SSIML.BAB 2-Hati yang terluka

Brigit menatap wajah istrinya lalu merengkuhnya kedalam dadanya. Kali ini Martha terisak dan memukul dada suaminya dengan kedua tangannya.

"Kenapa kau mengkhianati ku? Apa kurangnya aku padamu pah? Aku berusaha menjadi istri yang baik dan setia, aku bahkan membantu meringankan bebanmu dengan bekerja, tapi kau membuat hatiku terluka...." kata Martha lalu berjalan dan menjauhi suaminya.

Suaminya diam dan tidak melakukan pembelaan apapun, seakan tahu jika dilayani maka akan terjadi ribut besar.

Martha berjalan dan melihat pisau yang tergeletak dilantai lalu memungutnya. Dia keluar dari kamar dan berjalan kedapur.

Menaruh pisau itu dan menatapnya sekali lagi. Rasa sakit, yang kau berikan, sama seperti rasa saat tertusuk oleh pisau ini.

Tiba-tiba, anaknya memanggil dari kamarnya.

"Mah, mamah...." Martha berlari kekamar anaknya. Anaknya menangis dan memanggil namanya.

"Mah, Lucy mimpi buruk, mama temenin Lucy disini ya..." kata Lucy anaknya yang berusia 7 tahun.

"Iya sayang, mama akan tidur disini, berdoa dulu sebelum tidur, agar tidak mimpi buruk," kata Martha sambil rebahan disamping Lucy.

Lucy tersenyum lucu dan mengangkat kedua tangannya untuk berdoa. Setelah itu menatap wajah ibunya. Senyumnya menjadi hilang seketika saat menatap mata ibunya.

"Mah, apakah mama juga mimpi buruk? Kok mata mama berair? Mamah sama kayak Lucy ya? Menangis saat mimpi buruk?" tanya Lucy polos.

Martha segera tersenyum dan menyembunyikan kesedihan yang saat ini dialaminya.

"Tidak sayang, mama tidak mimpi buruk, tadi saat didapur, mata mama kelilipan," kata Martha mengedipkan matanya berulang kali seakan dia benar-benar kelilipan.

"Ohh mamah jangan kemana-mana ya, Lucy mengantuk..."

"Ya udah, mama usap dahinya ya...biar cepat bobo," kata Martha sambil salah satu tanganya mengusap dahi Lucy hingga putri kecilnya tertidur.

Setelah putrinya tertidur, dia menatap wajah polos tak berdosa itu dengan rasa trenyuh.

Martha menatapnya dan teringat pada masa kecilnya.

Dulu,

Saat dia masih duduk dikelas 2 SD, dia mulai mengerti ada yang berbeda dari dirinya. Dia adalah gadis pemalu dan pendiam. Semua itu tidak terjadi tanpa sebab.

Alasan semua itu terjadi dan membentuk karakternya adalah karena kedua orang tuanya tidak harmonis. Mereka sering bertengkar karena uang dan perbedaan prinsip.

Setiap hari, Martha kecil selalu ketakutan setiap kali mereka meninggikan suaranya dihadapanya.

Dia menarik nafas panjang karena teringat saat harus memilih antara ikut ayah, atau ibunya, ketika mereka memutuskan bercerai.

Sekarang dihadapanya, gadis kecil buah dari pernikahannya juga sedang membuatnya dilema.

Antara bercerai dan bertahan.

Lama dia memikirkan keputusan apa yang akan dia buat besok pagi untuk kesalahan yang sudah dilakukan suaminya.

Tidak terasa dadanya semakin sakit dan sesak. Airmatanya mengalir lagi tanpa dia sadari.

Kesalahan sudah dilakukan. Hanya dia harus memilih untuk memaafkan atau melepaskan.

Semua sudah terjadi didepan matanya. Suaminya juga sudah mengakui jika dia khilaf. Cukupkah pengakuannya dan permintaan maafnya, untuk membuat suaminya tidak akan melakukan kesalahan lagi setelah dia memilih untuk memaafkan.

