Bab 2 -Pertemuan Pertama

Alzan POV...

Usai mengajar aku segera datang ke perusahaan, seperti biasa aku akan berkutat dengan pekerjaan ku bersama Arzam.

"Hari ini kita ada pertemuan di SMA Bina Nusantara, katanya ada yang mau di bahas" jelas Arzam.

Aku mendongak, mengalihkan tatapan mataku sejenak. Kemudian mengangguk tanda setuju.

Sudah 4 tahun perusahaan yang aku jalankan menjadi donatur tetap di SMA negeri itu.

"Jam berapa ?" Tanyaku.

"Habis Dzuhur"

"Siap, nanti selesai sholat kita langsung kesana"

Arzam mengangguk sebagai jawaban, kemudian pamit dari ruangan ku, setelah kepergian Arzam aku pun kembali bekerja, supaya nanti bisa selesai sebelum berangkat ke SMA.

Hingga tak terasa sudah terdengar Adzan Dzuhur berkumandang, bersahutan dari masjid satu ke masjid yang lain. Ku tutup laptop ku kemudian beranjak berdiri bersamaan dengan masuknya Arzam.

"Ayo pak, kita sholat dulu sekaligus makan siang" ajak Arzam.

Jika di kantor Arzam akan memanggilku dengan sebutan Pak, namun jika di luar dia akan memanggilku dengan sebutan Ustadz.

"Apa kamu sudah lapar Zam ?" Tanyaku seraya menatapnya dengan seksama.

"Belum Pak, memangnya kenapa ?"

"Kalau kamu lapar mending makan siang dulu baru sholat, karena melaksanakan sholat saat perut kelaparan akan membuat kita tidak khusuk" jelas ku.

"Insya Allah saya belum terlalu lapar Pak, jadi kita bisa sholat dulu"

"Baiklah kalau begitu" aku menepuk bahu Arzam kemudian kita berdua berlalu dari ruangan tersebut.

 

Kini aku dan Arzam sudah selesai melaksanakan sholat Dzuhur dan makan siang, selanjutnya kami pergi ke SMA yang tadi Arzam sebutkan.

"Zam" panggilku memecah keheningan.

"Iya Pak" jawab Arzam.

"Menurutmu apa perjodohan itu bagus atau yang terbaik untukku ?"

Arzam terdiam sejenak, ia menatapku melalui kaca kecil yang ada di mobil.

"Saya gak bisa jawab Pak, sebenarnya sih perjodohan jaman sekarang sudah gak tren lagi, tapi saya paham kalau Ustadz yang di jodohkan" lagi-lagi Arzam menatapku di pantulan cermin.

"Memangnya dengan siapa Ustadz akan di jodohkan ?" Tanya Arzam penuh keingin tahuan

"Yuna, kamu kenal kan dengan dia, anaknya Kyai Hairun"

Ceeettttt.

Tiba-tiba saja Arzam menginjak rem secara mendadak, membuatku kaget dan juga bingung.

"Astaghfirullah, ada apa Zam ?" Pekik Ku kaget.

"Astaghfirullah, maafkan saya Pak saya gak sengaja"

"Tidak masalah, asal jangan di ulangi lagi karena ini bahaya. Memangnya tadi ada apa ?"

"Tidak ada Pak, saya gak sengaja menginjak rem"

Keningku mengkerut mendengar jawaban tak masuk akal dari Arzam. Namun karena tak ingin banyak tanya aku hanya mengangguk.

Arzam kembali melajukan mobilnya, hingga tak berapa lama kami berdua sudah tiba di SMA Bina Nusantara.

"Mari Pak" ajak Arzam sesaat setelah aku keluar dari mobil.

Aku dan Arzam berjalan menuju ruangan dimana sering di adakan rapat. Namun tiba-tiba seorang wanita cantik menabrak tubuhku cukup keras.

Aku meringis menahan sakit di dada ku, akibat ulah gadis cantik bertubuh mungil yang saat ini sedang ku tahan tangannya supaya dia tak jatuh.

Astaghfirullah..

Seketika aku tersadar bahwa apa yang telah aku lakukan salah. Aku bersentuhan dengan seorang wanita yang bukan muhrim ku.

"Maaf nona" ucapku segera melepaskan tangannya.

"Awwwww" pekik gadis mungil itu.

"Sekali lagi maafkan saya nona" ucapku lagi..

Gadis mungil itu berdiri "ini bukan salahmu, ini salahku karena berlari dan tidak lihat-lihat"

Aku mengangguk sembari menatap kearah lain.

