalau Lo kesurupan" ujar Indri menanggapi ucapan Bela.
"Kalian berdua mau tau kenapa gue senyum terus ?" Tanya Olin menatap kedua sahabatnya dengan seksama.
Serempak Bela dan Indri mengangguk dengan wajah bingung.
"Tadi gue di tolong sama Ustadz Alzan" ucap Olin antusias.
"Serius ? Kok bisa ?" pekik Bela terkejut.
"Biasa aja sih mukanya !!" Tutur Olin setengah mencibir "Tadi kan gue bawa mobil, tapi pas di lampu merah malah gak bisa hidup lagi. Gue udah panik bercampur takut eh kebaikan datang. Alzan ngebantu gue" cerita Olin seraya tersenyum demi mengingat kejadian tadi saat ia di bantu Alzan.
"Lo beneran suka sama dia Lin ?" Kali ini Indri bertanya cukup serius
"Dia terlalu dewasa buat Lo, gak cocok tau gak mending sama yang seumuran aja " Lanjut Indri lagi
Olin menatap wajah kedua sahabatnya dengan seksama, ia sendiri bingung dengan perasaan nya sekarang. Apa yang ia rasa ini sebuah rasa cinta atau hanya rasa kagum sesaat.
Entahlah !!
Tapi untuk saat ini Olin belum bisa menjelaskan apa-apa. Biarkan waktu yang mengungkap semuanya.
Melihat Olin terdiam membuat Indri mengambil kesimpulan sendiri.
"Sebenarnya itu hak Lo sih Lin kalau emang Lo suka sama dia,." ujar Indri.
"Betul kata Indri, dan lagian setau gue Ustadz Alzan juga udah di jodohin sama. Cewek lain" sahut Bela membuat Mata Olin terbelalak seketika.
"Serius Bel.?" Tanya Olin
"Denger-denger sih Lin, banyak cewek yang suka sama dia, soalnya udah tampan, mapan lagi. Apa coba kurangnya"
Olin mengangguk tanda setuju, ia membenarkan semua ucapan Bela.
Alzan adalah pria tampan dan juga cukup mapan, walau baru dua kali bertemu Olin sudah bisa menebak kalau Alzan bukan orang sembarangan. Dari pakaiannya saja Olin sudah bisa menebak.
"Tapi yang namanya jodoh kita gak bakalan tau Lin" Bela tersenyum kearah Olin.
"Hemmm, seandainya nih Lin. Seandainya ya !!" Ucap Indri "misal Ustadz Alzan mau menikahi Lo sekarang, bakalan Lo terima gak ?" Tanya Indri hati-hati.
Olin berpikir sejenak, "Ya mau lah, ngapa di tolak. Dia tampan dan mapan lagi, apa coba kurangnya"
Indri dan Bela saling pandang, cukup terkejut dengan jawaban yang Olin berikan.
"Gimana sama papa lo ?" Tanya Bela.
"Papa sayang sama aku, dia pasti ngizinin apapun keputusanku, asal aku bahagia" jawab Olin lagi, walau di dalam hatinya ia ragu apakah sang Papa akan mengizinkan keputusannya itu.
Mudah-mudahan saja iya !!!
Tepat pukul 14:00 wib Olin dan Bela sudah pulang sekolah. Sebelum kerumah Bela hal pertama yang Olin lakukan adalah mengambil mobil yang tadi di urus sama Alzan.
"Sudah di bayar mbak sama Ustadz Alzan" begitu kata karyawan bengkel saat Olin menanyakan berapa total perbaikan mobilnya.
"Kok bisa ?" Tanya Olin heran.
"Ya bisa lah mbak, tadi kata Ustadz Alzan ini mobil adiknya"
What ??
Alzan menganggapnya seorang adik ??,...
Hemmm, ini kebahagiaan atau bukan sih ?
Tapi gak papa, mungkin setelah di anggap adik lama kelamaan Olin akan di anggap kekasih.
"Oh ya sudah kalau begitu, terima kasih ya pak" ucap Olin
"Sama-sama"
Saat di perjalanan kerumah Bela. - Olin lebih banyak diam, ia masih memikirkan tentang Alzan yang membayar perbaikan mobilnya.
