Badut kecil

Setelah kejadian waktu itu, Mas Setya tak pernah lagi pulang. Dua Minggu, ya, sudah hampir dua minggu lamanya dia tak singgah di rumah yang susah payah dia bangun dahulu. Putra ku pun sudah jarang sekali menanyakan keberadaan Ayahnya. Sepertinya bentakan di waktu subuh saat itu begitu membekas di hati dan otak si malaikat kecil ku.

Sebenarnya aku masih dilanda rasa penasaran, siapakah wanita itu? Dari kalangan mana dirinya, sehingga dia bisa membuat sifat Mas Setya berubah seratus delapan puluh derajat.

**

Malam ini malam Minggu. Aku masih setia dengan profesi ku, menjadi seorang badut lucu untuk menghibur anak-anak.

Uang yang di kasih Mas Setya waktu itu masih aku simpan. Sebagai pegangan bila dalam keadaan mendesak. Aku senang menjadi seorang Badut, penghasilan ku pun lumayan. Aku bisa mendapatkan lima puluh ribu hingga enam puluh ribu tiap malamnya. Itu sangat cukup bahkan lebih untuk makan aku dan putra ku. Tergantung rasa syukur kita saja. Lebih besar kita bersyukur lebih besar pula nikmat yang kita rasa.

**

''Teh Hamidah, aku nitip Arif lagi malam ini ya,'' sapa ku. Tetangga ku yang baik hati itu sedang duduk di teras rumahnya.

''Iya Hanifa. Dengan senang hati akan Teteh jaga si tampan anak Teteh ini. Sini Sayang kita nonton film kartun kesukaan mu lagi.'' Teh Hamidah berdiri, dia menghampiri Arif. Selama ini Teh Hamidah memang sudah menganggap Arif sebagai putranya sendiri. Usia Teh Hamidah lebih tua empat tahun di atas aku. Teh Hamidah masih setia dengan kesendirian nya. Dia bekerja sebagai guru TK dan guru ngaji di lingkungan tempat kami tinggal.

''Enggak mau. Arif malam ini mau ikut Bunda kerja. Arif pengen bantu Bunda.'' celoteh putra ku. Dari tadi Arif memang sedikit ugal-ugalan. Dia begitu ingin ikut aku ke taman kota malam ini.

''Arif mau ikut Bunda main ke taman? Kalau begitu Teh Hamidah juga akan ikut Bunda.'' timpal Teh Hamidah dengan wajah ceria. Teh Hamidah memang pandai sekali dalam urusan membahagiakan anak-anak.

''Hore! Aku dan Ibu mau ikut Bunda. Hore ....'' Arif meloncat kegirangan mendengar perkataan Teh Hamidah. Ibu adalah panggilan yang Arif semat kepada Teh Hamidah.

''Teteh serius?'' tanya ku dengan mata menyipit.

''Iya. Dua rius malah. Sesekali boleh lah jalan-jalan keluar. Apa lagi ini malam minggu. Kasian juga Arif nya kalau harus di rumah terus. Kalian tunggu disini sebentar ya. Teteh akan mengunci pintu terlebih dahulu.'' aku mengangguk, Teh Hamidah berlalu mengunci pintu dan mengambil tas nya.

Kami bertiga berjalan beriringan menuju taman kota. Suara kecil Arif menjadi nyanyian bagi kami selama berjalan kaki. Dia bercerita apa saja yang membuat gelak tawa terbit di wajah ku dan Teh Hamidah. Arif memang anak yang pintar dan ceria.

Sebelum pergi ke taman kota, kami mampir dulu sebentar di rumah Pak Hj Ahmad. Beliau merupakan juragan Badut, tempat aku bekerja selama ini. Hj Ahmad memiliki hati yang mulia. Dia sengaja memproduksi kostum Badut sebanyak-banyaknya, dengan berbagai macam bentuk karakter kartun lucu apa saja kegemaran anak-anak. Pak Hj Ahmad telah banyak membantu warga setempat dengan usahanya itu. Sehingga siapa saja yang ingin bekerja di taman kota malam hari atau siang hari tinggal mampir saja ke rumah Pak Hj Ahmad. Kalau aku lebih memilih menjadi Badut di malam hari saja.

''Assalamu'alaikum Mas.'' sapa aku dengan nada sopan kepada Mas Yusuf anak nya Pak Hj Ahmad. Mas Yusuf yang sedang duduk di teras membaca buku sedikit kaget karena sapaan ku itu.

''Walaikumsallah Hanifa.'' Mas Yusuf menjawab cepat. Matanya menatap ke arah kami. ''Eh ada si ganteng Arif sama Ustadzah Hamidah juga.'' seru Mas Yusuf. Mas Yusuf merupakan Ustadz muda di tempat tinggal kami. Wajahnya begitu rupawan. Dia juga masih bujangan.

Aku melihat ke arah Teh Hamidah, wajah Teh Hamidah sedikit merona dengan menunduk malu. Wajar saja, karena sebenarnya Teh Hamidah sudah lama sekali menyukai Mas Yusuf. Dia menyimpan rasa sukanya itu dalam diam.

