Bab 03 - Selalu terbayang

Olin POV...

...----------------...

"Mama" teriak ku pada wanita paruh baya yang berdiri disamping mobil. Ku percepat langkahku saat Mama merentangkan kedua tangannya.

"Olin kangen banget sama Mama"

"Mama juga nak"

Berulang kali Mama mencium keningku, membuat setetes air mata berhasil lolos di pipik. Namun buru-buru aku menghapusnya tak ingin Mama tau kalau aku habis menangis.

Mama melepaskan pelukannya, dia menatapku sembari tersenyum.

"Anak Mama makin cantik aja"

"Siapa dulu dong Mamanya"..

Aku terkekeh begitupun dengan Mama, kemudian tatapan mataku beralih pada sosok laki-laki yang sudah lama berdiri disamping Mama. Juga seorang anak kecil yang berada dalam gendongan laki-laki paruh baya itu.

Iya itu adalah Papa tiri ku, selama menikah dengan Mama aku tidak pernah suka dengannya, bagiku dia sudah merebut Mama dariku dan Papa..Karena laki-laki itu Mama berubah.

"Sayang salim dulu sama Ayah nak !!" pinta Mama.

Aku hanya menatap laki-laki itu dengan sinis, ia mengulurkan tangannya tapi tak sedikitpun aku membalas.

"Olin"

Aku menoleh kearah Mama, kali ini tatapan mataku berubah. Kesal bercampur marah aku berikan pada Mama.

"Kan Olin udah bilang sama Mama, kalau mau nemuin Olin jangan sama laki-laki ini" ujarku menggebu.

"Yang sopan Olin, dia Ayahmu" bentak Mama.

"Bukan, Aku hanya punya Papa, aku tidak punya Mama"

"Oliin" Kembali Mama membentak, namun ku lihat laki-laki itu merengkuh tubuh Mama, membuatku semakin kesal saja.

"Sudah sayang tidak apa-apa, Mas ngerti kondisi Olin." ucap laki-laki itu. Namun tak sedikitpun aku merasa iba padanya.

"Tapi dia keterlaluan Mas, seperti gak di ajarin tau gak"

"Cukup Ma !!," bentak ku kemudian "Mama bilang aku seperti gak di ajarin, iya memang seperti itu karena Mama dan Papa pisah"

Mama menatapku dengan mata berkaca-kaca, ia ingin meraih tubuhku lagi tapi aku langsung menghindar.

"Maafkan Mama dan Papa sayang, tapi suatu hari nanti Olin pasti ngerti kenapa Mama dan Papa pisah"

"Aku gak mau ngerti apapun, perpisahan Mama dan Papa sudah membuatku sakit"

"Maafkan Mama nak"

Namun kali ini aku tak peduli, sekarang aku memutuskan untuk meninggalkan Mama dan Ayah tiri ku. Kembali memasuki sekolah dengan air mata berderai.

Tak peduli walau Mama masih memanggilku, sejujurnya aku masih merindukan Mama tapi kedatangan Mama bersama laki-laki itu sudah membuatku sakit.

"Loh kok neng Olin nangis ? kan habis ketemu Mamanya"

Ucapan pak Satpam tak ku hiraukan, terus berjalan menuju kantin berharap kedua sahabatku masih ada disana.

Tapi lagi-lagi langkahku berhenti saat melihat laki-laki yang tak sengaja aku tabrak tadi, kali ini aku menatapnya dari jauh.

"Woy"

Seketika aku tersentak kaget, saat kedua sahabatku datang.

"Bikin kaget aja" cibirku.

"Ya lagian fokus amat natap cowok ganteng" seloroh Bela.

"Lo nangis Lin ?" tanya Indri saat bersitatap dengan ku.

"Iya ih, mata Lo bengkak. Lo nangis kenapa ?" Bela pun ikut menatapku.

"Apa sih" Aku buru-buru menatap kearah lain "Gue gak nangis, ini cuman kelilipan"

"Bohong bener sih Lin, udah ketara tuh kalau Lo habis nangis"

"Udah sih pada diam, aku lagi fokus sama cowok itu"

Indri dan Bela kembali mengikuti arah pandang ku, menatap cowok tampan yang belum ku ketahui namanya.

"Jangan bilang Lo suka sama Ustadz Alzan ?" ucap Bela membuatku langsung menoleh.

"Siapa ?, Ustadz ?" tanyaku.

"Iya, dia tuh Ustadz Alzan"

Astaga kenapa seperti ini ?...