"Baik banget ya dia, padahal kita gak saling kenal" batin Olin.
"Tuhan izinkan dia menjadi suamiku"
"Woy" sentak Bela
"Apa sih Bel ?" Balas Olin
"Ya eloh ngapa diam aja, apa ada sesuatu ?"
"Enggak ada Bel, gue cuman lagi bahagia aja, soalnya mobil ini udah di bayarin sama Ustadz Alzan" jelas Olin.
"Oh kalau itu gak usah kaget lah. ustadz Alzan memang begitu orangnya. Dermawan"
Tak berapa lama keduanya tiba di rumah Bela. Disana Olin di sambut oleh Ibu dan Ayahnya Bela. Juga adik kecil Bela yang sudah siap berangkat mengaji.
"Biar aku yang anterin Seno Bu" ucap Bela pada ibunya.
"Loh kenapa ?"
"Udah ibu diam aja di rumah, kebetulan ada yang mau Bela tanyain sama Ustadz Alzan"
Ibu nya Bela mengangguk walau bingung. Akhirnya ia membiarkan Bela dan Olin mengantar Seno mengaji.
Ketiga berjalan ke pesantren, ini kali pertama bagi Olin masuk kesana. Rasanya ada yang beda. Nyaman dan sejuk.
"Ngajinya sebelah mana Dek ?" Tanya Bela
"Udah anterin sampai sini aja Kak, aku bisa kok kesana sendiri" jawab Seno kemudian
Mendengar hal itu Olin langsung menatap ke arah Bela.. Sia-sia dong perjuangannya kalau gak ketemu sama Alzan.
Namun siapa sangka, dari arah depan Alzan dan juga seorang laki-laki tak kalah tampan tengah berjalan. Membuat Seno langsung berteriak histeris.
"Assalamualaikum Ustadz" sapa Bela dan Olon saat Alzan dan Arzam berdiri di dekat mereka.
"Waalaikumsalam. Nganterin Seno ya ?" balas Alzan dengan ramah.
"Hehe, iya Ustadz"
Tatapan mata Alzan beralih Olin. Ia mengernyit sedang mengingat siapa wanita yang berdiri disamping Bela.
"Saya yang Ustadz bantu tadi pagi" jelas Olin.
"Oh" Sesaat Alzan langsung ingat siapa Olin.
"Saya mau mengembalikan uang yang Ustadz gunakan untuk membayar tagihan mobil saya tadi" jelas Olin mencari alasan.
"Tidak perlu dek, kebetulan saya bisa membantu makanya saya bantu" balas Alzan "Sekarang bagaimana ? apa mobilnya sudah selesai di perbaiki"
"Iya Ustadz sudah saya ambil. Tapi saya tidak enak hati kepada Ustadz"
"Tidak apa-apa. Hemm kalau begitu saya pamit hendak mengajar" Alzan meraih tangan Seno "Ayo Seno kita ke ruangan"
"Baik Ustadz" balas Seno.
"Mari, Assalamualaikum" ucap Alzan lagi.
"Waalaikumsalam" balas Bela dan Olin serempak lagi.
Alzan terus berjalan menjauh, menuju ruangan dimana sudah banyak murid yang akan mengajar ngaji dengannya.
Sementara Olin terus memandang punggung Alzan yang terus menjauh dari pandangannya. Sesekali ia tersenyum membayangkan bagaimana kalau nanti laki-laki itu sudah menjadi imamnya.
Pasti akan sangat menyenangkan, setiap pagi akan di imamin sholat subuh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
manda_
lanjut thor semangat buat up lagi
2022-08-30
1
@Ani Nur Meilan
Pasti bakal banyak rintangan nya apa lagi Alzan terlahir dari keluarga yg Sangat Religi...begitupun Olin pasti Papany ngga bakal setuju
2022-08-05
1
N⃟ʲᵃᵃ࿐𝕴𝖘𝖒𝖎ⁱˢˢ༄༅⃟𝐐
berbeda keyakinan ustadz 😊
2022-08-05
1