''Mau ambil Kostum Badut ya.'' tanya Mas Yusuf.

''Iya, seperti biasa Mas.'' jawabku.

''Ya sudah yuk masuk, Abi dan Umi sedang keluar, mengisi pengajian di komplek sebelah.'' Mas Yusuf berdiri, lalu membuka pintu. Kami mengikuti dia di belakang.

''Wah, ternyata baju Badut nya banyak banget. Aku juga pengen pake baju Badut.'' ucap Arif dengan senyum mengembang saat kami sudah sampai di ruangan tempat penyimpanan kostum badut.

''Arif mau, ayo silahkan di pilih.'' kata Mas Yusuf ramah.

''Mas beneran ini.'' timpal ku.

''Iya beneran Fa. Kalau Ustadzah Hamidah mau pakai juga boleh. Enggak perlu nyetor juga enggak apa-apa. Untuk seneng-seneng aja lah, hiburan buat kalian di malam minggu.''

''Masya Allah, terimakasih Mas.'' ujar ku.

''Iya. Sama-sama Hanifa.'' balas Mas Yusuf.

Teh Hamidah masih tetap dengan sikap kalemnya. Diam dengan wajah merona.

Setelah itu aku mengambil kostum badut yang biasa aku pakai. Arif mengambil kostum badut dengan karakter Boboiboy, kartun kesukaan nya. Kostum itu begitu pas di tubuh kecilnya. Sedangkan Teh Hamidah memilih kostum badut bewarna biru.

***

Kami sudah berada di taman kota. Taman kota nampak begitu ramai malam ini, muda mudi dan keluarga kecil dengan dua orang anak tampak memenuhi tempat ini, tidak luput juga sepasang kakek nenek yang tidak mau ketinggalan. Di tambah lagi di taman kota sedang ada pasar malam. Berbagai macam hiburan tersedia disini.

Aku, Teh Hamidah dan Arif menggoyang-goyang kan tubuh kami yang sudah di balut kostum badut menghibur pengunjung. Anak kecil berantrian ingin di foto bersama kami. Yang paling di gemari mereka adalah kostum Badut Arif. Mereka begitu senang melihat karakter kartun Boboiboy. Arif menggoyang-goyang tubuhnya dengan senang. Saat berfoto, dia akan menunjukkan dua jarinya. Sepertinya Arif begitu menikmati. Tapi aku merasa was-was aku takut Arif kecapean dan jatuh sakit. Berbagai macam bayaran kami terima, ada yang memberi 5 ribu, 10 ribu dan 15 ribu.

''Udah, Arif kalau mau istirahat gih kesana sama Teh Hamidah, biar Bunda saja yang kerja.'' teriakku kencang supaya Arif kedengaran. Suara bising di taman kota membuat ucapan kita tak jelas, susah kedengaran. Mumpung lagi sepi, makanya aku ngomong.

''Arif masih belum capek Bunda.'' balas Arif.

''Iya Hanifa. Teteh juga senang menghibur anak-anak. Nanti sajalah kita istirahat bersama-sama.'' timpal Teh Hamidah.

Saat kami tengah mengobrol, tiba-tiba seorang anak perempuan dengan rambut di kucir dua berlari ke arah kami.

''Yey, Badutnya banyak banget. Lucu-lucu sekali. Apalagi yang ini.'' kata anak perempuan itu kegirangan. Dia menyentuh kami satu persatu. Arif yang di sentuh semakin kesenangan. Arif semakin cepat menggoyang-goyangkan tubuhnya kekiri ke kanan. Wajah ku yang di tutupi kostum badut menatap dalam ke arah anak perempuan. Anak perempuan ini mirip sekali sama anak perempuan waktu itu. Iya tidak salah lagi, ini memang anak perempuan yang di gendong Mas Setya waktu itu.

Saat aku tengah melamun. Tiba-tiba suara seorang wanita terdengar.

''Caca, kamu nakal, kamu meninggalkan Mama dan Papa begitu saja. Lain kali jangan gitu lagi ya, Papa sampai panik ngejar langkah kamu. Kami takut putri kesayangan kami hilang.''

Degh!

Jantung ku rasanya mau copot. Aku melihat mereka lagi.

Bersambung.

Jangan lupa like komen dan subscribe ya.

Terpopuler

Comments

Dedew

Dedew

ihh kasian anaknya🥺jadi tau kelakuan ayahnya SDH menikah lagi huhhu

2022-11-27

0

rhiena aprilia

rhiena aprilia

yaallah satya loe tega disaat anak loe butuh perhatian eh mlah merhatiin anak orang..mta lu belekan apa anak sekecil arif lu sakitin hatinya.