"Kok Lo kenal Bel ?" tanya Indri mewakili aku.

"Ya kenal lah, kan rumahku dekat sama pesantren milik Abinya. Aku sering nganterin adik aku kalau mau belajar ngaji sama Ustadz Alzan" jelas Bela

"Kapan adik Lo belajar ngaji lagi Bel ?" tanyaku

"Besok sore, lah memangnya kenapa ?"

"Lo yang anter ?"

"Gak tau sih, kalau Ibu ada kerjaan ya gue yang anter"

"Besok sore lo aja yang anter, gue pengen ikut"

"Apa ?" pekik Indri dan Bela kaget.

"Lo jangan main-main deh, entar dimarah sama Papa Lo gimana" Bela menakuti ku

"Gak bakal, kan Papa gue lagi ke Bandung"

"Lah memangnya lo mau ngapain ikut segala ?"

"Mau ketemu Ustadz Alzan lah" jawabku terkekeh.

"Lin Lo sama dia banyak perbedaan, mending Lo jangan suka sama dia, entar Lo sakit hati" ujar Bela.

Tapi ucapan Bela tak aku hiraukan, karena saat ini laki-laki tampan yang baru ku ketahui namanya itu sedang berjalan mendekat.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Malam harinya...

Jika Papa tidak ada di rumah, itu menjadi kebebasan untukku, karena aku tak perlu belajar dan belajar.

Aku bisa menonton televisi tanpa ada yang mengganggu, atau bermain game di ponsel tanpa takut di marah sama Papa.

Tapi terkhusus malam ini aku sedang tidak ingin menonton televisi untuk mencari drakor kesukaanku, atau bermain game yang baru saja aku download di hp ku beberapa hari yang lalu.

Karena malam ini aku ingin membayangkan laki-laki tampan yang sudah membuatku tergila-gila.

*Astaga...

Ternyata cinta datang secepat ini*.

Tubuhku berguling ke kiri dan kekanan, senyum di wajahku terus mengembang.

"Dia punya medsos (Medis Sosial) gak ya ?"

Buru-buru aku mengambil ponselku, mencari akun Medsos sang Ustadz tampan.

'*Ustadz Alzan'

'Alzan'

'Foto Ustadz Alzan*'

Dan dari semua kata yang aku ketik dan aku cari, tak ada satupun fotonya.

"Masa zaman sekarang gak punya Medsos ?" gumamku tak percaya.

"Coba tanya Bela deh"

Langsung saja ku buka aplikasi kontak untuk mencari nomor Bela, setelah mendapatkan nya aku langsung menghubungi nomor tersebut.

"Halo Bel, selamat malam" sapaku dengan semangat.

"Malam Lin, ada apa ?"

"Mau nanya nih, Lo tau gak akun Medsos ustadz Alzan ?"

"Gak tau Lin, Ustadz Alzan keknya gak punya akun medsos, lah memang buat apaan ?"

"Gue pengen ambil fotonya Bel, buat di pajang di ponsel"

"Astaga Olin, lo benar-benar jatuh cinta sama Ustadz Alzan"

Aku tertawa mendengar ucapan Bela, gak ada salahnya kan kalau aku suka sama pria itu. Aku juga heran kenapa perasaan ini datang begitu saja.

"Dia terlalu dewasa buat kamu Lin. Jadi mending kamu jangan suka sama dia"

Tapi ucapan Bela tak aku hiraukan. Memangnya kenapa kalau aku menyukai Ustadz Alzan. Tidak ada yang salahkan ?.

Bukankah setiap manusia berhak merasakan cinta dan sayang..

"Liiin"

Bela kembali memanggil, membuatku tersadar seketika.

"Iya Bel"

"Besok sore jadi ikut gak nganterin adek aku ngaji, sekalian kita ke tempat lomba futsal sama-sama"

"Jadi dong, besok gue kerumah lo setelah pulang sekolah" ucapku sebelum mengakhiri sambungan telepon

Terpopuler

Comments

manda_

manda_

lanjut

2022-08-30

1

Anha Ruheni

Anha Ruheni

gercep juga Olin nya

2022-08-24

1

N⃟ʲᵃᵃ࿐𝕴𝖘𝖒𝖎ⁱˢˢ༄༅⃟𝐐

N⃟ʲᵃᵃ࿐𝕴𝖘𝖒𝖎ⁱˢˢ༄༅⃟𝐐

mengemaskan🤭🤭🤭

2022-08-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!