"Kalau begitu, kami akan membawa Nona dan juga Adik Nona," balas polisi membuat Nesha membulatkan matanya sempurna.
"Tidak, bapak tidak boleh membawa Adik saya! Dia tidak bersalah, sayalah yang membunuh pria bejat itu!" teriak Nesha. Namun, polisi tetap menyerat dan membawa dirinya dan juga adiknya bersamaan.
Nesha dimasukkan ke dalam mobil lebih dulu, setelahnya barulah polisi mendorong paksa Diya untuk masuk ke dalam mobil. Diya langsung memeluk Nesha, Nesha berusaha menenangkan sang adik. Selama di perjalanan, Diya terus menangis, sedangkan Nesha berusaha menahan air matanya agar tak terlihat lemah di depan sang adik.
Tiba di kantor polisi, keduanya kembali diseret paksa hingga tiba di sebuah ruangan gelap yang berukuran 4x4 M. Di tengah-tengah ruangan ada sebuah meja dan dua pasang kursi saling berhadapan, salah satu kursi sudah ada seorang petugas polisi yang duduk di hadapan sebuah komputer.
Nesha dan Diya dipaksa duduk di hadapan petugas itu. Suasana semakin mencekam saat satu-satunya lampu di atas kepala mereka bergerak dengan sendirinya.
Nesha dan Diya duduk rapat dengan keringat dingin serta tubuh yang bergetar. Kondisi ruangan yang sama gelapnya dengan perpustakaan saat itu, membuat trauma mulai menghantui Diya. Nesha yang paham keadaan Adiknya, langsung menggenggam tangan Diya dan berkata kalau semuanya akan baik-baik saja.
"Jadi, siapa pelakunya? Siapa yang telah memukul korban?"
"Saya, Pak!" jawab Nesha tegas, sementara Diya langsung menutup telinga seraya menggelengkan kepalanya.
"Kalau begitu, jelaskan apa yang sebenarnya terjadi?"
"Pria bejat itu telah memperkosa Adik saya! Dan saya memukul kepalanya berkali-kali menggunakan alat pemadam api, hal itu saya lakukan untuk menyelematkan adik saya!"
"Berkali-kali? Kalau hanya untuk menyelematkan, tidak seharusnya berkali-kali."
"Saya tidak peduli, Pak!" geram Nesha.
"Adik Nona diperkosa?"
"Benar, Pak. Kalau bapak tidak percaya, bapak boleh melakukan tes DNA pada cairan di va gi na Adik saya!" kembali Nesha menjawab dengan tegas. Polisi di hadapannya menyipitkan mata saat melihat bagaimana buruknya kondisi Diya. Dari raut wajahnya, Nesha bisa melihat ada rasa kasihan di wajah polisi itu.
"Menurut undang-undang pasal xx tahun xxxx pelaku pelecehan se k sual akan didenda sejumlah uang yang korban minta. Saya bisa membantu Nona untuk mendapatkannya. Akan tetapi ....
"Bagaimana bisa ada undang-undang serendah itu. Tidakkah itu sama saja dengan membeli harga diri adik saya!" potong Nesha, setetes air mata meluncur dengan mulusnya. Nesha tak habis pikir dengan hukum di negerinya di mana hukum bisa dibeli. Siapa yang banyak uang, maka dialah yang menang.
"Iya, begitulah hukum. Hukum adalah Uang. Di Negera manapun sama, tidak ada hukum yang berpihak pada yang lemah. Dan hukum untuk pelaku yang telah mencelakai korbannya hingga koma dan hanya memiliki 20% peluang sembuh akan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Untuk hukum ini, saya tidak bisa membantu Nona," terang Polisi yang terlihat tak tega mengatakan itu kepada Nesha.
"Se-seumur hi-hidup," Nesha terbata.
"Benar. Tapi ...."
"Penjarakan saya! Tapi, sebelum itu izinkan saya mengantar adik saya pulang," seperti rencana awal, Nesha berencana untuk menitipkan Diya ke panti asuhan yang berada di samping hotel tempatnya bekerja selama ini.
"Maaf, Nona. Nona sudah menjadi tahanan, tentu saja tidak bisa begitu. Saya akan bantu mengntar adik Nona pulang, kalau Nona mengizinkan," tawar polisi tersebut.
"Tidak! Tidak bisa begitu, Pak! Saya mohon izinkan saya pulang, saya berjanji akan kembali lagi. Saya bersumpah tidak akan kabur, saya mohon," Nesha terus memohon, tetapi dua orang polisi di belakangnya, kembali menyeretnya.
"Pak saya mohon!"
"Kakak! Kakak!" panggil Diya bangkit dan mengikuti hingga Nesha dijobloskan ke dalam jeruji besi.
"Tidak mau, Diya mau Kakak!" teriak Diya kala seorang petugas menyeretnya keluar dari kantor polisi. Kakak beradik itu sama-sama memberontak saat petugas memisahkan mereka berdua.
"Diya," panggil Nesha lalu menjatuhkan tubuhnya kasar di lantai dingin jeruji besi. Nesha menangis sejadi-jadinya, adiknya pasti akan sangat terpukul, Nesha benar-benar khawatir bagaimana kondisi adiknya setelah diusir keluar.
Nesha sama sekali tidak mengkhawatirkan dirinya yang akan mendekam di penjara seumur hidup, yang hanya Nesha khawatirkan adalah kondisi adik kesayangannya. Tak banyak yang bisa Nesha lakukan, selain menangis sejadi-jadinya.
"Jadi kau wanita yang membunuh adikku!" Mendengar suara baritone itu, Nesha langsung mengangkat wajahnya. Wajah Nesha seketika berubah menjadi penuh amarah. Ketika meyakini kalau pria tampan berpakaian rapi yang berjongkok di hadapannya adalah salah satu dalang di balik penderitaannya.
"Jadi kau kakak dari pria yang telah menghancurkan hidupku dan juga adikku!" balas Nesha geram. Jika tak berjarak jeruji besi, maka Nesha akan mencakar-cakar wajah arogan itu hingga hancur.
"Aku bisa membebaskanmu, tapi dengan syarat, yaitu kamu harus ....
.
.
.
Hallo semuanya, ketemu lagi dengan Author Oniya di novel terbaru😘 Kalau kalian suka dengan cerita ini jangan lupa like, komen, hadiah dan juga votenya, ya, Guys😍
Terima kasih banyak atas dukungannya 😘
Warning : Sesuai judul yaitu balas dendam, jadi novel ini ganrenya agak melow, ya, Guys🙈. Yang nggk suka novel sedih, boleh baca karya author yang lain saja, ya😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
mama yuhu
aku harus mauuu juga😁😁😊
2022-11-28
0
mama yuhu
aman sayang aman😁😁
2022-11-28
1
Lina ciello
hukum macam apa 😠😡
2022-09-20
1