"Ya sudah kalau anda tidak apa-apa, saya pamit nona, Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam" balas gadis mungil itu cukup pelan

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Olin POV...

Saat di umumkan oleh pihak sekolah kalau jam terakhir kosong karena akan ada rapat. Aku, Bela dan Indri menjadi orang pertama yang berada di kantin. Menghabiskan waktu sembari menikmati gorengan yang sudah dingin karena sudah lama di angkat dari penggorengan.

"Setelah lulus pada mau kemana ?" Tanya Indri

"Eh ya, kita belum pernah bahas ini sebelumnya. Setelah lulus dari sini kita masih tetap bareng atau pisah" sahut Bela begitu antusias.

"Harus ya bahas sekarang ?, Kan kelulusan masih lama" cibirku kearah Bela dan Indri.

"Ya harus dong Olin, memangnya Lo belum ada niat gitu mau daftar di Universitas mana ?"

Ucapan Indri di balas anggukan oleh Bela.

"Belum" jawabku singkat, karena memang aku belum ada niatan untuk daftar dimana, karena walaupun aku sudah memilih belum tentu Papa akan setuju, paling ya aku ngikut kemana Papa akan daftarin aku nanti.

"Huuuu, gak asik tau gak..." Indri menyandarkan tubuhnya di kursi.

"Iya nih" sahut Bela.

Sebelum aku menjawab ucapan mereka, tiba-tiba ponselku berbunyi. Aku melihat siapa yang menelfon dan ternyata itu Mama. Segera aku menggeser menu hijau untuk menjawab panggilan dari Mama.

"Mama di depan sekolah mu Nak, sini temui Mama"

Jadi tanpa mengucapkan apa-apa aku langsung berdiri kemudian berlari meninggalkan kantin, tak peduli dengan teriakan Bela dan Indri yang memanggil namaku.

"Olin, woy Lo mau kemana ?"

"Ini gorengan belum di bayar"

"Ya Elah, main tinggal aja.. Woy"

Aku sudah tak peduli lagi, terus berlari menjauh. Karena bertemu dan memeluk Mama adalah impian utamaku, betapa aku merindukan sosok wanita yang sudah melahirkan ku ke dunia ini.

Karena terus berlari dengan kencang, sesekali menoleh ke belakang untuk menjawab pertanyaan dari teman-teman sekelas kenapa aku berlari. Hingga aku tak sengaja menabrak seseorang yang begitu membuatku terpanah.

Dia tampan sekali !!!

"Maaf nona" ucapnya sembari melepaskan tanganku.

Akupun terjatuh, tapi aku tak peduli karena suara lembut nya berhasil membuatku luluh.

"Aawwwww" pekik ku kemudian.

Ah sial kenapa aku bersuara seperti itu, harusnya aku bilang saja kalau aku tidak apa-apa

"Sekali lagi maafkan saya nona"

Suara lembut itu kembali kudengar. Rasanya begitu nyaman mendengarnya. Aku pun berdiri dan menatap wajahnya tapi dia justru menatap kearah lain.

"Ini bukan salahmu, ini salahku karena berlari dan tak melihat-lihat" jelasku kemudian

Dia menganggukan kepalanya "ya sudah kalau anda tidak apa-apa saya mau pergi, Assalamualaikum"

Dia langsung berlalu, sementara aku menatap kepergian nya dengan detak jantung berdegup kencang.

"Siapa nama laki-laki itu ?"

"Dia tampan sekali, semoga kelak dia jadi suamiku"

Karena terlalu asik menatap kepergian laki-laki tampan itu yang sekarang sudah tak terlihat lagi, aku lupa kalau ada Mama yang sedang menunggu ku di luar gerbang.

"Astaga Mama"

Kali ini aku tak berlari melainkan jalan sedikit cepat.

"Mau kemana Neng Olin ?" Seorang satpam yang terkenal dengan keramahannya menyapaku.

"Mau menemui Mama pak di luar, kebetulan lagi jam kosong karena para guru lagi rapat"

"Oh begitu, silahkan !"

Terpopuler

Comments

manda_

manda_

lanjut thor semoga berjodoh ya olin

2022-08-30

1

fitri rahayu

fitri rahayu

Olin kalau tau yg dia taksir seorang ustadz gimana ya?

2022-08-15

1

N⃟ʲᵃᵃ࿐𝕴𝖘𝖒𝖎ⁱˢˢ༄༅⃟𝐐

N⃟ʲᵃᵃ࿐𝕴𝖘𝖒𝖎ⁱˢˢ༄༅⃟𝐐

calon imam dan makmum bertemu😊

2022-08-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!