2022-10-01

1

blecky

blecky

Arif bklan tau gmna bjax bpkx

2022-08-28

0

lihat semua
Episodes
1 Pria itu suamiku
2 Menguping
3 Mati rasa
4 Badut kecil
5 Tangis Arif
6 Pov Setya
7 Pov Setya 2
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Kehilangan
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 POV Arumi
18 POV Arumi 2
19 Bab 19
20 Surat Cerai
21 Sidang Pertama
22 Pindah lagi
23 Rumah baru
24 Jangan sentuh calon Istriku
25 Sidang kedua
26 Ameera sakit
27 Arumi h*mil
28 Bunga mawar merah
29 Ungkapan Malik
30 Kekesalan Arumi
31 Ungkapan Ibu Yusuf
32 Ternyata Malik
33 Semakin menjadi
34 Pesan Yusuf
35 Bahagia * Terluka
36 Penyesalan
37 Menentukan hari pernikahan
38 Bab 38
39 Kata Talak lagi
40 Fitting
41 Undangan
42 Hari Pernikahan 1
43 Hari Pernikahan bagian 2
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Ingin bertemu Hanifa
49 Penelepon misterius
50 Bab 50
51 Perdebatan
52 Kekhawatiran Malik
53 Shanum Ambarwati
54 Tujuh tahun yang lalu
55 Kekecewaan Hanifa
56 Makan malam
57 Berbaikan
58 Dapat
59 Hamil?
60 Badut menyedihkan
61 Ungkapan Cinta
62 Aksi Shanum
63 Aksi Shanum
64 Aksi Shanum
65 Pov Hanifa
66 Arif tidak ada
67 Masih belum di temukan
68 Pria misterius
69 Asal muasal kerjasama
70 Ungkapan hati Setya
71 Mengikuti
72 Menyelinap
73 Berhasil meringkus Shanum
74 Ternyata Setya
75 Rujak
76 Om bertopeng
77 Arumi menjenguk Arif
78 Emot love
79 Duda yang ketiga kali
80 Pulang dari rumah sakit
81 Sentuhan lembut
82 Kecelakaan
83 Anak kandung
84 Mengejar Arumi
85 Melompat
86 Meninggal
87 Kejutan
88 Menentukan hari pernikahan
89 Hari H 1
90 Sah
91 Memulai ritual
92 Malam pertama
93 Menjenguk Setya
94 Kekesalan Rian
95 Pov Rian
96 Pov Rian
97 Rencana Rian
98 Pengakuan Intan
99 Tak lagi berdaya
100 Mengejang hebat
101 Meninggal
102 Pov Intan
103 Pura-pura tidur
104 Kediaman Hanifa dan Malik
105 Kediaman Hanifa dan Malik
106 Mulai bekerja di perusahaan yang sama
107 Memperkenalkan sang suami
108 Menyambut tamu
Episodes

Updated 108 Episodes

1
Pria itu suamiku
2
Menguping
3
Mati rasa
4
Badut kecil
5
Tangis Arif
6
Pov Setya
7
Pov Setya 2
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Kehilangan
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
POV Arumi
18
POV Arumi 2
19
Bab 19
20
Surat Cerai
21
Sidang Pertama
22
Pindah lagi
23
Rumah baru
24
Jangan sentuh calon Istriku
25
Sidang kedua
26
Ameera sakit
27
Arumi h*mil
28
Bunga mawar merah
29
Ungkapan Malik
30
Kekesalan Arumi
31
Ungkapan Ibu Yusuf
32
Ternyata Malik
33
Semakin menjadi
34
Pesan Yusuf
35
Bahagia * Terluka
36
Penyesalan
37
Menentukan hari pernikahan
38
Bab 38
39
Kata Talak lagi
40
Fitting
41
Undangan
42
Hari Pernikahan 1
43
Hari Pernikahan bagian 2
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Ingin bertemu Hanifa
49
Penelepon misterius
50
Bab 50
51
Perdebatan
52
Kekhawatiran Malik
53
Shanum Ambarwati
54
Tujuh tahun yang lalu
55
Kekecewaan Hanifa
56
Makan malam
57
Berbaikan
58
Dapat
59
Hamil?
60
Badut menyedihkan
61
Ungkapan Cinta
62
Aksi Shanum
63
Aksi Shanum
64
Aksi Shanum
65
Pov Hanifa
66
Arif tidak ada
67
Masih belum di temukan
68
Pria misterius
69
Asal muasal kerjasama
70
Ungkapan hati Setya
71
Mengikuti
72
Menyelinap
73
Berhasil meringkus Shanum
74
Ternyata Setya
75
Rujak
76
Om bertopeng
77
Arumi menjenguk Arif
78
Emot love
79
Duda yang ketiga kali
80
Pulang dari rumah sakit
81
Sentuhan lembut
82
Kecelakaan
83
Anak kandung
84
Mengejar Arumi
85
Melompat
86
Meninggal
87
Kejutan
88
Menentukan hari pernikahan
89
Hari H 1
90
Sah
91
Memulai ritual
92
Malam pertama
93
Menjenguk Setya
94
Kekesalan Rian
95
Pov Rian
96
Pov Rian
97
Rencana Rian
98
Pengakuan Intan
99
Tak lagi berdaya
100
Mengejang hebat
101
Meninggal
102
Pov Intan
103
Pura-pura tidur
104
Kediaman Hanifa dan Malik
105
Kediaman Hanifa dan Malik
106
Mulai bekerja di perusahaan yang sama
107
Memperkenalkan sang suami
108
Menyambut tamu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!