Akhirnya Martha tertidur dan bangun di pagi hari.

Dia bangun lalu menyiapkan sarapan dan baju ganti untuk suaminya.

Dia sudah memikirkan langkah apa yang akan dia ambil setelah semalaman memikirkanya.

Brigit keluar dari kamar dan sudah siap untuk sarapan. Dia berjalan kedapur dan melihat Martha sedang mengambil piring.

Brigit berjalan mendekatinya dan memeluknya dari belakang, seolah menyiratkan dia tidak mau kehilangan istrinya.

Martha memejamkan matanya dan menarik nafas berat. Dia diam, membiarkan Brigit memeluknya beberapa menit tanpa saling berbicara.

"Apakah sarapannya sudah matang?" tanya Brigit berbisik ditelinga Martha.

"Ehm, sudah pah, ayo sarapan, anak-anak juga sudah siap," kata Martha lalu Brigit membalikkan badannya dan mereka berdiri saling berhadapan.

Brigit memegang pinggang Martha dan menariknya kedalam pelukannya. Lalu dia mencium kening istrinya.

Setelah itu, mereka berjalan ke meja makan. Dua anaknya sudah duduk disana dengan tas sekolah disamping mereka.

"Mah, pah, hari ini Tegar ada piket pagi, bisa berangkat pagian?" tanya Tegar menatap papanya.

"Ya, papa akan mengantarmu baru pergi bekerja," kata Brigit yang bekerja sebagai staf disalah satu perusahaan impor daging dengan gaji umr.

"Lucy biar mama yang antar, kamu berangkat setelah papa dan kakakmu ya..."

"Iya mah," jawab Lucy lalu memegang tangan kedua orang tuanya dan berkata dengan kepolosannya

"Mah, kemarin teman Lucy orang tuanya tidak tinggal bersama lagi. Mereka katanya putus, mama sama papa jangan putus ya...Lucy tidak mau berpisah dari papa juga mama..." kata Lucy dengan nada dan intonasi keluguannya.

Brigit menatap Martha dan menggenggam tangan istrinya.

"Tidak, kita akan tetap bersama selamanya..."jawab Martha dan diiringi anggukan oleh Brigit.

Martha lalu tersenyum dan mengambilkan nasi serta lauk untuk suami serta anaknya.

Mereka makan dan suasana sarapan terasa berbeda dari biasanya bagi Martha serta Brigit. Mereka terhanyut dalam pikiran masing-masing.

Brigit mengantarkan Tegar ke sekolah, dan disana dia bertemu dengan wanita yang bernama Sarita. Brigit sangat terkejut begitu pula Sarita.

Sarita dengan cepat berjalan kearah Brigit yang akan menyalakan motornya.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Brigit pada Sarita.

"Anakku sekolah disini mas," kata Sarita.

"Apa?" Brigit sangat terkejut dan tidak pernah menduganya jika anaknya Tegar ternyata satu kelas dengan anak perempuannya Sarita.

"Aku ikut mas, aku sekarang bekerja dibutik dekat dengan kantormu,"

"Apa?" Brigit lagi-lagi terkejut karena selama ini dia tidak pernah bertanya dimana tempat tinggal Sarita dan dimana dia bekerja.

"Iya mas, aku dan mas Johan baru saja bercerai, aku hamil mas, dan ini adalah anakmu," kata Sarita dan membuat langit seakan runtuh menimpa kepala Brigit pagi itu.

Dunia seperti berhenti berputar dan dia merasa dadanya sesak karena shock mendengar pengakuan Sarita.

Sarita hanya menatap Brigit dan berharap dia bertanggung jawab pada apa yang sudah dia lakukan bersama.

Sarita menunggu jawaban dari Brigit untuk memperistrinya.

"Gimana mas, kapan kita akan menikah?" tanya Sarita menuntut pertanggungjawaban Brigit.

Terpopuler

Comments

whining mikki ly🐨

whining mikki ly🐨

siapa wajah polos ga berdosa???

2023-01-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!